Part 28 (Recognition)

Start from the beginning
                                    

R mendecih lalu berdiri dengan matanya yang ikut sudah berubah menjadi kuning, "Kau bukan siapa-siapanya." ucap R dengan geramannya. Langkah Devian terhenti lalu ia menolehkan kepalanya tanpa mau menatap lawan bicara di belakangnya.

"She is my mate, my luna, mine," ucapnya membuat semua pasang mata yang ada terbelalak kaget mendengarnya, tak terkecuali para agent yang langsung kaku saat mendengarnya.

o00o

"Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja bukan?" Tanya Devian sambil menggenggam tangan kiri matenya, sedangkan para agent saling bertukar pandang melihat kenyataan yang baru mereka ketahui, terlebih V. Demi Pencipta! Bahkan ia sahabatnya sendiri tidak tahu apa-apa. C menghela napasnya pelan, mencoba menyusun kata sebaik mungkin agar tidak membangunkan amarah King of Alpha dihadapannya, "Dia tidak baik-baik saja Alpha, tubuhnya menolak darah yang kuberikan, bahkan darah manusia sekalipun." tubuh Devian seketika menegang lalu menatap Healer dihadapannya tajam.

"Kau harus menyelamatkannya! Kau seorang Healer!" teriak Devian, bahkan sisi serigalanya sudah memberontak ingin keluar, segera menandai matenya untuk mempercepat proses penyembuhannya, "jika kalian tidak bisa, maka aku akan menandainya sekarang, dengan atau-"

"Tidak! Kau tidak boleh menandai Z!" pekik V dengan mata membelalaknya, tentu saja tidak boleh! Jika sampai pria di hadapannya menandai Anya, maka Anya tidak akan bisa sebebas sekarang, bukan hanya itu saja, identitasnya akan terungkap dan dewan keamanan immortal akan terus mengejarnya, itu sebuah malapetaka!.

"Grrr aku tidak membutuhkan izinmu," desis Devian lalu mengeluarkan taringnya, siap menandai Anya.

"Dan Z akan membencimu," ucap C dengan tenang, membuat Devian menegang dan menatap C dengan tatapan, kau tahu apa soalnya.

"Kau pikir Z akan semudah itu memaafkanmu? Sekalipun kau matenya. Percayalah, Z bukan seorang pemaaf yang baik," C menelan salivanya pelan, berharap keputusan yang diambilnya tepat. Ia menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya, astaga! suasana ini benar-benar membuatnya panas, "ada cara lain," tambahnya, membuat semua mata disana menatapnya kaget dan penuh harap.

Belum sempat Devian mengutarakan pertanyaannya, C sudah lebih dulu menjawabnya, "darahmu bisa menyembuhkan Z," ucap C dengan jantung yang berpacu cepat karena keputusan yang dibuatnya.

"Uhuk..uhuk.. APA? APA KAU GILA?!" I yang tadinya sedang minum berniat meredakan hawa panas diruangan itu terbatuk begitu mendengar ucapan atau lebih tepatnya keputusan gila yang dibuat oleh C, yang berakhir dengan keduanya yang bersitegang.

"Apa aku terlihat bercanda, I?" Tanya C seolah memberikan pernyataan akan pertanyaan yang di lontarkan rekan pendiamnya itu.

"Kalau Z bersatu dengan darahnya, dia akan ber-MMMhmmmm!" ucapan I terpotong karena dengan tiba-tiba mulutnya bungkam tidak bisa berkata-kata, ia langsung melemparkan tatapan membunuhnya pada E yang dengan mudah menyihir mulutnya.

"Kau hampir membongkarnya I! Lebih baik kau bersikap seperti biasanya, diam dan berlidah tajam!" ucap E dalam pikiran I tegas, membuat pria itu akhirnya mengalah namun tetap memberikan tatapan tajamnya pada C, memberitahu pria itu bahwa dirinya tidak setuju dengan keputusan pria itu lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu dengan membanting pintu.

C langsung bergegas menyiapkan peralatan medisnya yang dibantu dengan E, selang infus, kantung darah dan lainnya telah terpasang di lengan Anya dan Devian, darah Devian mulai mengalir keluar melalui selang melewati kantung darah dan mengalir keluar lalu masuk ke dalam tubuh Anya. Devian terus menatap matenya dengan tatapan penuh kasih.

Pikirannya mengelana jauh, membayangkan sebanyak apa rasa sakit yang sudah didapat matenya. Seandainya, seandainya ia tidak menyerah mencari matenya, seandainya ia mendengarkan serigala cerewetnya untuk terus mencari matenya, maka ia bisa mengurangi penderitaan yang dirasakan matenya. Ia menghela nafas lelah, entah apa lagi yang harus dilakukannya ketika matenya sadar agar mau tetap berada disampingnya.

"Setidaknya kau tahu kalau aku selalu benar, Dev" mindlink Alvian membuat pria itu melakukan rolling eyes saat mendengar serigalanya mulai bertingkah.

"Aku benci mengatakan ini, tapi kau benar" ucapnya dengan pandangan yang mulai merabun, efek berkurangnya darah dalam tubuhnya.

Alvian tertawa geli mendengar Devian masih memegang erat keangkuhannya, masih tidak mau mengakuinya dengan benar, "Apanya yang benar, brengsek?" ucap Alvian dengan panggilan yang sengaja dilakukan untuk memancing amarah Devian.

"Kau selalu benar Alvian! Puas?" ucap Devian cepat diiringi dengan kesadarannya yang mulai menghilang.

V tidak berhenti menggigiti kuku merahnya, terlalu khawatir dengan segala hal yang berhubungan dengan sahabatnya itu, malaikat penolongnya.

"Bisakah kau berhenti," ucap R yang tampak seperti perintah, gemas dengan kelakuan V yang secara tidak langsung mengundang kecemasannya juga. V mendelik kesal kearah R lalu mengalihkan tatapannya pada C, "Z akan marah besar. Kau harus tanggung jawab, C!" ucap V sambil menunjuk healer itu dengan kukunya yang sudah tidak serapih sebelumnya.

"Tidak ada cara lain V. Kecuali kita membawanya pada Tuan Karel, dan itu membutuhkan waktu lama, kita tidak bisa menggunakan teleportasi ke sana" ucap C setenang mungkin, walau tidak bisa dipungkiri bahwa kepala dia terus berpikir apa yang akan dilakukan Anya padanya ketika tahu ia ikut campur dalam hal pribadi ini. Tentu saja hal pribadi! Secara tidak langsung C membantu Devian melakukan ikatan darah dengan Anya. Oh ya ampun! Entah kekerasan apa yang akan didapatnya dari rekan hybridnya nanti.

"Sepertinya aku harus menyelamatkan diri ke Tuan Karel."

o00o
28122017
Re: 20072018

Helloooo 🤗 My luv readers!! thank you so much for appreciation before, soooo don't forget to click star or comment.

Best regards,

Emma

Mate MissionWhere stories live. Discover now