Prolog

21.6K 765 14
                                    

Queena Lalluna Ruby, gadis cantik bagaikan malaikat pelindung altar dari surga mempunyai mata merah jambu yang indah.

Seorang gadis yang mengalami kepahitan hidup dan dengan segala kemurnian hatinya ia pun menerima semuanya hingga tiba saatnya semua berubah bagai dihempaskan angin yang datang.

❄️🌪️❄️🌪️

Di sebuah hutan, badai berhembus kencang, membawa salju hingga menutupi area sekitarnya. Tidak melihat itu berharga atau tidak, ia akan menutupi apapun yang telah di sentuhnya.

Semuanya terlihat sama.

Namun dari kejauhan, seorang gadis tampak kesulitan berjalan di antara salju tebal yang hampir menelannya. Matanya yang sendu menoleh cepat ke arah kanan dan kiri menyiratkan bahwa ia harus mampu melewati hutan ini dengan cepat bagaimana pun caranya agar bisa menghindari sesuatu.

Jantung yang berdetak kencang, napas yang terengah menjadi bukti kalau yang mengejarnya bukanlah manusia biasa.

Dalam hidup ini, sering kali semua yang kita harapkan di dunia ini, berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita harapan. Semuanya pasti akan terasa sulit dan hal ini sering terjadi.

Gadis itu memeluk erat tubuh kecilnya lalu menggosok kan kedua telapak tangannya berkali-kali. "Ru-Ruby.. Aku harap kamu akan bertahan hingga badai ini berakhir. A-aku tahu kamu adalah gadis yang kuat. Dan ayah.. "

Air mata pun turun dengan sempurna dari mata merahnya. Bibir keringnya terlihat bergetar seolah ia tak sanggup untuk melanjutkan kalimatnya. Ia memejamkan matanya agak lama lalu menghirup udara sejenak.

"A-ayah.. Maafkan aku. Aku menyesal! Aku menyesal meninggalkan mu sendirian. Seharusnya.. seharusnya kita melarikan diri bersama.. Maafkan aku."

Ruby. Gadis cantik itu tampak sangat putus asa dengan takdir yang di milikinya. Di sepanjang jalan yang telah ia lalui, ia menangis tatkala kepingan-kepingan ingatannya terus berputar di dalam kepalanya. Ia kesal, marah juga merasa sangat sedih di saat yang bersamaan.

"Ayah.. Ibu. Bagaimana aku bisa bertahan? Lebih baik jika aku mati."

Ia ingin bersembunyi tak melawan badai seperti itu tetapi ia tidak punya pilihan lain selain harus melarikan diri dari seseorang yang mengejarnya. Sebab seseorang yang mengejarnya bukanlah manusia biasa. Namun, ia juga sadar bahwa melarikan diri di tengah-tengah badai seperti ini juga bukanlah pilihan yang bagus melainkan cara lain untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Waktu terus berputar dengan sangat lambat, sedangkan tubuh gadis itu sudah pucat seolah darah yang mengalir di tubuhnya itu berhenti melakukan tugasnya. Bibir nya bergetar hebat dan kedua tangan Ruby tampak memilin gaun tipis miliknya dengan kuat. Jika dirinya mampu, ia ingin berteriak sekuatnya agar seseorang bisa menemukan dirinya. Tetapi, semua itu hanya angan-angan dalam benaknya.

Ia terus memilin gaunnya sangat kuat berusaha mendapatkan sedikit kehangatan walau ia tahu hal itu hanya sia-sia. Tentu saja. Bagaimana mungkin gaun tipis berlengan pendek selutut itu bisa memberinya perlindungan?

Gadis itu pun menghela napas beratnya dengan pelan. Ia meringis merasakan dadanya terasa sesak hingga ia sedikit sulit untuk menghirup udara masuk ke paru-parunya. "Aku ingin mati. Ya Tuhan, bagaimana caranya aku bisa bertahan?"

Ruby pun benar-benar putus asa saat pandangannya mulai menjadi kabur. "Ya Tuhan, apa salah ku sehingga aku harus merasakan semuanya?!"

Sering kali Ruby membenci Tuhannya karena Dia selalu saja membuat Ruby menderita bahkan hingga saat ini, saat semuanya akan benar-benar berakhir.

Orang-orang selalu mengatakan bahwa Tuhan akan selalu ada di setiap hambanya tetapi itu mungkin sedikit keliru, sebab sampai sekarang Ruby tak pernah merasakan kehadiran-Nya sama sekali. Dan terakhir, Dia tak pernah mengabulkan apa yang gadis itu harapkan meski ia memohon dengan sangat. Itulah satu-satunya alasan mengapa Ruby membenci Tuhannya sendiri.

Alpha's mateΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα