"Kenapa kau berfikiran seperti itu?"
"Aku pikir kau akan fokus dengan pendidikan mu dan kekasihmu, makanya aku tidak ingin hamil dulu, lagi pula aku juga harus menyelesaikan pendidikan ku terlebih dahulu"
Sehun melunak, mengusap wajah sang istri dengan tissue yang selalu tersedia di mobilnya, "Kenapa tidak memberitahu ku dari awal?"
"Sejak kapan kita akur dan saling terbuka satu sama lain? Seingatku baru kemarin kau bertingkah seperi seorang suami, sebelumnya kau bahkan tidak pernah menganggap ku ada, kau tidak pernah menganggap ku sebagai istrimu. Apa yang harus ku katakan pada teman-teman ku jika tiba-tiba aku hamil, tanpa suami bahkan tanpa kekasih?"
"Maaf menyakitimu", ungkapan maaf itu memilik banyak makna, tidak hanya maaf karena baru saja ia berbuat kasar namun juga maaf untuk sikapnya selama ini yang tidak pernah menghargai Luhan sebagai istrinya, "Jadi harus bagaimana? Kau ingin tetap mengkonsumsinya atau ingin hamil?"
"Aku ingin fokus kuliah terlebih dahulu, kau pun juga begitu kan?"
"Hm, kita fokus kuliah dulu", Sehun menyandarkan kepala Luhan di dadanya, memberikan usapan lembutnya pada punggung bergetar sang istri, "Lain kali kau harus jujur padaku, apa lagi jika itu menyangkut tentang masa depan rumah tangga kita"
Menikmati perlakuan lembut sang suami Luhan merapatkan tubuhnya, mendongak memandangi Sehun yang juga sedang menatapnya, "Kau ingin lama hidup dengan ku? Tidak ingin menceraikan ku?"
"Luhan, pertanyaan macam apa itu"
"Wajar aku bertanya, kau sudah mempunyai kekasih"
"Jika aku ingin menceraikan mu maka sejak di hari pertama kau menendang betisku aku sudah menceraikan mu"
"Lalu kenapa tidak jadi?"
"Tidak apa-apa"
"Aku tebak kau pasti mencintaiku?"
"Aku sedang berusaha"
"Eh, ya? Bisa kau ulangi?"
Sehun terkekeh kecil, menarik gemas hidung bangir Luhan yang masih memerah, "Tidak ada pengulangan"
Si cantik merengut, jarinya mulai mencubiti perut suaminya yang sudah kebal, "Ulangi atau tidak ku kasih jatah"
"Tidak apa-apa, aku masih punya kekasih", katanya, berniat menggoda Luhan yang langsung mendengus keras, "Aku bercanda, jangan cemburu"
"Aku tidak sudih cemburu pada gadis gila itu"
"Kalau begitu tadi pagi kau baru saja di rangkul oleh orang gila"
Luhan tertawa kecil, mengelap kasar wajah basahnya dengan punggung tangannya, "Dia yang merangkul ku lebih dulu"
"Dia benar-benar menganggap kau berkencan dengan Minhyun"
"Begitukah? Dia bilang begitu?"
"Hm"
"Ngomong-ngomong kenapa jadi membicarakan dia, aku tidak suka"
YOU ARE READING
Hide and See
FanfictionSesungguhnya kisah ini tidaklah semudah dan segampang yang Sehun pikirkan, kisah ini justru lebih rumit dari seorang Xi Luhan. Here is HunHan Fanfiction, Gender Swicth area and Mature Content. OOC : Hwang Minhyun & Oh Hayeong HunHan/ChanBaek/Kaisoo
Chapter 8 💕
Start from the beginning
