Part 34 (Nephilim's House)

3.9K 343 17
                                    

Anya menyembulkan kepalanya kepermukaan danau, ia menatap langit yang mulai gelap. Setelah merasa cukup bersih dari darah iblis rogue, ia berenang perlahan ketepian lalu keluar dari danau dengan pakaian lengkapnya.

Ia tidur telentang di pinggir danau sambil menatap langit sore, ia ingat betapa menyeramkannya rogue tadi, bahkan ia tidak pernah mengira rogue bekerja sama dengan iblis hingga mendapatkan kekuatan itu. Ia menutup matanya dengan lengan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegangi dada kirinya yang terasa sesak.

Ingatannya kembali mengawan jauh ke masa kecil, masa paling bahagia sekaligus menyedihkan untukknya. Tubuhnya bergetar dengan airmata yang sudah mengalir deras dari kedua sisi wajahnya, masa itu, masa di mana ia kehilangan semua yang dimilikinya dan permulaan ia menjadi pembunuh mengerikan, "Papa... Anya takut..." lirihnya disela tangisannya, ia ingat bagaimana sayap putih lembut ayahnya itu selalu menyelimutinya ketika ia takut.

"Mereka, mereka sangat menyeramkan Mama... tolong Anya, tolong...kembalilah papa...mama" isakan tangisnya semakin keras dan memilukan, suara tangisannya membuatnya siapapun ikut mengiba jika mendengarnya. Hanya hutan itulah yang menjadi saksi bisu Anya menumpahkan semua perasaan menyedihkannya, sosok sebenarnya dibalik Z Death Angel.

Merasa lelah menangis, ia mengusap wajahnya yang basah karena air matanya, menghela napas lelah, ia berusaha mengatur detak jantungnya dan napasnya yang masih sedikit sesenggukkan.

'percuma saja, tidak ada gunanya menangis seperti orang bodoh, mereka tidak akan kembali' pikirnya kembali seperti Z, ya untuk sekarang kau tidak punya waktu untuk meratapi nasibmu.

Tak peduli dengan tubuh dan pakaiannya yang masih basah, Anya mengeluarkan sayapnya dan mulai terbang ke arah barat. Ia terbang menembus awan untuk menutupi dirinya, melintasi kota yang mulai ramai dengan cahaya-cahaya lampu yang memperindah pemandangan kota jika dilihat dari atas.

Ia tersenyum sedih melihat banyak orang berlalu-lalang tertawa tanpa beban bersama keluarga maupun rekan-rekannya. Andaikan, andaikan saja mereka tahu iblis sedang beraksi, apakah tawa itu akan tetap ada? Akankah tawa itu masih terdengar merdu?. Ia menelan salivanya berat, tidak! Itu tidak boleh terjadi, jika ayahnya gagal menjalankan tugasnya sebagai malaikat pengawas, maka ia akan menggantikan tugas ayahnya, bukan sebagai malaikat pengawas, tapi sebagai agent.

Anya mempercepat terbangnya ke arah Gunung Hermon, tempat dimana para malaikat mengucapkan janji untuk menanggung hukuman bersama karena telah melanggar perintah Dia, tempat dimana ayahnya juga pernah mengikrarkan janji itu. Melewati Gunung Hermon, ia terus memasuki hutan, ia menoleh ke belakang ketika merasa bahwa gunung itu sudah tak terlihat lalu menukik tajam ke bawah, kemudian menyentuhkan kakinya di tanah dengan santai.

Memasukkan kembali sayapnya, ia mulai berjalan semakin masuk ke dalam hutan, hingga sebilah archiel bergerigi terhunus di dekat lehernya, "Siapa kau?" Tanya suara yang begitu berat dan serak.

"Jauhkan archielmu dari leherku, Asher" Ucapnya lalu menolehkan kepalanya ke kanan, menatap pria yang lebih muda darinya. Pria itu mendengus, menatapnya tidak percaya.

"Bahkan kalian berhasil menirunya dengan sempurna," ucapnya lalu berjalan menghadap Anya, masih dengan archielnya yang terhunus ke leher Anya, "iblis macam apa kau?"

Ia berdecak sebal melihat Asher tidak mengenalinya dengan baik, jika saja bukan lelaki di depannya yang membimbingnya dulu di sarang, mungkin sudah ia patahkan lehernya saat ini juga, "Ini aku Anya deLlanaquin Moore, astaga kau tidak mengenaliku, Asher?" pekiknya kesal menatap pria bernama Asher itu.

"Tidak." ucapnya menatap Anya tajam, tidak mengalihkan tatapannya sedikit pun.

"Kau pure nephilim dan aku half demon-nephilim. Kita, maksudku kaum kita hanya bisa memakan daging mentah, manusia" ucapnya percaya diri, sedangkan Asher hanya memutar bola matanya, menunjukkan ia bosan dengan ucapannya.

"Aku tidak bodoh, iblis" ucapnya semakin menekankan archielnya yang bergerigi ke leher, membuat ujungnya menempel di kancing teratas baju Anya.

"Dasar lelaki mesum! jauhkan archielmu atau ku sebarkan pada semua nephilim di sarang kalau kau dulu pernah mengin-"

"Cukup. Kutekankan sekali lagi, aku tidak mengintip, itu tidak sengaja." ucap Asher lalu kembali memasukkan archielnya dan berjalan meninggalkan Anya yang hanya bisa menganga mendapat perlakuan seperti itu. Dia merasa tidak di hormati! Setelah sekian lama tidak berkunjung, seperti inikah penyambutan yang didapatnya? Menyebalkan!.

Ketika Asher berumur lima belas tahun dan Anya yang berumur tujuh belas tahun, saat itu keduanya tinggal di sarang, tanpa sengaja ia melihat Asher tengah berdiri di depan kamar bibi Olinda yang pintunya terbuka lebar dengan mulut menganga dan muka yang merah padam, hal itu membuatnya penasaran dan diam-diam ikut melihat apa yang membuat Asher seperti itu, dan betapa terkejutnya ia melihat bibi Olinda sedang mandi dengan pintu kamar mandi yang terbuka setengah.

Hal itu pun dijadikan senjata olehnya untuk memperalat Asher kecil yang terkenal akan pendiam dan pemalunya itu dan mengejek bahwa Asher tengah mengintip bibi Olinda mandi, walau ia tahu bahwa Asher tidak sengaja melihatnya, dan hal itu menjadi rahasia kecil antara keduanya, kecil bagi Anya dan besar bagi Asher.

Kartu AS Asher di tangannya.

Anya berlari menghampiri Asher hingga mereka berjalan beriringan dalam keheningan, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, hingga mereka sampai di gerbang hitam yang tinggi menjulang ke atas dengan sebuah lingkaran di tengahnya.

Asher meletakkan tangannya dilingkaran itu dan dalam hitungan detik gerbang itu terbuka dengan sendirinya, menampilkan para nephilim yang berlalu-lalang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, seketika mereka berhenti menatap Anya tajam karena aroma busuk iblis yang menguar dari tubuhnya, namun mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka begitu melihat Asher berada di sampingnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Anya tidak tahan dengan keheningan antara mereka, terlebih tidak biasanya ia melihat sarang sesibuk ini.

"Para iblis mulai bergerak" ucapnya memasuki kastil dan menaiki tangga dengan Anya yang masih sibuk dengan pikirannya. Tentu saja! Seharusnya ia mendapatkan emergency information dari ISA jika hal yang dilakukan para iblis semakin parah, atau mungkinkah para nephilim yang terlalu takut?.

Mungkin saja.

Terlalu sibuk dengan pemikirannya membuat Anya tidak sadar bahwa dirinya sudah sampai dipintu kayu besar dengan lambang pohon kehidupan. Asher mengetuk pintu itu, "Aku datang bersama Anya" ucapnya hingga suara yang menginstruksikan mereka untuk masuk terdengar.

"Paman Karel!" pekik Anya girang dan langsung memeluk pria yang baru saja melangkah melewati meja kerjanya, pria yang bernama Karel itu terkekeh geli melihat anak nakal didikannya itu masih bertingkah sama, "Jangan memelukku Anya, kau bau iblis" ucapnya membuat Anya melepaskan pelukannya kasar dan mencebikkan bibirnya, kesal dengan respon yang di dapatnya.

"Paman!!!" pekiknya kesal dan bersidekap dada, sedangkan Asher hanya memutar bola matanya kesal melihat tingkah kekanakan yang sudah dikenalnya itu, hingga ia lebih memilih duduk di sofa, sambil menonton pelepasan rindu yang begitu membosankan.

"Apa yang terjadi Paman?" Tanya Anya ikut duduk disamping pemimpin utama nephilim yang sudah dianggapnya seperti paman.

"Bersihkan dirimu dulu Anya, kau membuat paru-paruku sakit" ucap Tuan Karel sambil memegang dadanya bersikap seperti orang yang terkena sesak napas lalu diiringi dengan tawanya begitu melihat Anya kembali mendelik kesal dan mulai berjalan keluar ruangan.

o00o
14012018

Hellow my beloved readers! don't forget to click star or comment 😉😉

Best regards,

Emma

Mate MissionOnde histórias criam vida. Descubra agora