12

1.9K 113 2
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, mereka sampai dirumah Nata. Rumah itu tampak sepi, namun ada sesuatu yang menggeletak dan mengganggu pandangan Rery.

"Ta?" Rery berjalan lebih dulu memasuki pekarangan rumah Nata, sedangkan yang punya rumah menyusul dengan santai.

"Ini bunga dari siapa?" se-bucket bunga tergeletak di depan pintu rumah. Nata mengambil alih bunganya.

"Setelah 1 bulan dia gak ngirim bunga, sekarang dia kirim lagi, gue gak ngerti maunya apa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Setelah 1 bulan dia gak ngirim bunga, sekarang dia kirim lagi, gue gak ngerti maunya apa." Nata berbicara dengan pandangan mata yang lurus seolah menerawang apa yang akan terjadi. Dan Rery? Ia tidak mengerti Nata bicara untuk siapa.

"Lo mau tau sesuatu?" Nata bertanya kepada Rery, dan seolah meminta kekuatan atas keputusan nya itu. Dan Rery hanya mengangguk menyetujui.

"Masuk."

Rery mengikuti Nata yang sudah berjalan lebih dulu dengan tangan yang menggenggam bucket bunga yang tadi Rery temukan. Mata Rery menemukan seorang wanita yang ia perkirakan adalah mama Nata, wanita itu tersenyum dengan lembut dan menghampiri mereka.

"Temen aku, Ma." Nata menjelaskan sebelum Elmeera bertanya yang tidak-tidak.

"Iya, sayang." Elmeera tersenyum tulus.

"Rery, tante." Pria berseragam itu memperkenalkan diri lalu menyalimi tangan Elmeera dan tersenyum singkat.

"Ma aku di kamar ya, pintunya dibuka kok." Nata tersenyum meminta persetujuan sang mama, dan diangguki Elmeera.

"Ry!" Nata memanggil dan seolah memberi isyarat Rery harus mengikutinya.

"Saya permisi, tan." Rery berlalu dari hadapan Elmeera lalu mengikuti Nata.

Setelah Niyal meninggalkan Nata, Nata selalu menutup diri, dengan siapapun. Bahkan ia tidak pernah bercerita panjang lebar lagi kepada Elmeera seperti dulu, Nata benar-benar berubah. Tapi Elmeera mencoba mengerti, mungkin anaknya butuh waktu untuk menyembuhkan hati dan menyusun kepingannya yang tersisa.

Namun saat ini, sifat Nata yang terbuka sudah hampir kembali, walaupun belum sepenuhnya, setidaknya Nata mencoba untuk memberikan kepercayaan pada orang baru. Dan yang Elmeera harapkan, semoga pria tadi tidak kembali membuat Nata-nya kembali terpuruk dan rapuh. Semoga..

***

Kini, Nata dan Rery berada diruangan yang didominasi oleh warna putih, di sebagian dinding ada banyak foto polaroid yang ditempel disana. Aroma ruangannya begitu menenangkan, Rery merasa bahwa kamar Nata ini cocok sekali untuk menenangkan diri, bahkan masalah apapun yang ia hadapi jika masuk di ruangan ini perasaan nya akan tenang, aroma nya benar-benar memabukkan. Dan Rery merasa de javu ketika menghirup aroma ini, merasa ada sesak yang memaksanya mengingat akan sesuatu.

Sedangkan si pemilik kamar, sedang meletakkan tas yang ia bawa sedari tadi di atas meja belajar.

"Itu lemari kaca isinya bunga semua?" Rery menanyakan apa yang dari tadi menarik perhatian matanya.

"Ya, ada yang aneh gak sama bunganya?" Nata justru balik bertanya.

"Entah," Rery mengendikan bahu pertanda bahwa ia benar-benar tidak tahu.

"Bungkus bucket nya warna hitam semua, gue juga masih belum ngerti kenapa." Nata berbicara cukup panjang kepada Rery, membuat Rery merasa Nata ingin memberi tahu sesuatu rahasia atau perasaan yang ingin disampaikan.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia selalu coba nunjukin kalo dia masih hidup, tapi nyatanya, dia emang udah pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia selalu coba nunjukin kalo dia masih hidup, tapi nyatanya, dia emang udah pergi. Dia gak akan pernah balik lagi sama gue." Rery sekarang mencoba mendengarkan, berharap dengan diam nya membuat Nata nyaman bercerita. Sedangkan Nata, ia menyentuh beberapa bucket bunga yang ada didalam lemari kaca itu.

"Disetiap bunga, selalu ada tulisan yang bikin gue semakin berharap. Tapi disisi lain gue sadar Niyal udah meninggal, gue emang belum liat jasad nya, tapi takdir emang udah nunjukin kalau Niyal udah gak ada." ada jeda..

"Dulu gue sempet gak percaya, gue sampai ngamuk sama siapapun yang bilang kalau Niyal udah meninggal. Kata mama, gue sampai depresi. Sampai akhirnya mama bawa gue ke psikiater buat nyembuhin gue." senyum pedih tercetak disana.

"Sekarang perasaan lo, gimana?" Rery lebih menanyakan bagaimana Nata saat ini ketimbang mengorek lebih dalam luka itu.

"Perasaan gue .. udah lebih ngerasa ikhlas aja. Tapi gue masih belum bisa percaya siapapun. Terlalu takut buat sakit lagi, takut orang yang gue percaya pergi dengan alasan milih orang lain. Gue takut.. "

"Lo sadar ga, Ta? Sekarang lo baru aja ngasih kepercayaan buat orang baru, orang asing yang belum begitu lama lo kenal." ucap Rery.

"Gue yakin, lo bisa balik lagi kaya dulu. Gue tahu semua butuh proses, dan gue yang akan bantu lo untuk itu." Rery meyakinkan Nata dengan senyum tulus yang sangat limited adition

"Thanks ya, Ry."

"Btw, kamar lo pake pengharum ruangan apaan? Gue suka aroma nya." Rery memejam kan mata.

"Ini sebenarnya aroma parfum yang suka Niyal pakai, setiap gue deket dia gue ngerasa tenang, jadinya setiap pagi dan malam gue selalu semprot parfum yang dia suka pakai dikamar ini." Nata bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri nakas.

"Ini parfum nya. Ini cuma ada di luar negri, kalau sudah habis tante gue yang biasanya kirim lagi, gue suka pesen sama dia."

"Gue kaya pernah liat bentuknya deh." Nata menyiritkan dahi nya tanda ia tidak mengerti.

"Ngga, lupain aja. Mungkin temen gue juga pernah ada yang pakai parfum ini." Rery kembali menyerahkan parfum itu pada Nata.

***

Sementara itu di belahan dunia yang lain, ada seseorang yang sedang menatap foto yang baru dikirim oleh pesuruh nya, menatap bidikan kamera itu dengan geram. Tak habis pikir dengan yang terjadi di dalam foto itu, wanita yang sangat ia benci sedang bersama dengan pria yang pernah ia cintai. Ia harus kembali ke negara dengan ribuan pulau itu secepatnya, ia tidak rela melihat Nata bahagia begitu saja di atas penderitaannya seorang diri.


#ReryNata

RERY.Where stories live. Discover now