“tidak apa-apa eomma, dengan eomma menemaniku selama di rumah sakit itu lebih dari cukup” ujar Myungsoo tulus.

. . .

“selamat pagi anak-anak” ujar Goo sungsaengnim.

Semua siswa berdiri serta memberi salam kepada sungsaengnim. Mereka pun duduk setelah dipersilahkan untuk duduk.

“anak-anak, kumpulkan pr kalian di depan sekarang” ujar Goo sungsaengnim.

“pr? Pr apa? Aku tidak ingat ada pr” Taeyong berbisik pada Doyoung.

“omo, Taeyong kau tidak mengerjakan pr??” ujar Doyoung yang terkejut mendengar perkataan Taeyong.

Sebagian besar siswa maju untuk mengumpulkan pr mereka, namun tidak untuk Taeyong. Taeyong bahkan tidak mengerjakan pr nya sama sekali.

“pr yang terkumpul hanya 30 dari 40 siswa. Yang tidak mengerjakan PR silahkan tidak ikut pelajaran saya!” tegur Goo sungsaengnim.

Beberapa siswa berdiri termasuk Taeyong. Saat melihat Taeyong berdiri, beberapa siswa terlihat kaget. Tentu hal ini sangat memalukan untuk Taeyong. Taeyong pun akhirnya keluar kelas bersama beberapa temannya.

Taeyong memilih meninggalkan ruang kelasnua dan memilih menuju gedung olahraga. Disana ia malah bertemu dengan Jaehyun dan Winwin serta Johnny sedang merokok di dalam.

“oi, Lee Taeyong!” panggil Jaehyun.

“kau bolos kelas?” tanya Jaehyun.

“tidak... aku dikeluarkan karena tidak buat pr” ujar Taeyong.

“cih... jadi seperti ini Lee Taeyong yang juara olimpiade matematika itu” ujar Johnny sinis.

“duduklah disini” ajak Winwin.

Taeyong pun duduk disamping Winwin.

“nih” Winwin menyodorkan sebatang rokok pada Taeyong.

“eum, terima kasih” ujar Taeyong.

“ngomong-ngomong terima kasih ya karena sudah melindungi kami” ujar Jaehyun.

“ternyata kau bisa memegang omonganmu. Sekarang kami percaya padamu, Taeyong” ujar Johnny.

. . .

“Taeyong, kau dari mana saja? Kenapa tadi tidak kembali ke kelas?” tanya Doyoung.

“aku tadi ke gedung olahraga” ujar Taeyong.

Doyoung mendekat ke arah Taeyong lalu terkejut.

“Taeyong, kau bau asap. Apa jangan-jangan???” tanya Doyoung kaget.

“aku baru-baru ini merokok karena mereka. Jangan sampai kau mengadukan ini ke eommaku” ujar Taeyong.

“tenang saja, aku kan juga perokok" ujar Doyoung.

"Tapi bagaimana bisa kau mendadak merokok padahal sebelumnya kau sangat benci rokok” ujar Doyoung

“aish Doyoung, aku banyak pikiran akhir-akhir ini” ujar Taeyong.

“ah baiklah, urusan kelurgamu. Aku mengerti. Lalu bagaimana dengan hubunganmu dengan myungsoo?” tanya Doyoung.

“hubungan? Kau pikir aku pacaran dengannya? Kami biasa saja, dia baik padaku. Jadi aku baik padanya” ujar Taeyong.

“nampaknya kau tidak tulus mengatakannya” kata Doyoung.

“sejak eommaku bertemu Myungsoo, eommaku jadi lebih perhatian padanya. Eommaku bersikap lembut padanya, sementara kemarin aku hampir dibunuh eommaku”

Taeyong membuka sedikit kerah seragam sekolahnya sehingga terlihat luka pada bahunya bekas dipukuli eommanya kemarin.

“dan belum lagi yang ada di punggung” lanjut Taeyong.

“aigo... itu mengerikan” Doyoung bergidik.

“sejujurnya aku belum bisa benar-benar menerima keluarga baruku itu... apalagi kini kasih sayang eommaku seperti teralih padanya” ujar Taeyong kesal.

“ah, akhirnya kau merasakan yang aku rasakan! Rasanya ingin sekali aku membuang adikku ke tempat sampah sehingga aku menjadi anak tunggal!” seru Doyoung.

“yeah, lebih enak jadi anak tunggal. Kalau bukan karena Myungsoo sa...”

Taeyong teringat dengan perkataannya. Hampir saja ia keceplosan mengatakan Myungsoo sakit. Ia tidak merasa perlu membocorkan kondisi Myungsoo yang sebenarnya.

Taeyong teringat dengan pembicaraannya dengan teman-teman klub basketnya tadi, bahwa sebenarnya Chungdam masih menyimpan dendam dengan Seoul International, sekolah Myungsoo.

Apabila ia membocorkan kondisi Myungsoo yang sebenarnya, sepertinya itu akan mempermalukan Myungsoo... dan ujung-ujungnya akan mempermalukan dirinya sebagai saudara kembar Myungsoo.

“kalau bukan karena Myungsoo sayang padaku, aku akan lebih memilih membencinya” ujar Taeyong ketus.
.
.
TBC
.
.
Vote below for the next part 😊😊

I'm Sorry I'm too IntrovertWhere stories live. Discover now