(4) Be yourself

127 33 11
                                    

       Kubuka mata. Semilir musim panas dan wangimu saat itu masih menetap dan masih terbayang di pikiranku. Kenangan-kenangan tentang kita menyerang tanpa peringatan. Mengeroyoki ku. Kenapa kamu selalu saja mengganggu pikiranku. Wajahmu selalu terbayang dipikiranku sampai akhirnya aku sadar, aku harus lupa!

Jujur, aku masih mengingat kenangan-kenangan ku bersama mantan ku dulu. Cinta pertama dihidupku. Aku sudah berusaha keras melupakannya. Menyibukan diri, bermain bersama teman. Tapi itu semua omong kosong. sesekali mungkin lupa, tapi akhirnya teringat lagi di sela waktu.

        Jika kalian tanya mengapa aku selalu memikirkan nya, mungkin aku akan menjawab tidak tahu. Ayolah, aku benar-benar tidak tahu, semuanya begitu saja terlintas dipikiranku. Tadi saja saat aku sarapan, aku tidak menyantapnya. Kenapa semuanya seperti ini.

        Weekend ini aku hanya dirumah, membantu si Bibi untuk membereskan rumah. Dia adalah pembantu dirumahku sejak aku tinggal di Jakarta sampai sekarang. Dia setia menemaniku dan ibuku kemana pun. Aku bersyukur walaupun ibuku sibuk, tapi ada Bibi yang selalu sayang dan perhatian. Terutama dia yang selalu menguatkan ku disaat aku jatuh.

        Pagi itu sangatlah dingin, angin menembus sela-sela kulitku. Lagi-lagi terbayang wajahnya. Entah lah, tapi ku rasa aku ingin terbang ke suatu tempat hanya bersamanya. Berdua saja. Dunia milikku.

"Ocehan apa lagi sih, ini!" ucapku didalam hati.

       Terbaring ditempat tidur, menonton TV, memakan cemilan, itulah rutinitas weekend pagi ku. Ditemani Bibi disampingku.

        Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Ternyata itu Dika. Dia kira aku sakit. Dia membawakanku bingkisan buah dan bubur hangat. tidak seperti biasanya, tapi dia begitu baik akhir-akhir ini.

         Ku kira dia akan pulang, ternyata dia mengajakku jalan. Entah lah bagaimana bisa aku tidak senang? tapi aku menolak ajakanya, karena saat itu aku sedang tidak percaya diri. Aku merasa jelek setelah melihat dia yang begitu tampan. Tapi aku tahu, itu semua berlebihan.

"yaudah Rain, gue pulang dulu, ya! Kalau lo butuh gue, lo bilang aja ya, bye!"  ucap Dika sambil berjalan kearah pintu.

         Tapi mengapa rasanya berat saat melihatnya pergi. Sungguhlah, aku tidak tahu ini seperti apa. Kenapa hidupku sangat rumit.

        Hari-hari berikutnya Dika selalu kerumah ku, bahkan aku baru mengetahui bahwa mamaku dan mamanya itu bersahabat, dulu. Aku tidak tahu apakah ini kebetulan ataukah apa, yang pasti aku senang.

Saat Dika datang, aku selalu berusaha untuk terlihat cantik. Tapi, menurut Dika aku lebih cantik seperti biasanya. Dia lebih suka aku sederhana. Jadi, tidak ada alasan untuk bersikap bodoh lagi.

        Sebenarnya yang membuat kita bahagia itu simple. Kita tidak perlu memakai barang-barang mewah, melakukan hal ngaco demi menuruti zaman atau demi disukai orang lain. Hal kecil bisa membuat kita bahagia, asalkan kita merasa semuanya bukan hal kecil melainkan hal luar biasa.

       Akhir-akhir ini kalimat "jadilah diri sendiri" terasa biasa dan terabaikan. Kebanyakan dari kita menuruti sikap dan style orang lain. Mungkin idolanya. Kita mempunyai prinsip hidup masing-masing. Walaupun itu lebih buruk, tapi percayalah, jadi diri sendiri lebih menyenangkan. Kalian tidak perlu menstalking keseharian orang lain untuk kalian tiru. Bisa saja jika kamu menjadi diri sendiri, orang lain yang akan mengikutimu.
Be your self is number one!

        Hidup itu simple, jika kamu menganggap simple. Hidup itu akan terasa sulit, jika kamu menganggap nya sulit. Ayolah, hidup hanya sakali. Nikmati saja. Tapi, hati-hati. Zaman sekarang, orang-orang yang menurut kita baik, dibelakang belum tentu baik. Orang-orang yang menurut kita jahat, dibelakang belum tentu jahat. Kita harus bisa memilih teman, apalagi teman hidup.

~~~~~~

      Angin sore menyelinap di sela-sela tubuhku. Mengantarkan ku untuk melihat hal indah diluar sana. Senja ini sangat indah Ya Tuhan. Aku ingin melihatnya lagi, lagi, dan lagi. Seperti penyemangat hidup namun tak berbicara. Seperti tersenyum namun tak terlihat. Aku ingin sepertinya agar tidak ada yang tahu jika aku ini sedang bersedih.

        Tapi hujan selalu menggangguku. Saat senja datang, mengapa hujan turun? Apakah langit sedang menangis sepertiku? Mengapa semua ini begitu rumit untukku selesaikan.

        Ah, syukurlah Nita datang. Aku ingin sekali bercerita. Banyak hal yang ingin aku ceritakan, terutama tentang dia. Ya, Dika. Tapi aku sedikit malu menceritakannya. Dia selalu mengejekku jika aku menceritakan masalah pria. Entahlah, tapi aku benar-benar malu saat itu.

"Nit, kenapa akhir-akhir ini gue selalu mikirin dia, ya?" ucap sambil sedikit malu.

"Dia? Dia siapa maksud lo?" jawab Nita. Sedikit kepo.

"Di-di-di"

"Didit maksud lo? Yang culun and so pinter itu? Yang kalau tidur dikelas ileran? Terus kalau lagi upacara sering pingsan? Yaelah, masa lo sering mikirin dia sih? Gila lo, ya?" ucap Nita. Memotong  ucapanku.

"NAJISSSSSSS banget! Dika maksud gue!" ucap ku

"Oh, dika."

"si bego yang satu ini masih mikir, HAHAHA!" Ucap ku dalam hati.

"hah, Dika? Bukannya dulu lo sering berantem, ya, sama dia? Lo suka ya sama dia? HA HA HA!"

"hah, Dika? Bukannya dulu lo sering berantem, ya, sama dia? Lo suka ya sama dia? HA HA HA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
One Same GoalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang