"Nggak! Makanan lo semuanya bikin diabet, gue sih ogah."

Zahra terkekeh, dia mengunyah kembali benda empuk itu di dalam mulutnya. "Fani, pernah rasain bibir orang nggak?"

"Bibir orang?" tanya Fani, Zahra yakin Fani sedang mengerutkan keningnya. "Maksud lo kissing?"

Zahra mengangguk cepat, tapi Fani tidak bisa melihatnya karena mereka sedang menggunakan layanan telpon.

"Lo abis dikecap kecup sama siapa?"

"Idih... Zahra abis baca ff nya nct, dan gak sengaja ada adegan gitunya. Terus penulisnya jabarin scene itu, lengkap banget Fan!" Zahra tidak mungkin mengatakan kalau dia baru saja melakukannya dengan Ji Soo, dia tahu Fani akan bilang pada Bundanya kalau saja itu terjadi. Mulut Fani itu, sebelas duabelas dengannya. Mulut ember bocor.

"Apa judul ff nya? Gue pengen baca."

Mati mati! Mana tau Zahra judulnya apaan, kan Zahra cuma pura-pura doang...

Tapi emang beneran ada sih ff nya nct, Zahra kan gak tau isinya ada kissingnya apa nggak!

Euuuhh... babo babo babo!!!

Aishhh... jinjja!!

"NCT passionate 21+!" jawabnya setelah menimang judul apa yang cocok.

"Itu mah isinya dewasa! Lo baca kaya gituan?" Zahra menepuk-nepuk puncak kepalanya dengan sabar.

TOK! TOK! TOK!

"Nanti Zahra telpon lagi Fan, 잘자!"

Zahra menutup telponnya, dan langsung berjalan untuk membuka pintu. "Malem-malem gini masa ada service room sih?"

"Iyaaa bentaaaar!!" ujarnya sembari memutar gagang pintu.

Betapa kagetnya Zahra karena yang ditemukannya adalah sosok lelaki dengan rambut yang agak panjang, bercelana jeans, dan berhoodie hitam. Sangat mirip dengan kakaknya.

"Ada apa ya mas? Ini udah malem." ujar Zahra berusaha tersenyum.

"Mas mas mas, ini Abang Zahra! FAHMI!!"

Zahra mendengus jengkel, kenapa bisa Abangnya bisa tahu kalau Zahra disini?

Ketika Zahra benar-benar akan menutup pintunya, Fahmi langsung mencekal tangan Zahra. Membuat Zahra langsung berhenti saat itu juga.

"AYO PULANG!" tegasnya dengan nada penekanan, "Beresin barang-barang kamu!!"

Sebelah tangan Zahra berusaha untuk melepaskan cekalan Fahmi, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melakukan itu.

"Abaaaaang... Zahra udah pesen sampe besok lusa, sayang kalo dibuang kan?" jelasnya penuh arti. "Biar Zahra di sini dulu, biar Zahra sendirian. Abang gak usah khawatir, Zahra baik-baik aja kok!"

"Pulang Zahra! Kasian Bunda nangisin kamu!"

"Nggak mau Bang, biar sampe besok lusa aja. Zahra janji akan pulang!"

"Nggak bisa!"

"Ayolah Abang... yang ganteng... mirip Cameron Dallas. Zahra janji!" jemarinya sudah membentuk angka v pada Fahmi.

Fahmi mendengus sebal, "Tetep nggak bisa! Zahra harus pulang sekarang!"

"Nggak mau!"

"Abang bantu bayarin tiket mubank deh!"

Matanya berseri-seri, Zahra tidak bisa menolak kalau urusannya sudah begini. "Serius ya?"

●●●

Ji Soo mengulum senyumnya saat bayangan semalam melewati otaknya, lelaki itu tanpa sadar sudah tersenyum selama 15 menit sejak bel pergantian pelajaran matematika berakhir. Tangannya menopang dagunya, lalu senyuman itu keluar lagi bagai mesin yang terus mencetak senyuman.

Dean yang melihatnya mengernyitkan dahinya, lantas menoyor kepala Ji Soo keras.

"Ngapain lo senyum-senyum gitu?" Dean berucap sarkas, "Ngeri tau nggak liat lo senyum terus!"

"Kayak liat apa?"

"Kayak liat bokep tiap malem!"

"Bokep tuh apaan ya?" tanya Ji Soo sembari menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

Dean tergelak, matanya yang minimalis langsung hilang saat tertawa ngakak. Dean itu keturunan keluarga China yang bermutasi ke Indonesia karena urusan pekerjaan, entah itu keturunannya dari neneknya nenek atau atau dari ibunya nenek, yang jelas Dean tidak mengetahui asal-usulnya. Jadi Dean masih mempunyai fisik yang mirip dengan orang China, termasuk matanya.

Mata Ji Soo membulat sempurna, lalu menggetok kepala Dean yang masih tertawa ngakak. Ji Soo asli Indonesia dan Korea, tapi karena sewaktu umurnya beranjak 12 tahun dia dipindahkan ke Korea dan baru balik sekarang-sekarang, Ji Soo agak kurang mengerti dengan bahasa-bahasa gaul yang sering keluar dari mulutnya si Dean.

"Apaan bokep? Kasih tau elah!"

Dean menghentikan tawanya, lalu menatap Ji Soo sungguh-sungguh. "Lo mau tau?"

Ji Soo mengangguk.

"Lo rental cd, bilang sama abangnya, bang gue rental cd bokep dong!" Dean tersenyum misterius, "Nah abis itu, lo pasti bonyok karena digebukin sama abangnya."

Ji Soo mendengus sebal, dia menarik bukunya yang ditindihi lengan Dean dan menggeplaknya dengan buku itu.

Plak!

"Gue nggak ngerti bego!"

Mengelus-elus kepalanya, Dean beranjak dari duduknya meninggalkan Ji Soo yang masih tercengang karena ulah Dean yang menulis sesuatu di papan tulis.

Tanya sama Dawina, dia pasti tau bokep apaan.

Ditambah dengan gambar emotikon meletnya.

"Sialan!" umpatnya diiringi dengusan sebal. Ji Soo tidak ingin bertanya pada Dawina karena Dawina itu orangnya rempong, roknya pendek, kecentilan, makeupnya kaya ondel-ondel, dan yang paling terakhir Dawina suka sama Ji Soo.

Ji Soo menggelengkan kepalanya, mengusir Dawina dari otaknya karena memikirkan gadis itu sungguh tidak penting baginya. Lalu tangannya membuka buku didepannya, menjawab soal-soal dari buku yang diberikan oleh Ibu Salamah.





TBC!

Break UpWhere stories live. Discover now