T H R E E

458 46 1
                                    

"Let's see how this begin."

-m-

Kurang lebih satu bulan telah berlalu. Saat ini, Emma sedang memakai dasi berwarna merah yang baru saja diambil dari plastiknya. Ia merasa sudah cukup siap untuk berangkat ke sekolah barunya, Musical School. Um, sepertinya begitu.

Emma menarik nafas panjang. Mengaitkan jari-jarinya satu sama lain, gugup. Menatap dirinya yang kini terbalut seragam dengan lengan sebatas siku yang berwarna putih, rompi serta rok selutut berwarna biru tua. Oke, ini cukup mengerikan. Ia akan berbaur dengan orang-orang baru.

"Aku akan melindungimu, Shenna."

Astaga. Emma menepuk pipinya sendiri saat tiba-tiba teringat ucapan Shawn hari itu. Ah, benar-benar memalukan. Satu bulan berlalu, Emma tidak bisa tidur dengan tenang. Kata-kata itu selalu membayanginya.

"Emma?" Felicia muncul di pintu kamarnya.

Emma menoleh, "Eh, iya, Ma?"

"Wah, my baby was ready. Kamu cantik banget, Em," Mama mengelus lembut puncak kepala putrinya. "Kadang, Mama nggak percaya pernah melahirkan kamu yang sekarang sudah sebesar ini."

Emma tersenyum tulus lalu memeluk sang ibunda.

"I wish you have a good day," Kata Felicia di akhir pelukan mereka.

"Yes, Ma. You too,"

"Ya udah, sana, berangkat. Abang Shawn udah nungguin,"

"O-oke." Emma menggendong tas ransel berwarna navy miliknya lalu mencium tangan Felicia.

Di ruang tamu, Shawn benar-benar sudah menunggu. "Hei, udah siap?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Udah," Jawab Emma singkat.

Shawn mengangguk. Ia berdiri untuk mencium tangan Brandon dan Felicia. Setelah berpamitan, mereka memasuki mobil yang akan dikendarai oleh Shawn.

"Kamu yakin bisa mengemudi?" Tanya Emma setelah Shawn menyalakan mesin mobil.

"Iyalah," Shawn terkekeh. "Kamu pikir Mama dan Papa tidak mengujiku dulu sebelum ini?"

Emma terdiam. Antara malas menanggapi dan memikirkan bagaimana sekolahnya nanti. Terkaan-terkaan kejadian yang akan datang sedang berputar dengan abstrak di kepalanya.

"I'm already saying, don't be nervous," Timpal Shawn tiba-tiba. Ia menggenggam tangan Emma yang terdapat di pinggir jok, berusaha menularkan kehangatan bagi adiknya itu. "I'll protect you, Shenna."

Rasanya, entah kenapa, Emma seperti kehilangan detak jantungnya.

-m-

Gedung yang saat ini terpampang jelas di hadapan Emma, memberi kesan campur aduk kepada gadis yang sedang gugup dalam genggaman tangan Shawn itu.

Dengan taman yang asri, lapangan luas, bangunan tingkat tiga dengan warna yang didominasi cokelat tua dan abu-abu, serta suasana yang ramai, sekolah ini tak semenyeramkan yang Emma bayangkan sebelumnya.

"Come on," Ujar Shawn sambil menarik pelan tangan Emma. Ia membawa adiknya melewati panjang koridor menuju kelas bagi junior yang terdapat di bagian paling belakang sekolah. Selama perjalanan, tak jarang Emma menangkap tatapan mata dari para siswa-siswi di sana yang tampak ... tak bersahabat.

Ada yang salah?

"Terima kasih, Shawn. Aku bisa sendiri," Kata Emma saat Shawn sudah mengantarkannya sampai ke pintu kelas. Dapat ia rasakan genggaman tangan Shawn yang terasa hangat sejak tadi, membuatnya cukup tenang sekarang.

Imagination (S.M) [ON HOLD, SORRY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang