F O U R

359 45 2
                                    

Shawn dan Emma telah tiba di rumah sejak satu jam yang lalu. Saat ini, Emma sedang menyusun meja belajarnya yang sedikit berantakan dengan tumpukan buku novel. Tak lupa, ia menempelkan jadwal pelajaran yang baru dibagikan tadi siang.

Sejak mereka berdua masuk ke rumah, tak ada lagi perbincangan yang terjadi. Bahkan sampai Emma selesai berkutat dengan pekerjaannya, ia tak berniat untuk menemui Shawn sama sekali.

Shawn berubah menjadi sosok yang menyebalkan di mata Emma, dalam sehari.

Dan Emma tidak ingin menemuinya.

Tapi, perut Emma berkata lain. Ia lapar.

Huh.

Setelah menimbang-nimbang keputusannya untuk keluar kamar, akhirnya Emma menyerah akan senandung dari perutnya. Ia mengendap-endap untuk menghindari Shawn yang kemungkinan saat ini sedang berada di kamar.

Aku bisa masak sendiri, serius. Batin Emma saat telah sampai di dapur.

Ia memutuskan untuk membuat omelette. Dan yah, dengan sebungkus mi instan. Supaya lebih kenyang.

Daaan ... jadi! Saat ini tugasnya adalah mengendap kembali untuk menuju kamar, melangkah perlahan-lahan--

"Shenna? What are you doing here?"

Mampus. Suara itu membuat Emma mempercepat langkahnya, tak ingin berbalik untuk melihat sosok yang bertanya tadi. Namun, tentu saja Shawn berhasil menangkap tangan Emma dan membalikkan tubuhnya.

"Kenapa? Kau takut aku akan mengambil makananmu?" Tanya Shawn dengan alis tertaut.

"No. I..." Emma berpikir sejenak. "Aku lapar, jadi, kupikir aku harus segera makan. Um, sesegera mungkin,"

"Padahal, kau bisa memintaku untuk memasak, Shen."

Emma mendengus malas, lelah untuk berpura-pura. "Dasar aneh. Bukannya kau menyuruhku diam saja dengan luka di wajahmu? Berarti, kau seharusnya diam saja atas perutku yang lapar, 'kan?"

"Hei, I didn't meant--"

"Kau tidak tahu betapa sensitifnya seorang perempuan yang dua tahun lebih muda darimu? Apa kau pikir ia baik-baik saja dengan sikapmu yang tiba-tiba berubah?" Emma memotong.

"Shen,"

"Berhenti memanggilku Shenna. Tidak ada lagi panggilan sayang. Lakukan tugasmu, lakukan keperluanmu, dan aku akan lakukan milikku juga."

Setelah itu, Emma berbalik pergi ke kamarnya dan mengunci pintu.

Mereka ... bermusuhan untuk pertama kalinya.

-m-

"Bagaimana hari pertamamu bersekolah di Kanada, Em?" Brandon--Papa--menanyakan hal yang membuat Emma tersedak. Saat ini, empat orang anggota keluarga itu sedang berkumpul di meja makan dalam rangka makan malam.

"Mungkin, Emma butuh waktu lebih lama untuk beradaptasi, Pa," Jawab Ella setelah meneguk air minumnya.

Brandon dan Felicia bertatapan. Tujuh belas tahun mereka membesarkan Emma, tentu mereka tahu suasana hati putrinya dengan ekspresi itu.

"Jika ada sesuatu yang mengganggumu, jangan ragu untuk menyampaikan kepada Papa dan Mama. Lagipula, sekarang kamu punya Shawn," Ujar Brandon dengan suaranya yang menenangkan. Namun, tetap saja membuat Emma tak setuju dengan kalimat terakhir. "Lalu, Shawn, bagaimana hari pertamamu bersekolah setelah libur panjang?" Lanjut Brandon.

"Aku... selalu suka sekolah," Shawn tersenyum, entah benar-benar tersenyum atau pura-pura. "Kuharap, aku selalu bisa menjaga Shenna dengan baik."

"Shenna? Apa itu panggilan istimewa untuk adikmu yang satu ini?" Felicia menyahut dengan mata berbinar. "Aku suka caramu, Shawn. Aku mempercayakan Emma-ku ini padamu."

Imagination (S.M) [ON HOLD, SORRY]Where stories live. Discover now