"Thanks" Nata tersenyum kecil, bahkan sangat kecil.

Nata memakan roti itu dalam keadaan hening, Rery tidak bersuara, apalagi dirinya. Lebih tepatnya Nata bingung apa yang harus ia bahas, Nata belum begitu mengenal Rery. Mereka hanya terlalu sering di pertemukan takdir, disetiap kesempatan. Sampai akhirnya ia mengingat apa yang tadi Leia bilang, bahwa..

"Oh ya, kata Leia, lo yang bawa gue tadi?" sedikit ragu, namun Nata memberanikan diri.

"Hm.. Abis mereka lelet, nyari tandu aja lama." ekspresi nya seperti tidak suka.

"Thanks ya," kali ini senyumnya sedikit lebar, ingat hanya sedikit.

"Thanks mulu." Nata hanya mengangkat bahunya acuh.

"Nanti balik gue anter." dari nada suaranya seperti bukan penawaran, lebih kepada perintah.

"Takut lo masih sakit." lanjutnya.

"Gue bawa mobil." jawab Nata.

"Gampang itu mah." Rery mengendikan bahunya.

***

Seperti yang Rery katakan tadi, ia benar-benar akan mengantarkan Nata pulang dengan mobil gadis itu, walau Rery bawa motor ia tidak mungkin membawa gadis itu dengan motornya, mengingat Nata sedang tidak begitu sehat.

"Kunci mobil lo mana?" tanya Rery. Keberadaan mereka berdua di parkiran mengundang rasa penasaran siswa-siswi yang akan pulang sekolah itu.

Seperti yang diketahui bahwa mereka berdua adalah orang yang paling sulit didekati, jangankan dekat sebagai kekasih, sebagai temanpun tidak ada yang bisa walau sudah mencoba. Rery dan Nata terlalu tertutup, dan tak ada yang mengetahui apa penyebabnya, mereka pikir karena sudah bawaan lahir.

Setelah tadi Selen pulang duluan karena sang supir menjemput, Nata memutuskan untuk langsung berjalan keparkiran untuk pulang. Nata tidak ada niat untuk menunggu Rery, karena bagi Nata semua pria sama saja, sulit menepati janji.

Namun dari kejauhan Nata melihat Rery sudah berdiri di depan mobilnya, dan pria itu menepati apa yang tadi pagi ia ucapkan. Ya setidaknya itu membuat sedikit penilaian Nata tentang pria yang selama ini ada di otaknya sedikit luntur.

"mereka liatin kita" gumam Nata, dan Rery mendengarnya.

"Biarin aja." ucap Rery tepat di dekat telinga Nata, dan itu mampu membuat aliran darah Nata berdesir hebat dalam waktu sekejap.

Nata hanya mengangguk dan mengikuti Rery yang sudah masuk ke dalam mobilnya. Keadaan kembali hening di dalam mobil, tapi tidak dengan keadaan di luar setelah mobil yang mereka tumpangi melewati kerubunan orang yang langsung membicarakan mereka.

"Terus motor lo, gimana?" Nata menatap Rery yang fokus mengendarai.

"Gampang."

"Gampang mulu." suara yang Nata keluarkan sangat kecil, seperti gumaman, dan Rery hanya tersenyum dengan mata yang fokus pada jalan raya didepannya.

***

Setelah menempuh perjalanan satu jam antara rumah Nata dan sekolah, akhirnya mereka sampai di rumah yang bernuansa Luxury Home itu. Nata turun di ikuti Rery.

"Ini kunci nya," Rery menyerahkan kunci dengan gantungan menara Eiffel itu.

"Yaudah gue balik." Rery hendak pergi namun tanpa sengaja Nata menarik lengan pria itu.

"Sorry, gak mau nunggu temen lo disitu aja?" Nata menunjuk kursi yang ada di teras rumah.

"Gak papa, gue tunggu depan perumahan lo aja."

"Itu lumayan jauh." nada Nata sedikit merasa tidak enak.

"Gak papa Anatasya, sekalian olahraga. Bye!" Rery berlari karena hari yang mulai menggelap yang disebabkan oleh hujan yang segera turun.

"Sorry Ta, gue bohong." sebenarnya tidak ada teman yang menjemput Rery seperti yang pria itu bilang tadi. Rery sengaja berbohong agar Nata tidak cemas, ya walau Rery tidak tahu Nata mencemaskan nya atau tidak.

Rery berlari menuju ke luar perumahan untuk menemukan angkutan umum yang tadi ia lihat sudah berjejer, niat awal Rery ingin memesan ojek online atau taksi online, tapi ia pikir itu akan membuatnya menunggu cukup lama. Jadi Rery memutuskan untuk berlari saja.

Ternyata yang Nata bilang tadi bahwa jarak perumahannya menuju jalan raya memang lumayan jauh, mungkin karena tadi naik mobil jadi tidak begitu terasa, tapi saat berlari seperti ini, hm jangan ditanya.

Sampai akhirnya ia menemukan angkutan umum yang melewati sekolahnya, Rery langsung menaiki. Dan setelah sampai, gerbang sekolah belum tertutup karena ada beberapa siswa yang sedang mengikuti eskstrakulikuler.

"Woy! Tumben masih disekolah? Ehh kok kaya capek banget gitu dah?" Daylon berlari menghampiri Rery yang sedang siap-siap memakai helm.

"Hm.. Ga balik?"

"Baru juga mulai, pada ngaret." fyi, Daylon memang mengikuti eskul band.

"Yaudah have fun." Rery menepuk bahu Daylon lalu melajukan motor hitam nya.

Harus gue tanyain tuh apa maksudnya nganterin anak orang pulang, sampe rela bulak balik. Batin Daylon dengan senyum miring, dan menggelengkan kepalanya.

#ReryNata

RERY.حيث تعيش القصص. اكتشف الآن