Tak lama kemudian, Baro pergi meninggalkan ayahnya yang masih sibuk mengoceh.
Seya tak tau apa yang sedang terjadi. Maka dari itu ia berniat untuk bertanya.
Turunlah ia dari loteng dan langsung menuju rumah Baro.
Baru akan memencet bel di luar pagar. Baro sudah muncul dari balik pagar.
Bruk...
Seya terkejut.
Baro memberatkan badannya pada Seya. Membuat gadis itu sedikit tidak stabil.
Kepala lelaki itu menempel pada pundak Seya.
Sementara yang ditempeli tak mampu berkutik sedikitpun.
Mereka berdua kini duduk pada ayunan yang berada di taman.
"Ehem," dehem Seya memecah keheningan.
"Ini kita lagi main ayunan, awas aja kalo kamu nendang aku dari belakang ya." Seya menyinggung kasus yang terjadi di tempat bermain anak beberapa waktu lalu.
Baro hanya terdiam tidak memedulikannya.
Seya pun menggaruk kepalanya kebingungan. Ia memasukan tangannya ke saku jaket dan menemukan tiga buah permen milikita. "wih ada milikita nih, bisa jadi susu satu gelas."
Baro tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Seya yang kesal langsung merogoh kantong jaket Baro dan mengambil hp lelaki tersebut. Mengetikan nomernya dan mengembalikan pada pemiliknya lagi.
"Nih, kalo udah siap cerita telfon aja, pasti aku bakalan dateng kok." Gadis itu pun pergi meninggalkan Baro yang masih kalut dalam pikirannya.
"Sh*t. Aku kan disini mau bales dendam. Kenapa juga aku malah jadi care sama dia? Aarrrgghh ku ingin marah."
Seya yang kesal pada dirinya sendiri hanya bisa berjalan memutari loteng yang sudah menjadi kamarnya.
Tiba tiba...
Krucuk krucuk krucuk...
Suara perut Seya memenuhi gendang telinganya sendiri. Otomatis ia memegang perutnya berusaha dapat meredam suara tersebut.
Turunlah ia ke dapur. Berharap dapat menemukan sesuatu disana.
Namun yang ia dapat nihil.
Diliriknya jam di dinding.
"Wagelaseh udah jam sebelas aja."
Tetapi walaupun jam sudah menunjukkan pukul 11, ia tetap memberanikan dirinya pergi ke minimarket.
Saat melewati taman, ia melihat Baro masih terdiam disana.
"Itu orang gak digigitin nyamuk apa gimana?" gumam Seya.
Tetapi ia hanya melaluinya begitu saja dan melangkah ke tempat tujuannya dengan mantap.
Sesampainya di minimarket. Ia membeli banyak cemilan beserta minuman kaleng. Tak lupa satu cup mie instan yang sudah ia berikan air panas.
Begitu akan membayar di kasir. Ia terpikir suatu hal. "Hmmm..."
Ia pun mengambil satu cup lagi mie instan dan mengguyurnya dengan air panas.
Sang kasir, yang kira-kira umurnya tak jauh lebih tua darinya, memberikan pandangan penuh jastifikasi. Seakan-akan Seya akan memakan dua cup sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
I NEED YOU MORE
RomanceAPA JADINYA SEYA BERTEMU KELOMPOK KAKAK KELAS MESUM INI? - Temukan kenyataan di balik seorang Baro
