[23] END; Akhir dari Permulaan

23.9K 4K 2.7K
                                    

Yashhh, di part 25 inilah ff bobrok ini berakhir yorobun :'v hikseu

Tapi tenang aja, gue mah orangnya labil, kalo ada inspirasi retjeh pasti langsung nulis terus publish :v

Ntah ekstra part 1,2,3,4 dst :v

***

Tiga tahun berlalu begitu cepat, lelaki dengan telinganya yang agak lebar alias capang itu mengayun-ayunkan bayi didekapannya.

"Jangan di bikin nangis, Dzul." Mei-mei memberikan tatapan tajamnya pada Dzul yang hanya cengengesan.

"Cep cep cep tayanggg, ada ayah dicini." Ucapnya menenangkan Ivy, namun alih-alih berhenti menangis, bayi berusia 13 bulan itu malah menangis kencang lalu tiba-tiba tergelak kala mendapati ayah aslinya.

"Ngapain lu di rumah gue? Siniin dedek Ivy nya." Fizi berdecak dan mengambil alih Ivy, bayi tembem itu langsung tertawa kala ayahnya menggosok-gosokan hidung mancung ke pipi chubbynya.

"Silaturahmi doang, elah."

"Ayah, mandi dulu ih. Kuman semua itu." Mei-mei mengamit tangan Fizi dan menciumnya.

"Bunda, jangan bawa lelaki masuk lagi. Apalagi dia." Rengek Fizi mengabaikan peringatan wanita berkerudung tosca itu di hadapan Dzul yang cemberut.

"Maafin ya sayang, Dzul datang sama Susan, masa aku tega biarin mereka ngglosor di teras." Jelas Mei-mei mengusap rahang suaminya lembut.

Vrene coy, heuheuheu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vrene coy, heuheuheu.

"Lain kali izin aku dulu ya?"

"Iya." Mei-mei menatap gemas suaminya.

"Aku mandi ya, kamu mau ikut?"

"Kapan-kapan aja." Balas Mei-mei terkekeh.

"Eh udah pulang lu, Zi?" Susanti dengan gamis abunya keluar dari kamar mandi menyapa Fizi.

"Di siram gak tuh beol nya, San? Awas kalo mampet ye." Balas Fizi mengejek.

"Yee emangnya elu, rumah gue tuh, wc nya sampe mampet tiga bulan." Susanti balas mengejek.

"Ayah, cepet mandi." Mei-mei berteriak membuat Fizi terkekeh.

"Mandiin dong, Bun!"

Pluk

Handuk biru langsung mengenai wajah Fizi.

***

"Gue mau ngasih undangan reuni." Dzul membuka pembicaraan.

"Udah lima tahun ya." Mei-mei mengenang masa putih abunya yang begitu menyenangkan juga menyedihkan.

"Gimana kabar Ehsan ya?" Fizi mengenang sahabat dekatnya membuat Mei-mei cemberut.

Suaminya ini gak peka atau pura-pura gak tau kalo Ehsan itu sempat naksir dia?

"Ehsan udah jadi dokter bareng Ijat." Jelas Dzul, kali ini giliran Susanti yang cemberut.

Ya gimana, dulu sebelum nikah sama Dzul, dirinya harus meminta restu Ijat yang jelas-jelas mustahil.

Tapi untungnya, hidayah untuk Ijat terbuka dan setelah dua tahun baru merestuinya. Ck.
Keburu gak tahan gue. Pikir Susan dongkol.

"Lo masih kontekan sama anak-anak?"

"Ijat doang sih.
Oh iya kemaren si Adit ngasih undangan pernikahannya sama Dara ke kantor gue." Ucap Dzul semangat.

"Dara? Wah kesampean juga tu bocah sama si Adit.
Padahal Adit itu cinta mati sama Fatiha." Fizi terkekeh,

"Jodoh siapa yang tau sih? Kadang yang menurut kita baik, belum tentu baik menurutNya. Begitupun sebaliknya."

"Ustadz Dzul bersabda pemirsah." Celetuk Mei-mei mengakhiri obrolan sore itu dengan riang.

***

Kafe bernuansa hangat sekaligus klasik ini benar-benar cocok untuk acara reuni.

Mei-mei tahu persis siapa yang mengadakan reuni ini, pasti Rajoo.

Lelaki dengan kepribadian hangat itu tidak berubah.
Masih hangat dan baik hati, bedanya, kini telah bersanding dengan wanita cantik yang mengenakan gamis biru, Fatiha.

Dari arah lain terlihat Mail yang memeluk posesif pinggang Nurul yang kini menjadi tunangannya.

"Yang lain belum pada dateng?" Sapa Mail pada Rajoo, Dzul dan Fizi.

"Ngaret palingan, apalagi si kembar."

"Ih jangan fitnah ya." Upin dan Devi segera duduk bergabung dengan ketiganya.

Ipin dan Mita ikut menyusul.

"Udah lima tahun, tentu aja kita harus melakukan perubahan." Ucap Ipin membuat seluruh umat manusia itu terkekeh.

"Kalo gue belom naek, jangan maju dong Jar! Capek gue udah dandan syantik 17x syantik tapi berantakan lagi gegara kebiasaan lu itu." Vina mengomeli Jarjit sepanjang perjalanan menuju ruangan reservasi reuni.

"Woy Jar, jadi juga sama si Vina?" Mail adu tos dengan lelaki hitam manis itu antusias.

"Iye nih, gue juga nggak tau."

Plak

Vina menggeplak lengan Jarjit membuat lelaki itu meringis.

"Iya ampun."

Dennis, Ali, Ehsan dan Ijat terlihat memasuki ruangan.

"Ini para jomblo belum ada gandengan?" Celetuk Ipin sombong.

"Lagi on proses." Celetuk Ehsan cuek.

"Same." Ijat mengedikkan bahunya.

"Gue masih kecil." Celetuk Dennis tak kalah cuek dari Ehsan.

"Please deh, Den.
Burung lu itu udah bisa menghasilkan manusia. Masih kecil darimana nya? Ukurannya?"

"Tenang, gue punya obat pembe--"

"Woy filter tuh mulut, inalillahi kuping anak gua ternodai." Fizi menggeplak mulut Upin dan Jarjit.

"Duh tokcer banget ya sperma lu, Zi. Lah punya gue belum nyasar juga." Rajoo pura-pura sedih membuat Fatiha menciwit lengan kokohnya.

"Kita harus lebih berusaha." Ucap Fatiha membuat sorak-sorai di ruangan itu menggema.

Ddrrrttt

Woy gua kaga bisa datang, lagi di pingit.

-Adit.

"Alesan aja ni dugong satu." Ipin membaca pesan dari Adit.

"Dia grogi pasti, besok kan hari H nya. Lu belum ngerasain sih, Pin."

"On progress kok." Sekali lagi sorak sorai itu menggema dan mengantarkan cerita ini pada titik akhirnya.

TAMAT

Terkadang, realita hidup tak selalu berjalan sesuai ekspetasi.
Namun satu hal yang pasti,
selalu syukuri apa yang telah Tuhan beri.
--When Upin Ipin Are Adult--

Yeaaaayyyyyy👌✌

When Upin Ipin Are AdultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang