4. Di beli ?

Mulai dari awal
                                    

"Hmm ngomong-ngomong kali ini siapa yang akan mentraktir jajanan kita semua? Apakah wildan,peeta atau aku? " tanya verrel. 

Wildan yang tengah bermanja dengan aulia, kini menatap sinis kepada peeta. "Tentu saja peeta, ia kan lebih kaya dari kita.. Jangan lupakan ayahnya yang mempunyai triliunan uang dengan harta yang begitu berlimpah"

Verrel tersenyum sumringah.
"Tentu saja, tetapi jangan lupakan paman dan bibimu yang mempunyai harta yang sama dengan peeta, wildan" sahut verrel. 

Nampaknya verrel ingin memojokan wildan. "Oh jangan lupakan juga keluarga additama yang memiliki harta berlimpah-limpah yang tidak akan pernah habis-habis tujuh turunan" wildan tersenyum sinis kepada verrel. 

"Jangan lup--"

Peeta langsung memotong, "Diamlah kalian semua, jika tidak ingin membayar biarkan aku yang membayar semua ini" ucapnya dengan tenang. 

Akhirnya verrel dan wildan tersenyum penuh kemenangan, memang setiap makan di restoran pasti selalu ia yang membayar. Karna teman-temanya malas membayar. Hanya karna kasirnya ganjen atau apalah padahal kantong mereka sedang kering. Namanya juga Sahabat.

Ketika merogoh celananya, peeta kini terlihat panik. Keringat bercucuran dari pelipisnya. 

"Ada apa peet, mengapa kau terlihat begitu gelisah" tanya verrel. 

"Sepertinya dompetku hilang" jawabnya, sebisa mungkin ia tetap tenang. 

"Bagaimana bisa?"

"tentu saja bisa"

Wildan langsung menengahi dengan memanggil pelayan. "Berapa total semua ini?"

Tiba-tiba peeta berteriak dengan kencang sehingga membuat wildan dan verrel beserta aulia,menatap bingung terhadapnya. 

"Oh astagaa, aku hampir lupa pasti dompetku tertinggal di rumah bordil raisa" decaknya.

                               ***

Semilir angin menerpa wajah cantik gadis mungil yang berambut pirang dan panjang, ia tidak kembali lagi ke dapur setelah menerima nasihat dari nindia. Ia tahu yang nindia lakukan ia tahu semuanya, sebenarnya ia ingin menghentikan nindia tetapi ia terlalu malas untuk melangkahkan kakinya ke kamar para pelacur, melisza malah melangkahkan kakinya ke balkon kamar yang ia tempati bersama nindia.

Derap langkah kaki begitu terdengar, menandakan bahwa akan ada manusia yang menghampirinya. Segera melisza berbalik badan,dan tersenyum melihat kedatangan nindia.

"Aku menunggumu, darimana saja kau? " tanya melisza pura-pura tak tahu. 

Dengan wajah datar tanpa ekspresi, dan terlihat santai, nindia mencoba untuk tersenyum walaupun sangat tipis seperti biasa tidak akan ada yang tahu kalau nindia tersenyum. 

"Aku habis menegakan hukum double jeopardy" jawabnya.

Melisza melongo kaget,
"Hu-hukum do-doble je--"

Dengan cepat nindia memotong, "Tidak perlau khawatir si jalang audy pantas mendapatkanya, apakah kau sedang sakit? Sehingga dirimu tidak kembali bekerja.. Kau tahukan kalau iblis medusa ngamuk bisa di jual kau melisza" cetusnya. 

Nindia merapikan baju yang tadi berantakan sebelum keluar dari kamar, "Semoga kau bisa jaga diri ketika aku pergi dari sini, aku tidak akan mungkin membawa dirimu pergi.. Karna sama saja dengan mengundang nyawamu"

HANINDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang