8.wellcome back to tanah kelahiran

Start from the beginning
                                    

5 menit lamanya berpikir, akhirnya nindia memutuskan untuk memakai alasan 'Jangan seperti itu tuan, seharusnya anda bertanggung jawab lebih atas saya karna anda yang telah membeli dan mengajak saya ke jakarta. 

Nindia tersenyum miring, gampang sekali mencari alasan.

"Ehem tuan" ucap nindia membuka pembicaraan, biasanya peeta yang selalu memulai pembicaraan.

Tetapi karna nindia sekarang membutuhkan tempat tinggal untuk kelangsungan hidupnya,jadi ia terpaksa memulai duluan. Jakarta keras bukan? Nindia harus pintar-pintar mengelabuhi otak orang.

"iyah?" sahut peeta sambil menoleh. 

Nindia menarik nafas sebelum melanjutkan aksinya, "Begini,kalau saya.. Kalau sa-sayaa.. Hm kalau saya"

Peeta menatap lekat nindia.
"Ada apa?" tanya peeta.

'Kenapa susah sekali? Batinya.
Saking gugupnya nindia,sehingga keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya, padahal mobil peeta bernyalakan Ac dingin.

"anu tuan, anu"

Peeta mengernyit kebingungan.
"Kalau tidak mau bicara ya su--"

Dengan cepat nindia menyambar, "Ijinkan saya tinggal di tempat tuan saya janji setelah saya mendapatkan pekerjaan, saya akan pindah" ucapnya dengan tangan yang gemetar. 

Sudah kebiasan peeta selalu mengangkat sebelah alisnya ketika bingung, "bukankah kau yang menginginkan terbebas dariku? "

Ya tetapi setelah aku mendapatkan pekerjaan bodoh, mana mungkin aku hidup sendiri seperti gelandangan. Ujarnya dalam hati.

"memang, tetapi anda jangan seperti itu tuan. Seharusnya anda bertanggung jawab lebih atas saya karna anda yang telah membeli saya dan mengajak saya ke jakarta"jelasnya.

Peeta terkekeh pelan sebelum akhirnya ia menjawab. "Bukankah ke jakarta adalah kehendakmu? Lagipula aku tidak mempunyai alasan membawamu,aku hanya kasian padamu dan berniat menolongmu.. Kau sendiri kan yang bilang jangan ikut campur terhadap urusanmu.. Bukan begitu 'Hanindia?"

Skak mat!

Perkataan itu berhasil membuat nindia bungkam, semua yang di katakan peeta adalah ucapanya tempo hari. Ternyata peeta termasuk lelaki susah untuk di kelabuhi.

Setelah perbincangan singkat itu nindia tidak berani kembali bersuara, ia sungguh malu sebagai wanita. Mengapa dirinya selalu kalah jika melawan peeta? Keterlaluan!

Perjalanan ternyata begitu singkat tak sadar nindia telah sampai di rumah yang terlihat besar nan mewah ini. Matanya berbinar senang ketika melihat rumah yang seperti istana di hadapanya ini. Kalau kata orang-orang kerajaan bisa di sebut mansion.

"Aku mengijinkanmu semalam menginap dirumahku,tetapi esok kau harus angkat kaki dari rumahku mengerti? " ucap peeta sebelum pergi. 

Nindia diam membisu mendengar penjelasan peeta, sungguh lelaki yang tak mempunyai hati. Bagaimana bisa ia mencari tempat tinggal besok sedangkan uang saja ia tidak punya? Oh tuhan, sepertinya hidup nindia ini tidak akan pernah bahagia.

Nindia berlari menyusul peeta yang sudah terlebih dahulu meninggalkanya, nindia sangat kagum terhadap rumah besar nan mewah ini. Ia mensejajarkan posisinya dengan peeta.

"Saya tidur dimana tuan?" tanya nindia.

"Dimana saja sesukamu" jawab peeta.

Nindia mengernyit, ia sebenarnya susah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hanya dengan melisza ia terbuka, menurutnya peeta bukanlah orang asing.

"Hmm,tetapi saya tidak tahu dimana letak kamarnya"

Peeta menghentikan jalanya, "Aku tidak keberatan kalau kau ingin tidur di gudang, tetapi karna aku baik hati terhadapmu. Kau tidur sebelah kamarku saja.."

Apa tadi katanya? Tidur di gudang.

Yang benar saja! Sepertinya kekaguman nindia terhadap peeta tempo hari harus ia cabut, peeta memang tampan dan menggoda tetapi tidak untuk hatinya. Shit,penyesalan memang selalu datang di akhir. Kalau di awal pendaftaran namanya.

Dengan berat hati nindia menjawab, "Baiklah"jawabnya pasrah.

Nindia terus mengekori peeta yang berjalan hendak ke kamar, karna sepanjang jalan nindia terus menunduk akhirnya nindia menabrak dada bidang peeta yang kebingungan menatapnya.

"kau mengapa mengikutiku?" tanya peeta.

"Tentu saja karna aku ingin cepat-cepat sampai di kamar" jawab nindia.

Peeta mengusap pucuk kepala nindia pelan, "Mengapa kau jalan terus menunduk? Kita sudah sampai di kamar, dan itu kamarmu ada di sebelah kamarku.. Atau kau ingin tidur bersamaku ya"

Terkutuklah engkau wahai peeta, pede sekali dirinya.

"Percaya diri sekali kau tuan, aku mengikutimu karna tidak tahu harus kemana.. Bukankah kau yang mengatakan bahwa letak kamarku ada di sebelah kamarmu" cetusnya.

"And,see? Sekarang sudah sampai,mengapa masih berdiri di sini."

Nindia menggertakan gigi karna kesal. Ia berbalik badan menuju sebelah kamar yang akan di tempatinya. "Tunggu" cegah peeta.

"Apa lagi?" ketus nindia. 

Nindia menjawab tanpa menoleh.

"Kau bisakan bicara tanpa formalitas denganku, anggap saja aku temanmu tidak usah kaku.. Jangan panggil aku tuan, namaku Peeta bukan tuan! "

********

Tbc

Maaf kalo terlalu bertele-tele, aku menceritakan perjalanan nindia dari london hingga tanah kelahiranya.. Next part aku bakal percepat ko.. Perkiraan kayanya ampe 20 atau 25 part saja langsung tamat. Update kalo ada kouta yah hehe.. Budidayakan vote sebelum baca:)thx!

HANINDIAWhere stories live. Discover now