1

6.5K 431 56
                                    

Bandung, 22 Maret 2018


Gadis berhoodie hitam dan bercelana jeans pendek selutut dengan santainya meminum green tea latte yang ia pesan sambil menaikan satu kakinya ke kursi yang ada di sebelahnya.

"Jadi mau yang gimana lagi, Teh? Yang ganteng udah dicariin. Yang mapan udah. Yang baik udah ada. Tapi ditolak semua. Pusing aku tuh, Teh!!" Denia mengomel pada kakak tingkatnya saat kuliah.

"Yang baik kan udah jadinya sama kamu, De. Bulan depan nikah. Kayanya emang aku harus santai aja kali yah. Gak usah keburu-buru nikah," ujar gadis bernama Alya santai.

Mojang Bandung itu menghabiskan seluruh minumannya. Rasa dahaga yang menyerangnya tadi sudah hilang. Matanya menyapu ke seluruh sudut kafe yang menjadi tempat nongkrong asik anak Bandung.

"Bentar, yah. Mau ke toilet dulu. Oh iyaaa. Aku nyarinya yang kaya temen, De. Bisa diajak berantem, seneng bareng, gila bareng. Cariin yang kaya gitu!!"

Setelah berkata seperti itu, Alya berjalan menuju toilet yang jaraknya agak jauh dari tempatnya duduk. Ia duduk di teras kafe. Sedangkan toilet berada di dalam kafe.

Di dalam kafe suasananya sangat ramai. Ada sekelompok pemuda yang sedang merayakan ulang tahunnya. Pria muda yang sedang berulang tahun yang ke-24 itu tertawa riang. Sedangkan kelima temannya melihatnya sedikit ngeri.

"Uni!! Ketawanya jangan kaya aku dong!! Serem!" ujar lelaki bernama Jefri.

"Kenapa Adrian ulang tahun malah jadi horor gini, lur?" tanya lelaki bernama Agus.

"Biarin aja. Yang ulang tahun mah bebas." Lelaki berbahu lebar satunya lagi ikut tertawa juga.

"Tapi serem lah, Nyel kalo dia ketawanya kaya gitu. Siapa yang mau coba?" Kali ini lelaki jangkung berwajah super tampan yang berbicara.

"Ian, gak usah diingetin lah. Kan jadi kepikiran Aki di rumah maksa aku cepetan nikah" Adrian menghentikan tawanya.

"Makanya cepetan nyari atuh. Jangan ngejomblo terus. Mau yang kaya gimana sih??" tanya lelaki yang memiliki tulang hidung terlalu tinggi.

"Masih pengen bebas pliis. Ngapain juga nikah buru-buru," ujar lelaki bantet lucu itu santai.

Salah satu temannya, Ryan, tak menaruh perhatian lebih pada sahabatnya itu. Perhatiannya tersita pada gadis dengan gaya tomboy yang baru saja lewat meja mereka. Entah mengapa senyumnya tiba-tiba muncul sesaat melihat gadis itu.

"Mau dikenalin gak?? Ada nih, yang jomblo juga. Temennya Hana." Rizky menawarkan pilihan selaku pria yang sudah menikah.

"Gak usah, Bang. Nanti juga ketemu sendiri."

"Yang bayar Big Boss, kan? Kan lagi ulang tahun yah??" Jefri melirik Adrian.

"Iya, aku yang bayar. Pesen lagi aja kalo kurang."

Larut dengan suasana bahagia, mereka tidak sadar kalau salah satu teman mereka menghilang. Tiga lelaki lajang, satu lelaki yang akan segera menikah dan satu lelaki beristri itu memutuskan untuk bubar setelah puas merusuh di kafe orang.




**





"Uni!! Kapan bawa calon ke rumah??"

Adrian selalu mendapat pertanyaan yang sama setiap tiga kali sehari. Di pagi hari ketika ia pergi ke kantor, saat siang hari lewat video call, dan di malam hari saat ia pulang kantor.

"Aki mah, nanya begitu udah kaya minum obat aja tiga kali sehari. Santai, Ki, santai. Adrian masih muda." Lelaki mungil itu mendudukan pantatnya di kursi sebelah kakeknya. Dia adalah cucu lelaki satu-satunya di keluarga.

[Re] If I Have a Husband ⭕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang