Reno jadi teringat dengan adiknya, mereka mempunyai senyum yang sama.

"Untung aku gak punya penyakit jantung," ucap Sandra sambil mengelus dadanya. Sandra memang sedang berkunjung ke Rumah Reno, mendapat ajakan makan siang dari mama Reno. Mama Reno sangat senang ketika melihat Sandra, ia juga merasa bahwa kepribadian Sandra sama persis dengan anak bungsunya. Jadi kangen....

"Dia siapa kak?" tanya Sandra membuat Reno berhenti terkekeh.

"Hm?"

"Gadis cantik ini?"

"Adik kakak."

"Kak Feli?"

Reno hanya menganggukan kepalanya.

"Loh kok aku gak dikenalin sama adik kakak sih?" ucap Sandra dengan nada kesal.

"Karena kalian berada di alam yang berbeda," jelas Reno tersenyum sambil mengusap kepala Sandra.

"Ma ... maksudnya?"

"Kamu pasti ngerti."

Sandra terdiam sejenak kemudian mengangguk, ia berkata, "I’m sorry to hear that."

"Gak papa," balas Reno masih dengan senyum yang menawannya.

---

Sandra tengah berkumpul bersama kedua sahabatnya, mereka sedang berada di kamar Sherly. Rencananya, Viona dan Sandra akan menginap di rumah Lyly, berhubung kedua orang tua Lyly sedang pergi ke luar kota. 
Mereka sedang asyik mengobrol dengan sesekali tertawa bersama, hingga ucapan Sandra membuat keduanya bungkam.

"Gue baru tahu deh kalo adik Kak Reno perempuan."

Sandra yang melihat ekspresi kedua sahabatnya yang terlihat kaku itu pun kembali bersuara,"Kalian baru tahu?"

"Eh.. itu.."

"Iya," ucap Lyly memotong ucapan Vivi.

"Oh." Sandra menganggukan kepalanya.

"Emang lo tahu dari siapa Sand?" tanya Vivi dengan pelan.

"Oh, gue tadi main gitu ke rumah kak Reno."

"Ngapain?"

"Mamanya kak Reno pengen ketemu sama gue, kami makan siang bersama," jelas Sandra tersenyum senang, pasalnya ia sangat senang sekali bisa dekat dengan keluarga orang yang ia sukai.

"Seneng banget kayaknya?" goda Vivi yang kemudian dibalas dengan cengiran oleh Sandra
Ia memang sangat senang!

"Sekarang lo deket lagi ya sama kak Reno?" tanya Lyly.

"Biasa aja sih," jawabnya masih dengan cekikikan sendiri.

"Setelah insiden cinta bertepuk sebelah tangan?" ledek Lyly membuat Sandra cemberut yang kemudian ditertawakan oleh kedua sahabatnya.

"Itu kan dulu! Sekarang enggak. Gue cukup suka aja, cinta tak harus memiliki bukan?"

"Tapi tetep aja syakiiiiit," jawab Vivi yang membuat Sandra mendengus kesal.

"Udah ah, tidur! Bad mood gue!"

"Yee, ngambek."

---

Rayhan menghampiri ketiga sahabatnya yang tengah berkumpul.

"Gila ... ulangan tadi bikin gue gila!" ucapnya dengan lantang.

"Lo nya aja yang bodoh," sahut Vivi membuat Rayhan mendelik kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya sendiri.

"Hhaha emang lo gak tahu kalo hari ini ada ulangan?" tanya Sandra.

"Lupa gue, semalem gue malah maen PS sama sepupu gue."

"Pantes aja," ucap Lyly yang diangguki dengan kompak oleh Vivi dan Sandra.

Di tengah mereka berempat sedang asyik berbincang, handphone Lyly berdering menandakan bahwa ada panggilan masuk. Semuanya terdiam ketika Lyly mengangkat telponnya, lalu tak lama kemudian setelah itu raut wajah Lyly berubah menjadi panik dengan mata yang memerah seperti menahan tangis. Ketika Rayhan hendak bertanya, Lyly malah berlari keluar dari kelasnya dengan tujuan yang tak diketahui oleh ketiganya. Setelah merasa ada sesuatu yang tidak beres, ketiganya pun berlari untuk menyusul Lyly yang ternyata tengah berlari menuju kelas kakaknya, Alvaro.

Lyly berlari keluar kelasnya dengan tangisan yang sudah tak bisa ia tahan. Fokusnya hanya satu, dan ia berniat untuk memberitahukan berita ini kepada kakak semata wayangnya. Setelah menemukan Alvaro yang sedang berada di kolidor kelasnya, Lyly pun segera menghapus air mata yang berceceran di matanya dengan kasar. Tidak, ia tak boleh terlihat lemah di mata kakaknya. Seharusnya ia yang akan menenangkan kakaknya. Oke! 

Dengan perlahan Lyly berjalan hingga langkah lagi menuju Varo, ia kembali membalikan tubuhnya. Ia tak kuat untuk menahan tangisnya, ia sungguh tak kuasa untuk menyampaikan berita yang ia dapat kepada kakaknya. Namun, apa boleh buat? 

Akhirnya, dengan langka pelan, Lyly menghampiri kakaknya yang tengah bercanda ria dengan kedua temannya. Rupanya, Alvaro belum mengetahuinya karena yang Lyly lihat kakaknya tengah tertawa dengan lepas. Tawa itu, membuat Lyly tersenyum. Apakah ia jahat harus menyampaikan berita ini kepada kakaknya yang tengah berbahagia seperti sekarang? Tapi jika tidak, maka ia akan merasa lebih jahat lagi. Sebelum berbicara, Lyly menghela napasnya terlebih dahulu.

"Bang," ucap Lyly dengan lirih.

"Eh ada neng Lyly," sahut Zio dengan genit.

"Loh, kamu kenapa Ly?" Zio bersuara kembali ketika melihat ada sesuatu yang tak beres terlihat dari raut wajah adik sahabatnya.

"Bang.." ucap Lyly tanpa menggubris ucapan Zio.

"Kenapa Ly?" tanya Varo dengan santai sambil menghampiri adiknya yang tengah berdiri tidak jauh darinya. Tanpa menjawab pertanyaan kakaknya, Lyly segera menubruk tubuh kakaknya membuat Varo merasa bingung dengan sikap adiknya.

"Kamu kenapa sih Dek?" tanyanya ketika melihat Lyly menangis sesegrukan dalam pelukannya.

"Mama ... Papa...."

"Iya, mereka kenapa hem? Mereka udah pulang?" tanya Varo sambil mengusap rambut adiknya dengan sayang. 

Ada kalanya memang mereka terlihat begitu manis seperti sekarang, meskipun hal ini memang jarang terjadi.

----

04 Februari 2018
Ekapertiwi❤

ANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang