I

106 47 24
                                    

Bagian Dua.

Sepanjang perjalanannya menjemput Abang tersayang, senyum Zahra tidak luput dari wajahnya. Demi bebek goreng Cianjur yang menggiurkan, bertemu dengan idola itu sangat menyenangkan. Apalagi kalau dia bisa peluk-peluk dan cium-cium idolanya, Zahra bisa tidak tidur seharian karena hal itu. Tapi masalahnya, Zahra juga sanggup atau tidak untuk bertemu dengan Babang Park. Bagaimana kalau Zahra pingsan setelah melihat wajah asli Babang Park? Kan nggak lucu kalau ketemu langsung pingsan, dia jadi tidak bisa memotret aktivitas idolanya di atas panggung.

Setelah memikirkan dan menghayal panjang-panjang, Zahra memutuskan duduk di salah satu kursi tunggu. Dia memainkan ponselnya, mencari-cari informasi tentang idolanya.

"Abang cariin juga!" seru seseorang sembari duduk di sebelahnya. Dia Abangnya, Fahmi Algafari. Abang yang jarang pulang ke rumah karena sibuk dengan kuliahnya, dan Abang kesayangan Zahra karena dulu selalu bisa diandalkan. Wajahnya nggak worth it menurut Zahra yang tipe idealnya seperti Babang Park, tapi menurut Fani yang pernah main ke rumahnya Fahmi masuk deretan list cowok yang akan dijadikan pacar.

"Abaaaaaang..." seru Zahra sembari memeluk Fahmi, "Ahhh... Zahra kangen banget, tapi Abang jahat nggak pernah pulang ke rumah!"

Fahmi menggelengkan kepalanya, sudah terbiasa dengan sikap Zahra yang aneh sejak kecil.

"Tapi walaupun ngeselin, Zahra seneng ketemu Abang!!"

"Yalah... Abang kan gans!"

"Gausah sok gahol, Abang gak pantes jadi AGB!"

"Abg kali!"

Zahra mendongakkan kepalanya, tingginya dengan Fahmi terpaut jauh meskipun Zahra merupakan golongan cewek tinggi. "AGB, anak-gaul-Bandung!"

"Yaaa terserah AGB jaman now deh!" Fahmi mendengus sebal, "Naik apa kesini?"

"Grab,"

Mata Fahmi memejam sebentar, "Oon banget! Jemput Abang pake grab, tau gitu gausah jemput Abang lagi!"

"Bunda yang nyuruh!"

"Abang pulang sendiri juga bisa, tinggal pesen grab! Gak usah dijemput!!"

Fahmi menarik kopernya, meninggalkan Zahra yang masih terdiam di tempatnya. Mata Zahra masih fokus melihat ke arah sana, di depannya. Dia merasa familiar dengan wajah itu, wajah putih bersih dan senyum manis di bibirnya, juga mata yang berbinar. Tapi dia tidak tahu itu siapa, hanya saja wajahnya benar-benar seperti orang yang dekat dengannya. Tapi siapa?

"Selamat sore!" sapa lelaki itu, sementara Zahra masih diam. Otaknya masih berputar-putar mengingat wajah ini. Jari kuku telunjuknya sudah digigiti sejak tadi, menandakan Zahra sedang berpikir keras.

Zahra mengacak rambutnya, "Pala Zahra pusyiiing!"

"Kaya pernah kenal, tapi siapa ya?" seru Zahra. Dia menutup mulutnya sendiri, tidak sopan berbicara dengan orang asing seperti itu. Tapi memang kadang mulutnya tidak bisa dikontrol sehingga apapun yang dipikirkannya selalu keluar sendiri tanpa bisa dicegah.

Sementara lelaki itu tersenyum, Zahra berbalik dan menyusul Abangnya.

"Tungguin gadis syantikk ini Babang Fah!"

Break UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang