Part 28

615 34 0
                                    

AKU DAN HIJRAH JAMAN NOW?

Kini kita telah berada pada zaman "muslimah ngaji" menjadi jutaan, hijab menjadi pujian, dan kata "Hijrah" menjadi banggaan. MasyaaAllah, nampaknya Syariat Allah tidak lagi asing bahkan diminati, sunnah Nabi tidak lagi didebati bahkan diindahi.

Dan inilah "Aku dan Hijrah jaman now"
Jika dahulu shahabiyah berhijab karena Allah Ta'ala, aku berhijab karena mengikut trend modern hari ini. Bukan hanya itu, aku juga berhijab dan berhijrah karena menyukai seorang Ikhwan dan aku termotivasi untuk hadir di majelis ilmu karena ingin baik di matanya, aku juga tertarik berhijab karena melihat temanku yang berhijab lebar. Niatku sesungguhnya bukan karena Perintah Allah dalam QS.An-Nur:24,31 dan QS.Al-Ahzab:59. Buktinya, aku tak menghafalkan ayat itu atau sekedar menghafal terjemahannya, aku belum cukup membaca tafsirnya apalagi mentadabburinya.

"Yah inilah 'Aku dan Hijrah jaman now"

Jika muslimah di zaman Nabi dan sahabat menutup kain ke seluruh tubuhnya dan seutuhnya, aku berhijab karena ingin dilihat. Aku ingin seisi dunia dan jagad dunia maya tahu bahwa aku sedang belajar menjadi baik, yah akulah wanita shalihah yang tertutup tapi agak terbuka sih...
Aku suka jika banyak yang memuji keshalihanku, hingga aku menjadi pusat perhatian para lelaki dan sumber insprasi muslimah lain, hingga aku jadi terkenal.

Inilah "Aku dan Hijrah jaman now"

Dulu, muslimah zaman Nabi menutup diri dari celah fitnah dan senantiasa menyembunyikan kecantikan dirinya. Aku di jaman now mengumbar fitnah kemana-mana dengan hijab gelapku yang anggun, hijabku yang lebar berkibar-kibar di akun sosial mediaku, mataku yang indah berhias cadar menggugah misteri buat para ikhwan, gambarku yang siluet dan dari belakang memberi kesan yang dalam dan eksotis kemudian kuberi caption ayat-ayat Allah, hadits-hadits Nabi, dan kata-kata mutiara. Sungguh sebenarnya yang ingin kusampaikan memang kebaikan tapi kupadukan dengan mempromosikan atau bahasa kasarnya "memamerkan" diriku pada khalayak bahwa aku telah berhijrah.

Aku mengaku mengikuti Ummahatul Mu'minin namun aku lupa ternyata Ummahatul Mu'minin bermahkota rasa malu, sampai-sampai mereka -radhiallahu'anhuma jami'an- jika berbicara dengan lelaki lain, mereka dibalik tirai hijab, tidak saling melihat apalagi tatap-tatapan, apatahlagi ngobrol basa basi. Sedangkan aku membuka semua celah percakapan dengan lawan jenis tanpa rasa malu, di dunia nyata apalagi di dunia maya, sendirian apalagi di tengah keramaian. Aku berdalih "tidak ngapa-ngapain kok!.." aku lupa bahwa syaithan itu licik bahkan syaithan mengalir hingga ke darah manusia.

Apa yang bisa kubanggakan dari hijrahku ini? Inikah yang kusebut-sebut sebagai hijrah?

Inilah aku. Dan aku menyadarinya bahwa selama ini aku salah, padahal aku pernah mendengar bahwa Rasulullah shallallahu 'alai wa sallam bersabda "Sesungguhnya amalan itu bergantung dari niatnya". Maka apa yang bisa kubanggakan dari hijrahku ini jika ternyata usahaku menutup diri, koceh yang kukeluarkan untuk membeli hijab, kaos kaki, gamis, manset, buku-buku, transportasi majelis ilmu.. ternyata sia-sia di sisi Allah hanya karena sesuatu yang tersembunyi di dalam hatiku, ialah niatku!.

Kelak di hari kiamat aku hanya menyaksikan bahwa segala amalanku hanyalah bagaikan debu beterbangan, memang banyak namun tak ada nilainya di sisi Allah. Karena amalan sholeh ini bukan kupersembahkan untuk Tuhanku, hingga api neraka dihadapkan di mataku dan penyesalan tiada guna lagi untukku, maka kusadarilah bahwa niatku tak boleh kupermainkan dengan hawa nafsu.

Apa yang bisa kubanggakan sementara muslimah di zaman Nabi harus meneteskan darah, air mata, sujud yang panjang di sepertiga malam untuk menegakkan perintah Allah. Sementara aku hanya berbekal membaca sedikit dan mendengar kajian sedikit, banyak tertawa bercanda, lalu dengan pedenya bermodal hijab saja kuyakin akan masuk Suurga? Bagaimana mungkin!

Kusadari bahwa mereka (muslimah zaman Nabi) senantiasa berbekal dengan tarbiyah (pendidikan) Nabi, mereka senantiasa menghias diri dengan mengilmui sedalam-dalamnya Al-Qur'an dan Sunnah hingga hijab di mata mereka adalah jihad dan perjuangan mereka. Sementara aku?? Apa yang bisa kubanggakan dengan hijrahku? Aku hadir di majelis ilmu sekedar meramaikan dan pencitraan, bagaikan buih di lautan yang banyak namun tak ada artinya. Tak heranlah jika kadang kesombongan merajaiku karena pendeknya ilmuku.

Aduhai, kini kusadari wanita tanpa dihiaspun sebenarnya tercipta dengan perhiasan, jika semakin dihias maka akan menjadi fitnah yang besar tatkala diumbar kemana-mana.

Semoga yang berperan "Aku" dalam tulisan ini bukanlah engkau yang sedang membaca tulisan ini, jika engkau tersinggung sedikit "apalagi tersinggung banyak" maka muhasabalah dan kenalilah dirimu duhai muslimah yang cantik nan shalihah dan taatilah perintah Tuhanmu, sesungguhnya Ia Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. Ia mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati, ia mengetahui semua amalan kecil dan besar, dan menghisab semuanya.

Sebelum ruh terpisah dari jasad, ampunan Allah senantiasa terbuka lebar walau hamba berlumur dosa. Maka selagi Allah masih memberi kesempatan untuk bertaubat, perbaikilah semuanya, perbaikilah niatmu. "Setiap anak Adam pasti pernah melakukan dosa, dan sebaik-baik dari mereka adalah yang segera bertaubat pada Allah." Sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Wanita adalah kunci kebaikan peradaban, jika ia baik maka baiklah generasi. Namun jika ia buruk, maka buruklah generasi peradaban.

Sadar atau tidak duhai Saudariku-karena Allah-, engkaulah pengemban amanah ini. Maka jagalah amanah pembangun generasi ini, karena engkau bisa menjadi sebab kebaikan dan sebab malapetaka.

Dan wanita yang sejati ialah yang menyadari fitrahnya sebagai muslimah yang indah, senantiasa menjaga kehormatannya, rasa malunya, dan senantiasa menaati Rabb semesta alam. Semoga Allah memberi taufiq-Nya, menunjukkan pada kita jalan yang lurus dan meneguhkan kita di atasnya. Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kita berada, barakallahufiikunna jami'an. Wallahu Ta'ala a'lam.

Hijrah Tiada Henti Tiada Akhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang