4. Di beli ?

207 7 0
                                    

"benarkah ini dirimu peet? Aku sungguh tidak percaya"

Peeta mengedikan bahunya tanda acuh tak acuh, "Ini memang diriku lantas kalau bukan diriku siapa? Kau begitu, kau tidak akan memiliki wajah tampan sepertiku" peeta tertawa di tengah-tengah pembicaraan seriusnya. 

"Yah, ku akui kau memang kelewat tampan maka dari itu banyak wanita yang menginginkanmu peet"

Peeta mengela nafas dengan sangat kasar, ia memandang kosong ke depan. Berbeda dengan verrel yang tengah menikmati hidangan.

"Dengar verrel, jika aku kembali jatuh cinta dan menyukai seorang wanita. Aku tidak akan membiarkan wanita itu mengejarku.. Tetapi akulah yang akan mengejar dan berjuang untuk mereka, aku tidak suka di kejar kodratku sebagai laki-laki adalah mengejar"

Verrel mengangguk sambil mengunyah makanan,
"Tumben sekali kau bijak seperti ini peet, biasanya otakmu selalu tidak konek"

Baru saja peeta hendak menjawab, wildan yang juga sahabatnya tiba-tiba datang bersama seorang wanita. "Hay bung.. Kau belum kembali ke jakarta rupanya" sapa wildan kepada kedua sahabatnya. 

Verrel dan peeta tersenyum menyambut kedatangan sahabat lamanya yang bernama wildan itu. 

"Wow rupanya kau sudah memiliki gandengan,siapa ini istrimu heuh? " tanya peeta.

Mendengar kata istri, verrel yang tadinya sibuk makan. Seketika berhenti mengunyah dan menelanya secara perlahan. Entah mengapa ia begitu antusias jika sudah membicarakan tentang wanita. Padahal ia sendiri jomblo abadi. 

Wildan tersenyum. "Dia calon istriku, dia tunanganku. Perkenalkan dia aulia tunangan serta calon istriku" ujar wildan dengan menekankan kata istri, pasalnya peeta dari dahulu selalu meledeki dirinya bahwa dirinya tidak laku-laku. Sekarang malah sebaliknya.

Aulia menjabat tangan peeta serta verrel secara bergantian, senyuman selalu terpampang jelas di wajahnya.
"Sayang aku ke toilet dulu yah, sebentar saja kok tidak lama" ucap aulia sambil memberikan tas kepada wildan. 

"Jangan lama sayang, hati-hati aku mencintaimu"

Seketika verrel dan peeta hendak muntah di tempat, sungguh tidak menghargai kaum para jomblo.

Verrel tersenyum ke arah aulia,aulia cantik dengan tubuh mungil dan berambut pendek sebahu.

"Mau aku antarkan aul? Sepertinya di toilet banyak orang-orang jahat"

Wildan mendelik tajam terhadap verrel, "jangan pernah menggoda calon istriku bodoh, kubunuh baru tau rasa kau"

Peeta tertawa dan bergidik melihat kedua sahabatnya yang selalu saja tidak pernah akur, tetapi mereka saling menyayangi bukan?

"Sudah-sudah kalian ini lucu sekali, bagaimana bisa aulia menerima ajakanmu rell. Kalau ia sudah cinta mati terhadap calon suaminya si pemarah wildan" tutur peeta yang mengundang tawa verrel. 

"haha,ah iya aku lupa, beruang jantan inikan Pemarah" sahut verrel.

Wajah wildan kini memerah dengan tangan mengepal di atas meja, "Bisakah kalian berhenti menggodaku bodoh?!" gertaknya.

Tawa peeta dan verrel semakin menjadi-jadi. "Apapun yang membuatmu kesal aku selalu senang dan" jawab verrel. 

"Ah tidak boleh seperti itu rell, kita sebagai sahabat seharusnya menikung bukan mendukung" sahut peeta.

Kini wildan sedang berkali-kali beristigfar, karna godaan dari sahabat-sahabat terlaknatnya ini yang ingin memancing emosinya. 

Ketika tawa mereka reda. Makananpun sudah habis dan aulia pun telah kembali dari toilet 30 menit yang lalu. 

HANINDIAWhere stories live. Discover now