Part 26 (Trapped)

4.4K 341 13
                                    

Geraman kemarahan keluar dari mulut para tetua kegelapan begitu mendengar Anya merendahkan sang kuasa mereka dengan tidak terhormat, mereka melayangkan sihir mereka bertubi-tubi padanya, memberi sedikit pelajaran pada wanita kurang ajar itu agar bisa menunjukkan hormatnya pada sang kuasa mereka.

Anya beradu tinju dengan mantan kakeknya itu, baku hantam terus terjadi diantara keduanya, rahang, perut, lutut sudah menjadi sasaran tak terelakkan dari keduanya, kefokusan Anya untuk menghabisi mantan kakeknya itu membuatnya lupa akan kehadiran tetua lainnya, hingga salah satu tetua itu melayangkan sihir hitam padanya, membuatnya terpelanting jauh hingga menghantam pohon sampai tumbang.

Ia bangkit perlahan,menelengkan kepalanya kekiri dan kanan hingga menimbulkan bunyi tulang yangdiregangkan, ia berjalan dengan perlahan, memperlihatkan keanggunan yang ditimbulkandari gaun hitamnya setiap ia melangkah. Mengangkat kepala angkuh, ia menatap para tetua dengan senyum membunuhnya, "Периш (Periš)" ucapnya dengan mata merah darah yang penuh akan hasrat membunuh, memperlihatkan deretan gigi putih dengan taring tajamnya.

Bunuh! Bunuh! Bunuh!, Kini hanya kata-kata itu yang terlintas di kepalanya, membinasakan semua yang ada di hadapannya.

"Benar-benar peranakkan yang luar biasa," ucap salah satu tetua kepada mantan kakeknya yang tersenyum dengan penuh kebanggaan terhadap keturunan terbuangnya itu, keturunan yang tidak pernah dianggap olehnya sebelum ini.

Tubuhnya sudah penuh dengan amarah dan kebencian yang tidak dapat dibendungnya lagi, melebarkan sayap besarnya, ia melesat menuju langit lalu menukik tajam ke tetua yang melemparkan sihir hitam padanya, dengan cepat ia menarik leher jubah tetua itu, membawanya terbang bersama menuju langit malam lalu menghilang seperti sebelumnya, dan ledakkan hijau dilangit menjadi satu-satunya cahaya yang menandakan salah satu dari mereka telah mati. Dari langit jubah hitam itu jatuh ke arah para tetua dan menghantam tanah di bawah hingga menyerbakkan debu tanah yang sudah mengering dengan darah, jubah itu kosong, tidak ada sang empunya.

"Mencariku?" ucap Anya yang tiba-tiba muncul dengan mulut yang penuh dengan darah segar, ia memiringkan kembali kepalanya, menatap para tetua itu bergantian, kepalanya kini penuh dengan memikirkan hal menyenangkan seperti apa yang harus dilakukannya terhadap keempat mainannya yang sudah rusak itu, 'mereka perlu diperbaiki' begitulah ia menganggapnya. Belum sempat ide itu muncul, para tetua sudah berdiri mengelilinginya, mereka mengangkat tangannya ke atas lalu mengucapkan hal-hal yang tidak pernah didengarnya.

Semakin lama ucapan para tetua semakin cepat dan ucapan mereka bagaikan bisikan-bisikan cepat di pendengarannya, lingkaran api pentagram terbentuk dengan tiba-tiba, dengan Anya berada di dalam lingkaran itu, ia kembali mengepakkan sayapnya, berusaha keluar dari suara bising itu, namun takdir seolah berkata lain, tubuhnya jatuh telentang dengan sayapnya yang melebar, pergelangan tangannya terasa terbakar, seolah ada tali tak kasat mata yang menarik tangan dan kakinya, memaksa tubuhnya untuk terlentang dengan kaku dan tegap.

"AAKKKHHHH!" Pekikkan kesakitannya begitu menyeramkan, hingga membuat seluruh penghuni hutan disekitar area menjadi riuh karena mencoba menjauh dari sumber suara, mencari tempat perlindungan, kembali menjauh.

Rasa sakit yang berawal dari pergelangan tangan dan kakinya kini naik, merambah ke seluruh tubuhnya, alaram bahaya kini berdenging di kepalanya, memperingatinya bahwa para tetua mencoba mengeluarkan Lucifer dari nerakanya melalui dirinya, dengan kesadaran yang tersisa, ia menarik kedua kaki dan tangannya dan dengan bantuan sayapnya terbang menjauh dari pentagram itu, teriakan kemarahan yang bercampur kesakitan terus dikeluarkannya sambil terus mengepakkan sayapnya sekuat mungkin, dengan tangan dan kaki yang sudah berlumuran darahnya sendiri ia tetap terus mempertahankan kesadarannya.

Ia menggelengkan kepalanya cepat, ia tahu kesadarannya mulai menghilang, tapi ia tidak bisa membiarkannya, membiarkannya kehilangan kesadaran disaat seperti ini bukanlah hal yang bagus, dengan kepala yang mulai pusing ia terus memutar otaknya untuk menemukan jalan lain.

Buntu!

Ia tidak bisa menemukan ide, sedangkan lingkaran hitam panas mulai muncul di inti pentagram, tepat dibawah kakinya. Menengok ke bawah, ia dapat melihat di sana sosok tergelap itu sedang menatapnya dengan lapar dan penuh nafsu, tawa kebebasan terdengar begitu jelas di telinganya, perlahan, tangan sosok tergelap itu keluar dari lubang yang mulai membesar, tangannya merangsek ke atas, mencoba meraih kakinya agar berpijak di tanah untuk mempercepat pembukaan lingkaran itu.

Setetes air mata mengalir dari wajahnya ketika pikirannya mengawan jauh mengingat bagaimana ibu terkasihnya selalu memberinya nasihat untuk menjaga kesadarannya di saat dalam bahaya, ia tahu itu sebuah peringatan dari ibunya akan resiko yang didapatnya jika itu terjadi, tapi ia juga tidak bisa membiarkan iblis itu berkeliaran dan menghancurkan alam manusia yang dikasihi ayahnya itu.

"Menyerah bukan berarti kalah, my dear Anya"

Ia memejamkan matanya sejenak, meresapi semua rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya, ia sudah membuat keputusan. Menelan salivanya berat, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu mengepakkan sayapnya sekuat mungkin hingga rasanya tulang belakangnya hancur karena terlalu keras mengepakkan sayapnya. Ia berhasil lepas dari kukungan tali tak terlihat itu, namun seperti yang sudah di duganya, belum sampai ia menembus langit, semuanya menggelap.

Ia kehilangan kesadarannya, dan kehancuran dimulai.

o00o
22122017
Re: 13072018


*Периш (Periš) Binasa.

hello ma kindness readers! don't forget to click star or comment

Best regards,

Emma

Mate MissionWhere stories live. Discover now