Part 9

88 37 3
                                    

Meyrin menatap kosong langit-langit kamarnya, berbaring di kasur dengan posisi kaki setengah berada di pinggiran. Sebenarnya dia sedang memikirkan sesuatu yang sama sekali tidak ingin dirinya ingat. Matanya terpejam cukup lama sore itu, dia bisa mendengar kicauan gagak melintas dan berkoak di atas atapnya. Akhir-akhir ini puluhan gagak hitam senang sekali melintas di area perumahannya. Katanya, gagak adalah burung pembawa masalah besar dan suaranya yang menyeramkan itu pertanda kematian. Lalu, mengapa burung-burung itu melintas di atas atapnya? Tidak adakah tempat yang buruk dari ini? Meyrin hanya tidak ingin terjadi masalah besar lagi. Sudah cukup dia dikucilkan oleh penjuru sekolah, tak terkecuali Sakurai dan Shiro.

"Berisik!" teriaknya ketika mendengar suara gagak berkoak lebih keras.

Teriakan Meyrin cukup membuat salah satu pelayannya datang untuk memastikan keadaan Nona mudanya. Shiro sedang pergi ke sekolah untuk rapat guru dan dirinya harus menunggu di rumah bersama Yoji. Meyrin membuat alasan tidak masuk akal agar dia bolos sekolah, tentu saja hal itu tidak berpengaruh pada Shiro. Namun, sepatutnya seorang pelayan dan tuannya, Shiro harus mengalah dan menyimpulkan bahwa Meyrin sedang tidak enak badan. Dengan begitu dia bebas tidak bertemu dengan manusia-manusia egois penyebar rumor, dan juga Akihito!

"Nona, anda baik-baik saja?" tanya Yoji dari balik pintunya, mengetok beberapa kali.

"Ya. Jangan pedulikan aku."

"Apa anda mau semangkuk ice cream dengan toping berry dan kacang almond?"

Yoji tahu persis cemilan kesukaan Meyrin, dia sebisa mungkin melayani Meyrin ketika Shiro tidak berada di rumah. Baginya, kenyamanan gadis muda ini adalah nomor satu, sekalipun dia pernah terluka parah akibat cakaran serigala liar. Yoji bersikeras untuk membuatnya sempurna seperti yang biasa Shiro lakukan.

Makanan manis adalah hal penting yang tidak bisa Meyrin lewatkan dalam sehari. Jadi, tidak ada kata penolakan untuk penawaran Yoji. Meyrin beranjak dari kasur, membuka pintunya pelan hingga menimbulkan suara berderit.

"Dua mangkuk dan jangan beritahu Shiro," katanya sambil meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Yoji mengangguk mengerti, dia pun segera mengambilkan pesanan Meyrin.

"Makan di sini?"

"Tidak perlu. Aku akan menunggu di gazebo."

Di dalam gazebo terdapat meja bulat dengan kursi kayu di sisi kiri kanannya. Di tengah meja terdapat vas bunga kecil dan lilin aroma terapi. Meyrin tidak mengerti sejak kapan lilin itu berada di sana. Ketika menginjakkan kakinya ke gazebo baru, yang dirinya ingat adalah kerusakan. Alois merusaknya saat pertama kali mereka berjumpa, perjumapaan yang hampir saja merenggut nyawanya. Gadis itu yakin, Alois tidak akan berhenti bertindak sebelum mendapatkan dirinya. Meminum darahnya layaknya vampire dan terakhir mengambil jiwanya. Sungguh akhir kehidupan yang tragis. Walaupun hal itu akan Shiro lakukan kelak, ketika tujuannya sudah terbalaskan.

Dia harus mencari kelompok perdagangan manusia, tempat paling keji yang dirinya pernah masuki saat masih kecil. Jika saja saat itu dirinya tidak melarikan diri, mungkin organ tubuhnya sudah berada di beberapa negara bagian tertentu. Terpisah berkeping-keping.

"Aku ingin pulang, aku ingin pulang," desak Rin menangis sesenggukan. Di sebelahnya duduk seorang anak seusianya, berusaha menenangkan. Tubuhnya penuh luka cambukan, dahinya mengeluarkan sedikit darah akibat luka robek.

"Kau tahu, aku bahkan mendapatkan siksaan lebih kejam dari itu. Kita semua akan pulang, berhentilah menangis." Anak lelaki itu yang hanya mengenakan celana pendek abu-abu menatap lama, pun menghapus air mata Meyrin seolah dirinya baik-baik saja, sekalipun di wajahnya terdapat luka gores cukup banyak.

AOI MEYRIN : I Meet The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang