Satu

84.3K 2.4K 17
                                    

Perhatian!
Cerita ini pure dengan kelokalan. Jadi jangan heran jika bnyak istilah seprti kita sehari hati. Sprti "mas" Bajigur, bandrek, maghrib dsb. Begitupun dengan namanya.

Meskipun meminjam "tokoh" Korea tapi nama belakang mereka juga nama Indonesia. Jadi ya, cerita lokal, nama, tempat dan kebiasaan lokal cm minjem cast Korea utk visualisasinya. Heheu
Trimakasih!


***

"LISAAA"  

Tampak seorang wanita paruh baya memanggil seorang gadis yang jauh di depan nya. Rambut nya yang sudah memutih hampir separuh dari rambut halus nya yang sekarang di sanggul rapih sama sekali tak menghilangkan pesona cantik dari mata sendu nya yang sering terlihat lelah.

"Ya ma sebentar" sahut gadis yang tak kalah cantik dari wanita paruh baya tersebut.

Ya, gadis itu bernama Lisa Citra Oktaviani atau biasa di sapa Lisa, seorang gadis periang yang membawa aura positif bersama nya, sehingga setiap orang yang dekat dengan nya merasa bahagia.

Gadis dengan kebaya bewarna merah muda terlihat sangat pas di kulitnya yang putih nan mulus itu berjalan menuju wanita bersanggul di depan nya.

"Tolong bawa rangkaian bunga ini di depan ya, di meja dekat gerbang" Pinta wanita paruh baya tersebut yang di ketahui sebagai ibu dari sang gadis sambil menyerahkan beberapa helaian bunga yang di rangkai sangat manis pada sebuah wadah kecil.

"Baiklah ma, kemari kan biar Lisa susun di depan" ucap gadis itu sangat manis semanis bunga yang sekarang berada di tangan mulus nya.

Gadis itu tersenyum, bibir nya yang merekah semakin menambah kesan cantik pada nya dengan pemakaian makeup yang tipis bahkan terkesan natural masih membuat nya terlihat cantik. Tak heran beberapa pasang mata sesekali melirik kearah nya.

Tentu saja yang melirik kebanyakan sang kaum adam dan beberapa dari kaum hawa yang melirik nya dengan tatapan tidak suka. Iri mungkin?

Memang salah nya jika ia terlahir nyaris sempurna?

Nyaris, bukan sempurna. Karena tak ada yang benar – benar sempurna di dunia ini bukan? memiliki wajah cantik, mata yang bulat, hidung yang mancung, tubuh ramping tanpa melakukan diet apapun, tinggi dan memiliki kaki yang jenjang bak seorang model dan di baluti oleh kulit yang putih namun bukan pucat serta rambut panjang yang sering ia urai begitu saja menambah tingkat kecantikan nya apalagi saat angin berhembus kencang seperti sekarang ini.

"Kenapa tiba – tiba angin kencang begini?" gerutu nya smbil memperbaiki poni nya yang baru saja ia potong kemarin.

"Lisa ayo kemari sebentar" Panggil mama nya sambil tersenyum lembut kearah putri nya, bukan putri satu – satu nya tetapi adalah putri kedua nya.

Sedang kan putri pertama nya?

Gadis yang merasa nama nya di panggil menoleh pada pemilik suara dan menampil kan senyum manis nya yang mampu membius siapapun yang melihat nya.

"Iya ma? Mama perlu sesuatu? Biar Lisa ambil kan untuk mama" ucap nya setelah sampai persis di sebelah wanita yang paling ia sayangi di dunia ini.

"Tidak sayang, apa Lisa lelah ?" Tanya mama nya pada putri bungsu nya sambil membelai rambut nya lembut.

Gadis tersebut menggeleng cepat dan kembali tersenyum. Yah, senyuman indah nya tak pernah terlepas dari wajah nya yang cantik.

Hari ini ia merasa sangat bahagia, meskipun bukan dia inti dari hari besar ini. Namun dia ikut merasakan bahagia.

"Tidak ma, mana mungkin Lisa lelah di hari bahagia seperti ini"

Terdengar kekehan yang keluar dari bibir nya yang terlihat seksi itu. Ia lalu tersenyum kearah mama nya sambil berusaha memeluk wanita tersayang nya itu.

"Bisakah kamu panggil kan kakak mu keluar? Acara akan segera di mulai namun ia tak kunjung keluar kamar nya sedari tadi" pinta mama nya tersebut yang tiba – tiba menampilkan raut wajah khawatir nya.

Lisa menatap mama nya tersebut lalu meraih tangan nya dengan lembut

"Kenapa mama keliatan sangat khawatir? Tenang lah sebentar lagi acara akan di mulai tidak ada hal yang harus mama takut kan" hibur nya sambil menatap ibu nya khawatir.

Wanita yang menyanggul rambut nya tersebut lalu tersenyum pada anak gadis nya. Terlihat sorot mata nya yang sedikit terhibur oleh perkataan gadis kecil nya.

"Baik lah, biar Lisa memanggil kakak agar bunda menjadi tenang" pamit nya yang kemudian berjalan ke dalam rumah dan menghilang dari pandangan wanita paruh baya tersebut.

Gadis berponi itu membawa ringan langkahnya hingga akhirnya terhenti di depan pintu kayu kokoh, yang berhiaskan bunga di depannya.

"Kak, sudah siap?" Tanya Lisa dari luar pintu.

Namun gadis itu kini mengeryitkan dahinya saat tak mendengar jawaban apapun dari dalam kamar tersebut.

"Kak?"

"Kak? kakak?" Ulangnya lagi yang tak bisa menyembunyikan kecemasan di nadanya.

Namun sama seperti tadi, tidak ada sahutan apa – apa dari dalam kamar yang bahkan terkesan hening itu.

Lisa menatap pintu gusar, gafis itu masih berdiri disana sembari meremas kedua tangan nya yang tampak sudah mulai basah. Sorot mata khawatir yang tidak bisa ia sembunyi kan dari wajah cantik nya sambil terus menerus memanggil kakak nya. 

"Kak apa kakak sedang ke toilet?" Ulangnya lagi yang masih berusaha mempertahankan fikiran positifnya.

"Kak apa kakak baik – baik saja?"

"Tolong buka pintu nya!" Serunya yang kini sedikit menaikkan nada bicara nya.

ICE BOY [PP]Where stories live. Discover now