“aigo, aku melupakan ulang tahun eommaku semalam!”

“aigo, aku lupa jalan-jalan dengan pacarku!”

“aigo, aku tidak pulang”

Teman-teman Taeyong kalang kabut dan buru-buru membereskan barang bawaan mereka. Mereka berebut ke kamar mandi untuk mencuci muka agar terlihat segar, tidak seperti habis mabuk. Lalu mereka semua keluar bar dan pulang ke tujuannya masing-masing.

Taeyong berjalan buru-buru ke rumahnya, namun saat mendekat ke rumahnya ia malah memelankan lajunya. Ia memastikan bahwa eommanya sudah berangkat ke sekolah.

Taeyong mengintip melalui pagar rumahnya, rumahnya nampak sepi dan tidak ada orang. Taeyong pun merasa lega. Buru-buru ia memasuki rumahnya dengan kunci rumah yang ia selalu bawa.

Taeyong kembali merasa mual setelah ia di dalam rumahnya. Sepertinya ini karena efek bir yang terlalu banyak ia minum, padahal dia tidak pernah minum bir sebelumnya. Jangankan minum bir dan merokok, ia bahkan tidak pernah pergi ke bar sampai tidak pulang ke rumah sebelumnya.

“Lee Taeyong! Eomma kira kau sudah lupa jalan pulang ke rumah!”

Taeyong tersentak kaget karena mendengar teriakan eommanya. Ia pun menoleh ke belakang perlahan. Ia dapati eommanya di belakangnya bersama appanya dan juga Myungsoo.

Appa dan Myungsoo memandangnya dengan ekspresi khawatir, tidak seperti eommanya yang sudah siap-siap murka.

“maaf eomma... aku bisa jelaskan...” kata Taeyong.

“apa maksudmu, eoh?! Dan sekarang kau bolos sekolah! Kau benar-benar...”

“PLAK”

Sooyeon memukul bahu Taeyong dengan rotan yang entah bagaimana ada di tangan eommanya sekarang. Rotan yang sudah biasa dipakai eommanya itu untuk memukul Taeyong jika ia berbuat salah. Tentu saja bahu Taeyong kini terasa panas.

“ini untuk kau yang tidak pulang ke rumah tanpa memberi kabar”

“PLAK”

“ini untuk kau yang membolos sekolah pagi ini!”

“arghh...”

Taeyong meringis kesakitan. Sebetulnya ia malu meringis di depan appa dan saudaranya. Semua berjalan tidak sesuai ekspektassi Taeyong.

“dan Taeyong... kau bau alkohol... Ya Tuhan!! Jangan bilang kau...” ujar eommanya.

“maafkan aku, eomma...” ujar Taeyong sambil menundukkan kepalanya.

“PLAK... PLAK...”

“eomma tidak habis pikir, Lee Taeyong!! Siapa yang mengajarimu pergi ke tempat seperti itu, eoh?!” lanjut eommanya.

Selanjutnya Sooyeon terus-terusan memukul Taeyong dengan batang rotan itu hingga rotan itu patah.

“cukup eomma...” ringis Taeyong.

“cukup katamu?? Bahkan rasanya eomma ingin memukulmu sampai tangan eomma yang patah! Siapa yang mengajakmu ke tempat seperti itu?!” tegur eommanya.

Taeyong ingat dengan ancaman Jaehyun semalam. Tentu sekarang ia tidak bisa memberitahukan pada eommanya bahwa Jaehyun lah yang mengajaknya ke bar semalam.

“aku.. aku yang mengajak mereka...” ujar Taeyong.

“Lee Taeyong!!! Kau!!”

Sooyeon bersiap menampar wajah Taeyong, namun Jaejoong berhasil menahan laju tangan Sooyeon. Ia menarik Sooyeon ke belakang sementara ia mendekati Taeyong.

“Lee Taeyong, kenapa kau bisa mengajak mereka ke bar?” tanya Jaejoong.

Taeyong memandang appanya sekilas lalu kembali menunduk, “aku... aku hanya ingin bersenang-senang...”.

"Lain kali tidak boleh kau ulangi lagi. Sekarang mandilah” ujar Jaejoong.

“sekali lagi aku minta maaf telah membuat kalian khawatir...”

. . .

Taeyong memakai baju dengan susah payah karena ia tidak ingin bajunya bergesekkan dengan kulit punggung dan bahunya yang luka-luka.

Ini belum lagi saat ia mandi dan harus menahan rasa perih yang luar biasa saat luka-lukanya terkena air dan sabun.
Taeyong merasa tidak mampu lagi berdiri, ia pun berbaring telungkup di ranjangnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan suara berdecit. Taeyong bahkan tidak peduli siapa yang datang ke kamarnya. Taeyong sesekali masih meringis kesakitan dan tidak bergerak.
Tiba-tiba ia merasakan punggungnya
disentuh, tepat di lukanya.

“argh...” teriak Taeyong.

“mian”

Dari suaranya, Taeyong tahu bahwa itu adalah Myungsoo. Namun Taeyong tidak bisa menoleh ke arah hyungnya, rasanya ia tidak punya tenaga lagi untuk sekedar memutar kepalanya.

“harusnya aku yang minta maaf... aku membuat kalian khawatir” ujar Taeyong.

“kau sudah meminta maaf, sebenarnya aku sangat gelisah menunggumu saat tahu kau tidak pulang semalam dan tidak mengabariku sedikitpun” omel Myungsoo.

“ne...ne...” jawab Taeyong seadanya.

“aku mau tidur... aku tidak punya tenaga lagi” lanjut Taeyong.

Myungsoo pun membuka perlahan baju Taeyong untuk melihat lukanya Taeyong. Dengan melihatnya saja membuat Myungsoo meringis.

“akan kuobati, ne?” ujar Myungsoo.

Myungsoo sudah mempersiapkan betadine dan kapas. Dengan lembut Myungsoo mengoleskan betadine ke luka Taeyong.

Sesekali Taeyong meringis karena lukanya perih.

“sudah selesai, sekarang istirahatlah” kata Myungsoo.

“gamsahamnida... hyung” jawab Taeyong.

“bukan apa-apa... aku tidak tega melihatmu dipukul tadi...” ujar Myungsoo.

“tenang saja... aku sering dipukul eomma memakai rotan itu... untuk pertama kalinya dalam 17 tahun rotan itu akhirnya patah tadi hahaha” Taeyong tertawa lemah.

Myungsoo diam sesaat lalu bertanya, “Taeyong... kau tadi bohong kan pada eomma?”.

“apa maksudmu, hyung?” tanya Taeyong heran.

“tadi... saat kau bilang kau sendiri yang mengajak teman-temanmu ke bar... kau bohong kan?” tanya Myungsoo.

Giliran Taeyong yang terdiam, ia merasa ia tidak bisa membiarkan teman-temannya dalam bahaya.

“hyung, berjanjilah jangan menceritakan ini pada eomma... aku memang bohong. Aku diajak temanku” Taeyong mengakuinya.

“ah sudah kuduga, tenang saja aku tidak akan bilang eomma dan appa” jawab Myungsoo.

“ngomong-ngomong hyung tidak di rumah sakit? Sudah diperbolehkan pulang?” tanya Taeyong.

“tentu sajan, dokter bilang kondisiku sudah stabil. Aku bisa keluar dari rumah sakit asalkan aku tidak beraktivitas berlebihan” ujar Myungsoo.

“syukurlah hyung” ujar Taeyong.

Beberapa detik kemudian terdengar suara dengkuran halus dari Taeyong. Myungsoo yang melihat Taeyong sudah tertidur memilih untuk meninggalkan kamar Taeyong.
.
.
TBC
.
.
kalau kalian masih penasaran sama kelanjutan cerita ini silahkan vote cerita ini yaa 😊😊 BIG THANKS

I'm Sorry I'm too IntrovertWhere stories live. Discover now