01. KISAH BARU

497 51 226
                                    


Fenny melangkah ke luar rumah, menikmati sejuknya udara pedesaan di pagi hari. Berulang-ulang dia menghirup udara segar serta mengembuskannya secara perlahan. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling, menatap hamparan sawah yang terpampang jelas di hadapannya, ditambah kebun-kebun hijau yang terlihat dari kejauhan. Membuatnya semakin menikmati pemandangan yang tidak bisa ditemui di ibu kota.

Fenny tiba di Bandung kemarin malam diantar orang tuanya, dia akan melanjutkan sekolah di sini.

"Fenny."

Fenny menoleh demi mendengar Mama memanggil namanya. Gadis itu lalu menghampiri Mama yang sedang membawa opak sekantong penuh.

"Ini mau dibawa, Mah?"

"Iya. Kali aja orang luar demen sama makanan khas sini." Dengan susah payah Mama mengangkat tas yang sepertinya cukup berat. "Kamu bantu dong, jangan diem aja!" perintah Mama sedikit meninggikan suaranya.

"Oleh-oleh Bandung tuh peuyeum kali, Mah."

"Mama juga tahu. Udah, kamu cepet masukin ke mobil."

Fenny membawa barang-barang Mama menuju mobil. Sekarang Mama dan Papa akan kembali ke Jakarta. Meninggalkannya sendirian tinggal bersama Oma. Dia memeluk erat Papa, seakan tak ingin berpisah dengannya. Gadis itu sangat dekat dengan Papa, sosok lelaki yang tak pernah menyakitinya dan selalu bisa membuatnya tersenyum. Tak jarang, Fenny juga sering menceritakan kisah asmaranya pada beliau.

"Kamu jaga diri baik-baik, ya, Fen. Jangan kecentilan!" Papa mencubit hidung Fenny, sontak dia memekik nyaring.

"Ihhh, jangan samain Fenny sama Mama dong, Pah!" ujar Fenny ngasal yang langsung disambut tatapan buas Mama. Fenny cekikikan.

"Mama, kan, centilnya sama Papa kamu aja bukan sama yang lain!"

Papa menggeleng pelan, takjub dengan tingkah istri dan putrinya yang ajaib. Mama berjalan mendekati Fenny seraya mendaratkan kecupan di pipi gadis itu. Sesekali mengacak-acak rambut putri kesayangannya. Beliau lalu masuk ke mobil setelah mencium tangan Oma, serta pamitan kepada Fenny sekali lagi.

"Papa berangkat, ya, Sayang."

Fenny mengangguk, menatap kepergian Papa dan Mama ditemani Oma di sampingnya. Dia terus memperhatikan mobil yang dikendarai Papa melaju, sampai akhirnya menghilang di ujung desa.

Sebenarnya, Fenny bisa saja tinggal sendiri di Jakarta. Namun, gadis itu lebih memilih untuk tinggal bersama Oma di Bandung. Dia merasa tidak akan tenang bila tetap di ibu kota. Ada sebab yang membuatnya terus mengingat kejadian yang membuatnya sangat merasa bersalah. Walau kejadian itu sudah lama berlalu, tetapi tetap saja luka itu sangat membekas di hatinya. Oleh karena itu, Fenny memilih pergi menuju tempat baru.

***

Sore itu, Fenny berjalan santai mengelilingi desa. Sampai saat ini, dia belum menemukan teman baru, karena hanya berdiam diri di rumah dan sesekali pergi keluar. Selain itu, kadang ada bahasa yang tidak dimengerti, membuatnya harus beradaptasi terlebih dahulu.

Ketika melewati lapangan desa, Fenny terkejut begitu mendapati bola yang mengarah padanya dan tepat mengenai kepala. Gadis itu meringis kesakitan.

"Maaf, nggak sengaja." Seorang cowok bertubuh jangkung mendekati Fenny yang terduduk di luar lapangan. "Kamu nggak apa-apa?" Fenny berusaha tersenyum demi melihat keramahan si cowok, meski kepalanya masih terasa agak nyeri. Cowok itu membantu Fenny berdiri dengan raut wajah memelas. "Kepalanya masih sakit?"

"Udah agak mendingan." Fenny tersenyum kaku.

Cowok itu menghela napas lega, terlihat sekali dia sangat khawatir karena tendangan bolanya nyasar pada seorang gadis. Cowok itu mengulurkan tangan, mengajak berkenalan.

Kisah FennyWhere stories live. Discover now