Part 1

376 113 118
                                    

Mata Meyrin terbuka perlahan sesaat mencium aroma khas vanilla dalam kamar. Baunya semakin tajam saja sejak ia tinggal dalam rumah tua ini. Hal yang membuatnya selalu bangun cepat di pagi hari. Harus diakui, hidungnya terlalu peka untuk mencium wangi-wangian seperti ini. Dia beranjak dari tempat tidur sembari memegang ujung piyama biru tua yang dikenakan, hendak menatap cermin besar yang menjulang tinggi melebihi batas tinggi badannya. Terlihat pantulan diri dari seorang gadis berumur tujuh belas tahun yang kian hari kian mengalami perubahan pada sekujur tubuh. Entah badannya yang kecil atau buah dadanya saja yang semakin membesar. Meyrin memeluk tubuhnya sendiri, bergidik ngeri membayangkan hal aneh-aneh tentang tubuh rampingnya itu.

Kantung mata Meyrin sepertinya mulai terlihat lagi, ini dikarenakan tugas sekolah yang menumpuk bagai gunung dan seorang pelayan serba bisanya tidak mau membantu. Hal yang membuat dirinya mengerjakan tugas sendirian sampai tengah malam. Lalu, ketika ingin tidur, telah disadari bahwa matahari terbit lebih cepat dari yang ia duga. Meyrin gagal tertidur pulas. Ia menata rambutnya yang kini sudah memanjang, rambut berombak dengan warna hitam pekat sangat cocok dengan warna kulit yang sedikit pucat. Bibirnya juga sedikit berwarna pucat, layaknya buah pulm kering yang rasanya manis-asam itu. Dan juga beberapa tanda kemerah-merahan di leher, lengan dan juga kaki Meyrin. Gadis itu mengernyit, menggosok tanda merah ini‒yang sama sekali tidak mau hilang‒ia mendengus kesal. Bahkan sampai mengepalkan tangannya.

"Dasar iblis bodoh, dia melakukannya lagi saat aku tidur," umpatnya berkali-kali.

Dengan gaduh, Meyrin berjalan membuka pintu kamar menuju sebuah ruangan kecil dengan pintu berwarna cokelat tua‒mendobraknya paksa. Hal pertama yang ia lihat adalah sosok pelayan iblisnya tengah tidur seperti manusia. Pelayan itu tahu bahwa Meyrin akan datang hanya untuk marah-marah. Pura-pura tidur adalah cara licik yang sama ketika ia membuatkan tanda merah di tubuh Meyrin beberapa bulan lalu. Padahal Meyrin sendiri yakin bahwa itu hanya untuk kesenangannya saja.

"Iblis tidak akan pernah tidur, dasar bodoh!"

Meyrin mengumpatinya yang tergeletak di atas ranjang. Tak ada respon yang ia dapat, membuat kesal saja. Lantas, gadis cantik dengan aura mengerikan itu meninggalkan pelayan iblis menuju ruang dapur, mengambil sebuah pisau makan berwarna silver dan kembali menuju kamar iblis itu. Diam-diam Meyrin mendekatinya, memainkan pisau di tangan yang sudah siap untuk menancap ke tubuh pelayannya lagi‒sama seperti yang ia lakukan saat pelayan iblisnya dengan sengaja mengejek Meyrin‒sampai ia benar-benar terbangun.

"Anda berniat membunuh saya lagi, Nona?"

Dengan secepat kilat‒yang bahkan Meyrin sendiri tidak sadari kecepatannya‒ia menyingkirkan pisau dari tangan majikannya dan memutar balik keadaan. Sekarang Meyrin yang berada di atas kasur, sedang pelayan‒tanpa sopan santun‒hanya menatap Meyrin dari atas, ia terkekeh. Posisi seperti ini membuat Meyrin tidak nyaman, seperti‒ah sudahlah, kenapa jadi berpikir hal lain. Benar-benar permainan licik sang iblis. Meyrin tersenyum kecut. Masih sepagi ini dan dirinya sudah dikalahkan dengan sangat mudah oleh seorang pelayan iblis.

Bagus sekali Rin, kini kau jadi bahan candaannya lagi, gumamnya kesal.

"Akhirnya bangun juga kau."

"Anda tahu bahwa pisau seperti itu takkan bisa membunuh saya kan? Tapi sepertinya anda melakukannya lagi."

"Yah, aku hanya menguji ketahanan tubuhmu saja."

Meyrin memalingkan wajah ketika hendak menatap pelayannya yang tersenyum kemenangan. Segera iblis itu membantu Meyrin untuk berdiri setelah dijatuhkan di atas ranjangnya. Kemudian merapikan rambut hitam yang sudah acak-acakan, pakaian yang setengah terbuka di bagian atas dirapikan juga. Meyrin menyilangkan kedua tangan di depan dada, niat memberi protes berkepanjangan yang berujung marah-marah.

AOI MEYRIN : I Meet The DevilWhere stories live. Discover now