Wo

84 33 4
                                    

Bagian Lima.

Udara semakin dingin menggigiti kulit tangan, dan kakinya. Kini tangannya kesemutan karena dijadikan bantal saat tidur, kepalanya juga sakit karena terus-terusan menghadap ke kanan, jangan lupakan punggungnya yang pegal juga. Belum sempat Zahra membuka matanya, terdengar suara seseorang yang begitu dekat.

"Sudah bangun?"

"Ji Soo?" Mata ngantuk Zahra kini terbuka sempurna ketika menyadari wajah Ji Soo tepat di depannya. Mata mereka bertemu, Zahra segera mengalihkab pandangannya ke arah jendela yang sudah tidak lagi memperlihatkan panasnya matahari. Hari sudah gelap.

"Kenapa nggak bangunin gue sih?"

"Lo nyenyak," jawaban singkatnya mambuat Zahra semakin panik.

Zahra mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Bu Hani di tempatnya menetap tadi. Tidak ada. Ketika Zahra bangun untuk mencari Bu Hani, Zahra merasakan ada yang menggantung di pundaknya. Zahra melirik sisi pundak kirinya, dan langsung menemukan sebuah jaket boomber hitam. Zahra menatap lelaki di depannya penuh selidik.

"Kenapa?" tanyanya seolah tahu apa yang ingin Zahra tanyakan.

Zahra menyerahkan jaket itu, namun lima detik tangannya menggantung di udara Ji Soo belum juga mau mengambilnya. "Ini!" Zahra berdecak malas, "Gue nggak menerima barang dari orang yang belum gue kenal!"

"Pake! Gue tau lo kedinginan!"

Decakkan malas terdengar lagi dari mulut Zahra, namun Zahra terpaksa memakai jaket itu. "Ini karena lo maksa!"

Zahra melangkahkan kakinya, berharap bertemu seseorang. Setelah sekian lama mencari, namun tidak menemukan apapun. Zahra mengarahkan kakinya menuju pintu.

"Percuma, pintu udah dikunci sama penjaga."

"Sejak kapan lo di sini?"

"Nggak sampe 24 jam," jawabnya sambil menopang dagu dan menatap Zahra dari pojok meja yang diduduki Zahra tadi.

"Yah, gue tau itu." Zahra kembali duduk di seberang meja Ji Soo. Lalu mengambil ponselnya dari saku, dan mulai menyenderkan kepalanya di atas meja. Sialnya, ponselnya baru saja mengedip-ngedipkan layar dan berakhir dengan tragis karena kehabisan baterai.

"Pinjem HP!"

"Mati,"

"Boleh nggak sih Zahra bilang ini kesialan ganda?"

Ji Soo terkekeh melihatnya, sisi imut Zahra baru saja keluar setelah sekian lama berbicara ketus dengannya.

"Gimana kabar nyokap lo sekarang?"

"Mati!" Zahra melotot, dia baru saja sadar terkurung di sini dan memikirkan bagaimana keadaan Bundanya kalau malam ini Zahra tidak bisa pulang juga? Zahra akan terkena sidang dari Bunda dan Ayahnya nanti, uh tolong ingatkan Zahra untuk mengunci pintu kamarnya agar tidak ada yang mengganggunya.

"Hah?"

"Zahra bisa mati kalau ga pulang malem ini!! Duh, tolongin dong!"

"Nggak ada yang bisa dilakuin selain menunggu pagi,"

"Yaaaah..." Zahra melemas saat itu juga. Matanya mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru perpustakaan ini, berharap ada sesuatu yang bisa membawanya keluar dari lubang hitam ini yang mengurungnya dengan Ji Soo.

Break UpWhere stories live. Discover now