Prolog

165 52 19
                                    

'MELAMUN'

Seperti makanan sehari-hari bagi gadis berkuncir kuda itu. Bayangkan saja dimanapun dan kapanpun dia berada pasti akan melamun. Entahlah apa yang ada dipikirannya, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Seperti sekarang, duduk didekat jendela perpustakaan, memangku buku tebal, memandangi orang berlalu-lalang di lapangan basket.

"Dor! Ahahaha.. " Kaget sahabatnya.

"Ih, kamu ini bisa gak sih gak ngagetin aku. Nyebelin banget. Sukur-sukur aku gak punya riwayat jantung." Sungut gadis itu.

"Elo tu ya gak dimana-mana ngelamun mulu. Gak punya kerjaan lain neng? " Tanyanya dengan nada menyindir.

"Udah ah, aku mau ke kantin. Beli air mineral. Haus." Jawabnya sambil berlalu meninggalkan sahabatnya.

" Eh eh kok pergi? Gue kesini kan mau nemenin loe!" Teriaknya " Sar... Sarah. Woy sar. Tungguin!" Karna tak kunjung dapat tanggapan akhirnya mau tak mau dia menyusul sahabatnya itu.

"Ekhm. Jangan bikin ribut kamu. Gak tahu peraturan kalau di perpustakaan harus tenang?" Ketus penjaga perpus.

"Eh ibu. Cakep bener hari ini. Jangan marah-marah bu entar cepat tua loh. Saya pergi dulu ya bu. Dahh.." Jawabnya sambil cengengesan.

"Dasar sableng," Desis penjaga perpus yang heran dengan kelakuan muridnya yang tak punya takut.

Ya, gadis itu Sarah. Sarah Dirgantara. Gadis manis tapi tak semanis hidupnya. Hampir setiap hari yang dilaluinya tak luput dari kesedihan.

Hidupnya tak seberuntung gadis lain. Tapi dia beruntung mempunyai kakak yang selalu perhatian terhadap dirinya dan juga teman-temannya Nadin, Zahra, Acha yang memiliki sifat beda-beda. Sejenak dia dapat melupakan kesedihannya jika berada didekat teman-temannya.

Rinai Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang