Part 8

106 39 5
                                    

Akhito tidak mengerti lagi hal seperti apa yang gadis itu pikirkan. Menolaknya mentah-mentah dan melarangnya bicara seperti biasa. Biasanya Akihito menyapa Meyrin ketika baru datang, sekarang gadis itu lebih memilih tidak menatapnya sama sekali, mereka berdua masih duduk bersebelahan, terlihat sangat jela bahwa Meyrin menjauhinya. Akihito seperti pemuda patah hati. Rumor yang dikatakan Meyrin benar adanya, setiap dirinya melewati gerbang, koridor, maupun pintu-pintu kelas lain, namanya pasti disebut secara diam-diam. Akihito memiliki pendengaran yang cukup tajam hingga dia dapat mendengar sampai ke akar-akarnya.

Mereka berdua sempat berpas-pasan saat berada di loker. Saat itu ketika pulang sekolah Meyrin berdiri mematung di depan lokernya seperti memikirkan sesuatu. Lagi-lagi loker mereka bersebelahan. Takdir memang sengaja mempertemukan mereka.

"Umm...Meyrin," panggil Akihito lembut. Tak ada jawaban sama sekali, seolah Meyrin memang tidak ingin berbicara dengannya. "Sekarang aku mengerti maksudmu. Tentang rumor itu dan reputasimu. Aku hanya ingin minta maaf padamu."

Krieet

Bunyi pintu loker terdengar berderit, tanda engselnya sudah mulai berkarat. Meyrin menggendong tasnya, membuang sepatunya untuk dikenakan kembali sambil membelakangi Akihito.

"Meyrin..."

"Sudah kukatakan jangan bicara padaku lagi!" tegasnya untuk yang terakhir kali, membungkam suara Akihito. Gadis itu pun membuka pintu paksa dan berlalu begitu saja. Sementara Akihito masih berdiri di depan lokernya.

"Masalah percintaan ya?" tanya seseorang.

Akihito berbalik mendapati salah satu gurunya yang baru beberapa pekan ini bekerja di sekolah. Tampilannya seperti guru pada umumnya ketika hendak pulang. Dengan kacamata bertengger di kedua matanya, guru itu mendekati Akihito.

"Oh selamat sore Alois sensei," ucap Akihito membungkuk.

"Aku tidak sengaja mendengar kalian bertengkar. Apa kalian baik-baik saja?"

"Hanya masalah kecil. Sepertinya saya membuat sedikit kesalahan. Mungkin lebih tepatnya kami berdua sedang tidak baik-baik saja," jawabnya berusaha tersenyum. Padahal pikirannya ke mana-mana karena rumor itu.

"Kau bisa cerita padaku, lagipula sudah sewajarnya guru memberi arahan pada muridnya, kan? Aku ini orang yang bisa memberikan solusi masalah romansa remaja. Bagaimana kalau kita ke kafe terdekat dan bercerita sejenak demi mengurangi sedikit rasa bersalahmu?"

Alois memberikan penawaran menarik, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan seperti ini. Dia tahu bahwa Akihito dan Meyrin memiliki masa lalu yang sama, hanya saja kehidupan mereka dibuat berbeda. Alois bisa menebak semua itu dari mata Akihito. Setidaknya dengan menjadikan Akihito sebagai pion barunya, dia tidak akan terlalu jauh untuk mendekati Meyrin. Guru iblis yang satu ini memanglah licik.

Akihito menggaruk kepalanya tidak gatal, dia bingung bagaimana cara untuk menolak ajakan sensei. Namun, dia juga butuh tempat curhat sebelum pikirannya meledak, menjadikan teman kelas sebagai tempat curhatnya adalah pilihan terburuk.

"Jadi, bagaimana?"

"Mungkin sedikit kafein dapat membantu."

Duduk berdua di pinggiran kafe yang terletak di tengah kota saat sore hari adalah kesenangan tersendiri. Akihito leluasa menceritakan masalah yang dirinya hadapi bersama Meyrin. Dia tahu reputasi gadis itu sangatlah buruk di sekolah, dan semakin buruk ketika Akihito menyatakan perasaannya lantang di dalam kelas.

AOI MEYRIN : I Meet The DevilWhere stories live. Discover now