DELAPAN

3.4K 114 6
                                    

Ellina Pov

"Nona ... Bangun nona, sudah siang. Anda akan telat jika tidak bangun juga! Nona!"

Suara bi Nari yang disertai dengan ketukan pintu membangunkanku dari tidurku. Aku membuka mataku dengan malas. Ah, aku lelah sekali.

Aku mendudukkan diriku di kasur. Ku lihat diriku yang masih menggunakan gaun yang semalam. Aku baru ingat, semalam aku ketiduran di mobil kak Elvan.

Suara bi Nari yang sedari tadi memanggilku sedikit menggangguku.

"Iya bi aku bangun. Emang sekarang jam berapa ? Alarmku aja belum bunyi bi", aku sedikit berteriak agar bi Nari yang diluar sana bisa mendengarku.

"Alarm nona sudah bunyi 3 kali nona, dan sekarang sudah jam setengah delapan"

"Ah baru setengah delapan ..."

1 detik ...

2 detik ...

3 detik ...

"WHAT ?!!"

Aku segera melesatkan diriku ke kamar mandi. Jam pelajaran akan dimulai setengah jam lagi. Dan sekarang aku harus extra cepat agar tidak terlambat.

Dua puluh menit kuhabiskan untuk mandi dan bersiap-siap. Tentu saja mandi yang ecek-ecekan. Biarlah, yang penting tidak telat. Setelah selesai, aku membuka pintu kamarku dengan sedikit keras karna terburu-buru. Saat kulihat sebelah kanan, kak Elvan sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Mau kemana dia ?

--

Elvanno Pov

Suara Sekretaris Lee membangunkanku. Aku membuka mataku lalu melihat jam. Jam 7 pagi. Tak biasanya Sekretaris Lee datang pagi-pagi.

Aku membuka pintu kamarku dan sudah ada Sekretaris Lee di depanku.

"Maaf membangunkan anda tuan muda, tapi sepertinya anda harus ke kantor hari ini. Kami membutuhkan anda"

Sudah kuduga, pasti masalah kantor. Sebenarnya menjadi CEO seperti ini dan di usia semuda ini bukanlah kemauanku. Ini semua perintah dari ayah. Meskipun ayah sedang entah ada dimana, ia selalu menugaskan Sekretaris Lee untuk mengerjakan sesuatu, seperti halnya memintaku -atau lebih tepatnya memaksa- untuk menjadi CEO di perusahaan ayah.

Aku tidak mau, dan aku tidak suka dipaksa. Alhasil, aku hanya pergi ke kantor seminggu sekali dan jika ada masalah yang sangat membutuhkanku. Sebenarnya sekarang pun aku tidak perlu melanjutkan sekolah SMA. Bahkan setelah lulus dari SMP pun aku sudah bisa menjadi mahasiswa karna kejeniusanku ini. Tapi aku tidak mau dan memilih untuk melanjutkan ke SMA. Alasannya sederhana. Aku hanya ingin menikmati masa mudaku. Karna aku berjanji -lebih tepatnya ayah yang memaksaku untuk berjanji- pada ayah kalau selesai aku lulus sekolah aku harus benar-benar mengurus perusahaan yang akan menjadi milikku itu. Sungguh masa muda yang mengenaskan untukku.

Aku menganggukkan kepalaku kepada Sekretaris Lee. Menutup pintu lalu berjalan ke kamar mandi dan bersiap untuk ke tempat yang penuh dengan orang-orang licik yang hanya memikirkan uang, kantor. Ah, untung saja aku ini cerdik sehingga mereka tidak bisa begitu saja menyingkirkanku.

Aku memikirkan tentang apa yang akan kulakukan di kantor. Pasti ada rapat dadakan. Dan aku akan melihat wajah-wajah licik mereka. Tau benar aku jika mereka ingin menyingkirkanku dan merebut semua aset dan saham perusahaan ayah. Cih, mentang-mentang aku masih muda dan mereka pikir mereka bisa menyingkirkanku dengan cara liciknya itu ? Aku tidak sebodoh itu. Memikirkan mereka pun membuatku tersenyum sinis. Betapa menyebalkan orang seperti itu, batinku.

A Perfect BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang