Kini Taeyong dan Myungsoo kembali terdiam dan terjebak dalam suasana kikuk. Sangat sulit untuk memulai pembicaraan di antara mereka sebagai sepasang saudara.
“hyung, sejak kapan kau sakit begini? Kemarin kau terlihat sehat” ujar Taeyong.
Myungsoo menghela napasnya, “aku sakit sejak kecil dulu. Saat memasuki sekolah menengah, keadaanku sempat membaik. Kini keadaanku jadi semakin parah”.
“maaf, aku tidak tahu sebelumnya. Kupikir hidupmu baik-baik saja karena hidup berkecukupan” ujar Taeyong.
“siapa bilang hidupku baik-baik saja? Aku sakit-sakitan dan sering tidak dipedulikan appaku. Aku hidup kesepian, Taeyong-ah” ujar Myungsoo.
“appa kita terlalu sibuk dengan urusan bisnisnya. Dia jarang menemani aku saat aku sakit” ujar Myungsoo.
“gwaenchana, hyung. Sekarang kau punya aku dan eomma. Aku akan menemanimu” Taeyong menggenggam erat tangan hyungnya.
“Taeyong, kau...”
DRTT... DRTT...
“eoh, maaf hyung, aku mau angkat telepon sebentar ya”
“yeoboseyo, Winwin ada apa? Ah, aku lupa! Baik-baik aku pulang ke rumah dulu mau ganti baju. Ah ne... ne” Taeyong menjawab telepon lalu menutupnya.
“Taeyong, ada apa?” tanya Myungsoo.
“maaf, aku lupa ada latihan basket jadi aku harus pergi. Nanti malam aku akan kesini lagi. Aku pergi dulu” Taeyong pun pergi.
. . .
Taeyong bersama teman-temannya berebut bangku di pinggir lapangan karena kelelahan setelah latihan.
Tidak terasa mereka berlatih begitu lama hingga malam. Mereka begitu lelah dan lapar.
“aish... lapar sekali” gerutu Winwin.
Jaehyun tiba-tiba berdiri dan berteriak,
“teman-teman, aku akan traktir kalian semua. Ayo berkemas dan ikut aku. Tempatnya tidak jauh. Dan Taeyong, kau juga ikut”
“ah... aku? Tapi...” kata Taeyong ragu.
“ayolah Taeyong, kita sekalian merayakan kemenangan kita, kan?” kata Jaehyun.
“ah... baiklah... sebentar saja tidak apa-apa”
Mereka berjalan kaki menuju tempat yang Jaehyun maksud. Ternyata jalanan di dekat sekolahnya ini begitu ramai saat malam hari, banyak toko-toko makanan, hotel dan bar buka di malam hari.
Jaehyun pun berhenti di depan bar dan ia masuk ke dalamnya diikuti teman-temannya. Taeyong yang terkejut berhenti dan berusaha memanggil Jaehyun.
“Jaehyun, berhenti! Kita... ke bar?” tanya Taeyong.
“tentu saja, kita sudah biasa ke sini” ujar Jaehyun enteng.
Terlihat Winwin membisikkan sesuatu kepada Jaehyun. Jaehyun pun kaget dan ia buru-buru mendekat pada Taeyong.
“berjanji kau tidak akan mengatakan semua ini kepada eommamu! Atau kau akan kami keluarkan” ancam Jaehyun.
“ah... aku tidak akan bilang... siapa yang bilang kalau aku akan mengadukannya kepada eommaku?” tanya Taeyong.
“winwin” ujar Jaehyun enteng, orang yang disebut Jaehyun itu terkejut bukan main.
Dalam diri Taeyong timbul rasa marah. Inilah yang membuatnya selama ini tidak memiliki teman.
Setiap ia ingin pergi bersama temannya atau bersenang-senang, teman-temannya itu tidak akan mengajak Taeyong karena Sooyeon sungsaengnim adalah eommanya Taeyong.
Mereka takut kalau eommanya Taeyong akan tahu dan malah menghukum mereka, karena eommanya dikenal sebagai guru killer di sekolahnya.
Taeyong ingin membuktikan kalau ia tidak seperti yang mereka takutkan, Taeyong tetaplah anak muda biasa yang ingin bersenang-senang.
“aku berani jamin Lee sungsaengnim tidak akan memarahi kalian. Kalian tidak perlu takut denganku hanya karena kalian takut pada Lee sungsaengnim” ujar Taeyong.
.
.
TBC
.
.
sorry for this super late update 😂
.
Disini Taeyong bakal mulai jadi anak bandel yaa. Kalau penasaran lanjutannya kalian bisa vote cerita ini 😊😊
YOU ARE READING
I'm Sorry I'm too Introvert
General FictionTaeyong adalah siswa pintar di sekolahnya yang punya prestasi gemilang di bidang akademik terutama matematika. Selain itu Taeyong juga berwajah tampan. Namun sayang, Taeyong tidak memiliki banyak teman karena dia yang memiliki sifat introvert. Hany...
part 13
Start from the beginning
