BAB 12 | Rahasia

40.6K 1.2K 34
                                    

Sejak mengetahui Aretha hamil, perlakuan Chris bisa dibilang manis. Dia berusaha agar tidak marah, atau membuat marah wanita itu. Sebagai seorang teman tentu saja. Oh iya, sebelumnya kalian harus ketahui bahwa, Aretha adalah teman pertama seorang Chris Rivalles.

Selama ini Chris tidak pernah memiliki seseorang yang dapat berbagai hal dengannya, seseorang yang siap diajak berbicara, mengomelimu saat salah, dan kamu memberinya omelan saat dia salah. Bukan seseorang yang memuji, atau memujamu apapun yang kamu lakukan. Tetapi, seorang yang sanggup berkata apa adanya tentangmu, untuk membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik. Seseorang yang ada saat kamu dilanda kebahagiaan, dan saat kebahagiaan itu berganti dengan kemalangan, orang itu tetap ada, dan memberikan dukungannya untukmu. Seseorang yang bernama, teman.

Hari itu setelah dari rumah sakit, Chris mengantar Aretha pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Menurut Dokter, Aretha cukup sehat untuk menjadi seorang pasien rumah sakit, dia hanya akan diberi obat, dan dapat beristirahat di rumah.

Di rumah Aretha sangat sepi, suasananya nyaris sama tapi tidak serupa dengan suasana di rumah kediaman Rivalles. Setidaknya ada kehangatan di rumah kediaman keluarga Rivalles, tapi tidak di kediaman keluarga Forman.

Saat itu, seorang pria yang terlihat jauh lebih muda dari Chris, dan dari Aretha datang menyambut mereka. Saat di rumah sakit, Aretha menelepon seseorang, dia memberitahukan kehamilannya pada orang itu. Chris yakin orang yang dikabari tentang kehamilan Aretha bukanlah kedua orang tuanya, tidak mungkin Aretha berani mengambil resiko dengan mengatakan kebenarannya sekarang. Jadi, pasti orang itu adalah kekasih Aretha, Justin.

"Chris, kenalkan, ini Justin."

Aha, sudah kuduga dia adalah Justin! pekik Chris senang dengan tebakannya.

Tapi sungguh Chris tidak menduga bahwa Justin masih muda, dia mungkin seumuran dengan Nichola, sepupu Chris. Chris membantu Justin, memapah Aretha ke dalam kamarnya untuk istirahat.

"Ar, aku pulang dulu. Kamu jagalah kesehatanmu. Justin, senang berkenalan denganmu."

Pemuda bernama Justin itu tersenyum, "Terima kasih sudah menjaga dan mengantar Nona Aretha, Tuan," ucapnya dengan sopan.

Chris mengangguk. "Ah, ngomong-ngomong, kamu hebat sekali Justin, aku tidak menduga bocah sepertimu dapat membuat wanita tua seperti Ar hamil." Chris tertawa di akhir kalimatnya. Dia bermaksud menggoda pemuda bernama Justin itu, tapi balasan candaan Chris sungguh tidak terduga.

"Tenang saja Pak tua, aku cukup sehat untuk menjadi seorang ayah karena aku masih muda."

Mendengar kalimat itu, Aretha tertawa terbahak-bahak, ia sempat kesal dengan Chris yang selalu memilih kalimat buruk. Tetapi, Aretha tidak menyangka Justin akan membalas kalimat itu dengan sama buruknya.

Sebelah alis tebal Chris terangkat. "Jadi maksudmu, aku tua? Menurutmu berapa umurmu hingga berani mengataiku, dasar bocah tengil?" Nada suara Chris terdengar tinggi, tapi entah mengapa wajah Justin yang tetap terliat datar, dan itu justru membuat Chris ikut tertawa bersama Aretha.

"Apa-apaan wajahmu itu bocah?" tanya Chris setelah mengontrol tawanya. Wajah tanpa ekspresi yang melekat pada pemuda itu benar-benar membuat siapa saja yang melihatnya akan tertawa dengan sendirinya, entahlah.

"Kamu pandai berkelit lidah, huh?" Sekali lagi Chris melontarkan pertanyaan yang hanya dibalas dengan anggukan dari lawan bicaranya, dengan ekspresi muka datar yang sama.

"Kamu juga pandai membuatku luluh karena tampang melasmu itu, bocah."

"Terima kasih atas sanjungamu, Tuan Chris." Kali ini Justin memamerkan sebuah senyum sambil lalu sebelum wajahnya kembali pada ekspresi datar.

Devil Beside You ✔️(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang