BAB 5 | Hug

63.4K 1.8K 38
                                    

Hari itu berjalan cepat. El dan Ian menjadi akrab karena petai. Setelah Ian selesai makan, ia membantu El mengompres dan mengelus perutnya yang sakit. Kata El, dia selalu seperti itu jika datang bulan. Biasanya El minta tolong Kevin atau Laury, mereka adalah sahabat El di kantor.

Kevin adalah OB di CR Group, dia baik dan sempat menjadi teman yang dekat dengan El. El juga percaya pada Kevin, dia sudah menganggap Kevin sebagai seorang Kakak yang siap membantu adiknya saat dibutuhkan. Saat ini, posisi Kevin sebagai OB sedang digantikan oleh Ian karena Kevin harus pulang untuk waktu yang tidak dapat dientukan, orang tuanya sakit dan dia harus merawatnya. Kepergian Kevin membuat El merasa cukup kesepian, meskipun ada Laury. Wanita cantik yang dianugerahi tubuh seksi, dia adalah sahabat El saat sejak ia kuliah, dan mereka berdua masuk pada perusahaan yang sama. Oh iya, ada satu orang lagi yang memiliki arti penting bagi hidup El, dia adalah Evan.

El lupa, pria yang dicintainya itu berulang tahun kemarin, dan dia lupa ingin memberikan kejutan pada Evan. Sekarang dia justru terbaring di kasurnya sembari menahan nyeri karena datang bulan.

El bersyukur Ian bisa diandalkan meskipun El masih kesal karena keteledorannya membiarkan pria itu melihat tubuhnya, secara tidak sengaja.

Ian terus mengusap lembut perut bosnya, hingga wanita itu tertidur. Ian maklum, El pasti sangat lelah, terlebih sebelumnya ia diberikan tugas ekstra membuat laporan, dan pemeriksaan berkas di hari yang sama, saat El baru saja tiba dari perjalanan bisnis kemarin.

"Tidurlah, El." Ian mengusap lembut wajah El, menyingkirkan sejumput rambut yang melintang di antara pipi dan bibir wanita itu, menyelipkannya di telinga hingga wajah cantik El terlihat sempurna tanpa ada yang menghalangi.

Cantik. Puji Ian dalam diam.

"Kalau dia masih hidup, mungkin dia yang akan aku temani hingga lelap. Mungkin, aku tidak akan berada di sini bersamamu, El," ucap Ian tanpa ia sadar tiba-tiba saja butiran bening jatuh dari kedua netranya.

Perasaan sedih yang sudah lama bersarang di dadanya serta-merta kembali mencuat ke permukaan, membuat dada Ian terasa sesak. Pria itu memukul-mukul dadanya, berusaha menghilangkan nyeri di sana. Semua usaha Ian berhasil saat tubuh mungil di sampingnya mengeliat.

"Oh, tidak, jangan bangun, El. Tidurlah." Buru-buru Ian mengusap kepala wanita itu dengan sayang.

"Maaf, aku sudah mengusik tidurmu," bisik Ian di dekat telinga El, sekali lagi tanpa pria itu sadari dia mendaratkan sebuah kecupan singkat di pucuk kepala El.

Sementara itu, tidak jauh dari pintu apartemen El, seorang gadis terlihat menunggu dengan gelisah.

"Lihat saja nanti, dasar wanita jalang! Aku akan membuatmu menderita karena sudah merebut priaku!" geram wanita itu, kemudian pergi.

***

Sayup-sayup genderang telinga El menangkap suara alarm, El terjaga, mencari keberadaan benda dengan teknologi canggih yang sedari tadi nyaring mengeluarkan suara alarm. Segera El meraih ponselnya dan mematikan bunyi alarm tersebut. Kedua matanya terbuka lebar saat mendapati sosok Ian masih memegang perutnya, wanita itu merasakan kehangatan yang menjalar dari telapak tangan Ian pada perutnya. Posisi pria itu lelap di sampingnya.

Sebuah senyum bertengger di wajah El. "Aku baru tahu, melihat seseorang ada di samping kita saat kita bangun tidur, ternyata rasanya menyenangkan," gumam El.

Pelan-pelan El menyeret kedua kakinya hingga menekuk, dia memeluk lututnya dan menjadikan bantalan wajahnya. Saat itulah, El melakukan pekerjaan jailnya, memfoto wajah tidur Ian. Wanita itu sekali lagi tersenyum, dia bahkan tidak sadar kalau galeri ponselnya mulai dipenuhi foto pria itu. El menyimpan kembali ponsel miliknya di meja yang terletak tidak jauh dari jangkauannya.

Devil Beside You ✔️(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang