/sa.tu/

3.8K 212 4
                                    

/ren.ja.na/

/sa.tu/

[Januari 2018]

Brruukkk.. Brrukk..

Koper besar meluncur bebas dan menubruk dinding dengan keras.

Si pemilik koper hanya memasang wajah tak acuh.

Kedua bola mata pria itu sibuk menelusuri semua sudut ruangan yang baru pertama dia lihat.

Dahinya mengeryit dengan tatapan tak percaya.

"Ini tempatnya?" gumamnya.

Diangkat dan dibacanya lagi sebuah alamat yang tertera pada secarik kertas di tangan kanannya.

Helaan napas panjang menjadi respon pertama saat mata pria itu membaca nama gedung itu.

Ya, ternyata sama persis dengan tulisan yang ada di kertas itu.

Kedua kali dia periksa, ternyata memang benar ini tempatnya.

Wajah tak senang tak bisa disembunyikan.

Pria itu dengan malas mengambil kopernya lalu berjalan dengan lesu menuju satu kursi yang berada di samping pintu masuk.

Bruukkk..

Lagi-lagi, koper itu dia taruh sembarangan.

Pria itu segera duduk lalu tangan kanannya merogoh saku celananya.

Dia mengeluarkan telpon genggamnya lalu mengetik sebuah nama dengan penuh kesal.

Tttuutt... Tttuuutt...

Rasa kesalnya semakin menjadi saat panggilannya belum dijawab.

"Sialan," umpatnya kesal.

"Halo, Phi? Sudah sampai?" suara seorang pria terdengar dari ujung telepon.

"Sialan lo! Gue gak mau di sini! Gue mau balik sekarang!" kekesalannya sudah tak bisa dia tahan.

"P'Mean~ Jangan marah ya~ Semuanya tidak seburuk yang kau pikirkan, Phi. Yayayaya?" pria lawan bicaranya itu berusaha membujuk.

"Lo aja yang kesini!" jawab pria bernama Mean itu tanpa memperhalus intonasinya.

"Phi~ Jangan marah. Kan Phi tahu mengapa aku melakukan ini," ucap pria itu.

Mean menghela napas pendek lalu dengan sepihak mematikan sambungan teleponnya.

"Sialan, Mark!"

Mean menyandarkan badannya dengan pasrah.

Seharusnya dia tidak di sini.

Seharusnya dia sedang berada di laboratorium mengerjakan penelitian yang sudah direncanakannya dari jauh-jauh hari.

Penelitian impiannya yang akan membawanya menuju tugas mulia seorang mahasiswa yaitu skripsi.

Tapi nyatanya, saat ini dia sedang duduk di sebuah gedung asing yang berada di wilayah yang juga asing baginya.

Dia bukannya tak berani pulang, tapi gedung itulah yang akan menjadi tempat tinggalnya 4 bulan ke depan.

Dia bisa saja saat ini membawa kopernya lalu pergi meninggalkan tempat itu, tapi nasib nilainya semester ini ada di tempat ini.

Jika nilainya buruk di semester ini, menyusun skripsi di akhir tahun ini akan menjadi khayalan semata.

Harapannya, tahun ini dapat menyusun skripsi, melakukan penelitian dan tahun depan bisa lulus dan lepas dari kekangan tugas yang selalu menghantuinya.

RENJANA /ren.ja.na/ [MEANPLAN LOVE STORY]Where stories live. Discover now