Part 5

194 59 42
                                    

Nuansa pagi sebuah kamar yang didesain khusus khas Jepang dengan kombinasi modern antara kamar minimalis namun juga tidak terlalu kecil. Warna-warna kayu yang menyatu dengan alam membuat ruang kamar Meyrin tampak lebih sederhana, tetap terlihat mewah. Di bagian kiri ruangan terdapat sebuah lemari besar membentang hampir setengah dari panjang kamarnya. Desain yang simple terbuat dari material kayu yang telah di finishing cat warna putih dan cokelat muda, dengan daun pintu geser seperti kebanyakan model lemari-lemari rumah tradisional Jepang. Sementara itu, di sebelah kanannya terdapat jendela besar yang dilapisi oleh tirai berenda berwarna putih sepadan dengan warna dinding di sebelahnya. Aroma khas vanilla menusuk indera penciuman siapa saja ketika memasuki ruangan sederhana itu. Aroma kesukaan dari Meyrin yang sedang asyik bermimpi di bawah selimut tebalnya.

Meyrin seolah terbuai dalam bunga tidurnya, menghiraukan segala jenis suara berisik yang mengganggu tidur cantiknya. Sesekali ia bergerak untuk memperbaiki posisi kepala yang kurang nyaman. Mungkin karena bantal yang ia pakai sudah tidak terasa empuk lagi.

Sosok lelaki tinggi berparas rupawan kini telah memasuki area kamar Meyrin sembari mendorong troli berisi sarapan dan juga secangkir teh pagi. Sama seperti biasa yang ia lakukan sejak terikat kontrak dengan Meyrin. Menjadi seorang pelayan dari seorangg gadis keras kepala yang kurang sopan menjadikannya terbiasa hidup dengan umpatan-umpatan kasar manusia.

"Sudah waktunya anda bangun, Nona."

Ia menarik selimut berwarna krem yang melekat pada tubuh Meyrin, gadis itu bangun dengan posisi kurang beruntung. Shiro menatapnya dalam jarak sejengkal, membuatnya terkejut lalu menampar keras pipi pelayan iblis itu. Shiro tidak bergeming dari tempatnya, ia kemudian berdiri tegak sambil menahan tawa setelah Meyrin mundur perlahan. Shiro meletakkan tangan kanan di depan dadanya.

"Brengsek, kau mau melakukan hal mesum padaku ya?"

"Jika anda mau, saya dengan senang hati akan melakukannya. Saya ini pandai dalam hal bercin‒"

Meyrin melayangkan bantal kepalanya tepat ke wajah Shiro sebelum pelayan itu menyelesaikan kalimat mesumnya. Ia kesal luar biasa, sepagi ini hampir mendapat serangan jantung. Jarak mereka berdua tadi sangatlah dekat. Jika Meyrin salah bergerak sedikitpun, mungkin saja kejadian tidak terduga akan terjadi.

"Dasar gila. Harusnya dari dulu aku membunuhmu."

"Nona, kebiasaan mengumpat anda semakin menjadi saja. Anda juga tahu bahwa saya ini iblis yang tidak bisa dibunuh oleh manusia."

Shiro dengan segala tingkat percaya dirinya membuat sang nona terdiam. Kemudian, ia menawarkan secangkir teh hijau hangat untuk meredakan amarah majikannya di pagi hari. Meyrin duduk di tepi ranjang, raut wajahnya cemberut. Ia tidak suka jika selalu menjadi bahan candaan oleh pelayan iblisnya. Padahal Shiro melakukan hal itu untuk mengetes Meryin saja dan juga hanya sebagai hiburan semata.

"Hari ini Yoji membuat sup kentang. Apa anda ingin mencobanya sebelum berangkat sekolah?"

Meyrin mengangguk iya. Lagipula, dia juga sedikit lapar akibat semalam hanya mendapat asupan minuman saja. Gadis itu tidak menyentuh kue yang Shiro bawa, sebab mood makannya menghilang karena Shiro mengejeknya lagi. Kini pelayan iblis merapikan tirai jendela yang kusut di beberapa bagiannya. Kemudian bergerak mengambil pakaian yang akan sang nona pakai ke sekolah.

"Saya sudah menyiapkan air di bak mandi. Jika anda berniat untuk ditemani mandi, saya tidak akan sungkan Nona," ucap Shiro seraya merapikan rambut majikannya.

"Kau ini belajar mesum dari mana sih? Menyebalkan sekali."

****

AOI MEYRIN : I Meet The DevilWhere stories live. Discover now