TUJUH BELAS

5.7K 209 90
                                    

Hari ini jadwalnya bersih-bersih rumah. Semua kamar akan dibersihkan. Semua pakaian akan di laundry, sampai ac pun akan di service mingguan. Cleaning service baru saja datang bersamaan dengan Sekretaris Lee. Kalau begini, terpaksa Ellina harus mengungsi. Biasanya ia dan Vanno akan mengungsi ke hotel, kalaupun tak mau ke hotel biasanya Ellina jalan-jalan bersama Vanno. Tapi itu saat bersih-bersih dilakukan pada hari minggu, tidak seperti sekarang.

Hari ini hari sabtu, jadwalnya Vanno ke kantor. Ia sudah berangkat tadi pagi. Ellina bingung. Ia tak mau ke hotel sendirian.

"Nona, mari saya antarkan untuk check in."

Sekretaris Lee sudah biasa berbicara formal begitu, padahal Ellina sudah bilang padanya untuk bersikap biasa saja. Tapi itulah Sekretaris Lee, dari dulu dia sudah begitu.

Ellina tidak mau ke hotel sendirian. Jalan-jalan pun malas kalau sendirian. Oh,Ellina punya ide!

"Sekretaris Lee, Ellina boleh ke kantor kakak?"

---

Ctak!

Bunyi pulpen yang berbenturan dengan meja menggema di ruangan itu. Vanno melirik jam dinding, sudah jam makan siang. Hari ini tidak ada meeting ataupun acara penting lainnya. Vanno bersyukur, pekerjaannya tidak banyak hari ini. Hanya menandatangani beberapa berkas saja. Tapi tetap, Vanno harus berada di sini sampai sore. Terkadang, jika ada acara-acara di kantornya Vanno akan pulang saat jam makan malam, atau bahkan ia pernah menginap di kantor saat pekerjaan sedang banyak-banyaknya.

Vanno lelah, kepalanya berdenyut sedari tadi. Ia benci seperti ini, ia tak mau sakit. Sakit itu merepotkan tahu!

Tapi memang, akhir-akhir ini, Vanno merasa badannya tidak enak. Saat malam hari pun ia kedinginan sampai harus mematikan ac di kamarnya.

Vanno mengusap wajahnya, ia mau tidur tapi tidak boleh. Ia harus makan kalau tidak malah akan memperparah kondisi tubuhnya yang tidak enak. Ah, Vanno sampai lupa menelpon Ellina! Vanno harus memastikan anak itu makan. Terkadang Ellina tidak mau maka jika tak ada yang menemani, makanya Vanno harus menelpon untuk memastikannya.

Vanno mengambil ponsel pintarnya yang berada di laci. Baru saja ia ingin menelpon, tapi orang yang bersangkutan sudah menelpon duluan bahkan saat layar di ponselnya belum menyala. Vanno tersenyum dan mengangkat telpon dari Ellina.

"Bentar lagi aku nyampe."

"Hah?"

"Iya bentar lagi aku nyampe."

"Sampe kemana Ell?"

"Ya ke kantor kakak lah! Kan udah aku line tadi! Yaudah aku tutup dulu ya! Dah."

Vanno melongo. Telponnya sudah dimatikan. Ellina mau ke kantornya. Vanno langsung mengecek ponselnya. Ternyata benar, Ellina sudah mengirim pesan kalau ia akan datang kemari, Sekretaris Lee juga.

Vanno mengerjapkan matanya. Kalau Ellina kemari ia harus apa?

---

Vanno bingung, tapi juga senang. Dadanya bergemuruh senang saat tahu Ellina akan datang. Rasanya bahagia sekali. Daritadi Vanno terus tersenyum seperti orang gila di ruangannya. Bahkan meja yang tadinya berantakan oleh tumpukan kertas pun sudah rapi. Ruangan juga sudah ia beri pewangi ruangan. Bahkan Vanno mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar. Ia tak sabar tahu!

Tok! Tok!

Itu pasti Ellina! Senyum Vanno makin lebar. Ia sudah membayangkan betapa cantiknya Ellina dengan kemeja putih yang dibalut blazer hitam dan rok hitam. Oh! Mungkin Ellina juga akan menggerai rambutnya! Pasti cantik sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Perfect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang