Prolog

387 42 57
                                    

Hi!          Perkenalkan Namaku Raina Maura Digara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hi!
         Perkenalkan Namaku Raina Maura Digara.  Aku adalah anak dari orang tua yang amat sibuk dengan pekerjaannya sendiri, walau pun dari sisi lain aku tahu bahwa mereka  sangat menyayangiku..

Seorang ayah yang biasanya selalu menemani anak perempuannya ini, tiba-tiba jarang menemaniku lagi atau bisa dibilang seperti menjauh semenjak bercerai dengan ibuku. Seorang Ibu yang biasanya selalu menjadi tempat keluh kesahku, seperti orang asing. Ia sibuk bekerja.

Dulu, Aku tinggal di Jakarta, bersama dengan mereka. Dan yang selalu ku ingat adalah ketika kami menghabiskan waktu weekend bersama canda tawa yang sangat Aku impikan sekarang. Sebuah keluarga yang utuh dan bahagia. Namun, itu hanya sebatas kenangan yang mungkin tak akan ada pengulangan.

*****
        Aku biasanya dipanggil "Rain" oleh teman dan keluargaku. Entahlah, mungkin memang dahulu aku sangat berantusias saat mendengar rintikan hujan. Apapun tentang hujan, aku selalu penasaran. Bahkan, aku sering melukis beragam rintikan hujan. dan setelah terjadi beberapa kejadian buruk yang bersamaan dengan jatuhnya rintikan hujan, aku tak lagi suka hujan. Hujan mengingatkanku terhadap kepedihan dimasalaluku. Keluargaku berantakan, kehidupanku memburuk, dan aku kesepian.

Berat rasanya jika harus memilih antara mereka berdua. Dua-duanya sangat ku sayangi. Tapi mau tidak mau aku harus memilih. Bukan kah saat itu aku masih sangat kecil untuk mengetahui perceraian?, Umurku saja baru 5 tahun, masih sangat kecil untuk menghadapi semua ini.

          Akhirnya ibu ku membujuk untuk tinggal bersamanya, sedangkan Papa ku  langsung meninggalkan kami berdua tanpa mengatakan sepatah kata pun, tanpa mengucapkan kata-kata yang sangat aku tunggu-tunggu, dan selamat tinggal pun seperti sudah tidak diniatkan dalam dirinya.

"Nak, kamu tinggal sama Mama ya, Papa kamu ga sayang sama kamu, dia ninggalin kamu gitu aja. Mama adalah orang yang sayang sekali sama kamu. Temani Mama disini, ya?" ucap Ibuku sambil menangis dan memelukku.

       Aku hanya mengangguk sambil menangis kencang. Air mataku terjatuh beriringan dengan jatuhnya hujan. Itu adalah sakit hati terdasyat yang pernah ku alami. Berlebihan? Tidak!. Karena aku yang mengalami hal ini. Aku yang memendam hal ini sendirian. Menahan rasa sakit yang teramat pedih.

Kebanyakan, orang-orang menilaiku anak yang selalu ceria, jarang bersedih, dan kuat. Tapi dibalik itu semua aku tidak seperti itu. AKU LEMAH, sejak keluargaku hancur. Tapi, aku tidak pernah memperlihatkan kesedihanku terhadap teman-temanku. Bukan nya aku malu untuk bercerita. Tapi, itulah aku. Tidak ingin melihat orang lain sedih melihatku. Aku tidak ingin dikasihani. Karena itu akan lebih buruk.

*****

         Dan 10 tahun kemudian hujan juga mengingatkanku terhadap Seorang Pria yang sangat Aku cintai, yang meninggalkanku tanpa sebab apapun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

         Dan 10 tahun kemudian hujan juga mengingatkanku terhadap Seorang Pria yang sangat Aku cintai, yang meninggalkanku tanpa sebab apapun. Rasanya Aku ingin sekali pergi ke tempat sunyi dan berteriak sekencang-kencangnya disana. Membebas lepaskan kesedihan dan kesakitan yang amat mendalam disana. Senang jika seperti itu. Andai saja.

"Luka yang kemarin belum padam, ditambah lagi kesedihan karena seorang Pria, argh! Mengapa semuanya begini, ya Tuhan!" ucapku dalam hati.

*****

      Saat itu Aku ingin sekali melupakan semua hal kejadian di Jakarta. Oleh karena itu, Ibuku Berinisiatif untuk mengajakku pindah rumah ke Kota Bandung. Tanpa banyak bicara akhirnya Aku mau, walaupun aku harus meninggalkan rumahku di jakarta yang banyak sekali kenangan bersama papaku. Tapi apa boleh buat, jika itu memang lebih baik.

        Esok nya kami pindah ke Bandung dan menjual rumah yang berada di Jakarta.
Aku juga pindah sekolah di SMP yang berada di kawasan Bandung. Dekat dengan rumahku yang berada di kawasan itu juga.

        Mungkin, Kota Bandung adalah kota yang baru bagi ku, tapi tidak untuk Ibuku. Dulu sebelum Ibuku menikah dengan Papaku, ia sudah tinggal di Bandung.

      Saat tiba di Bandung, sorenya ibuku mengajakku untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

"Rain bosan gak? Antar mama beli kebutuhan sehari-hari untuk disini yuk? Sekalian kita beli barang-barang baru?" tanyanya sambil memindahkan baju ke lemari ku.

"bosan sih, yaudah ayo, bentar ya, Rain mandi dulu." jawab ku sambil beranjak dari tempat tidur dan langsung mengambil handuk.

"Mama tunggu diruang tamu, ya, sayang!" ucapnya sambil berjalan keluar dari kamar ku.

         Saat semuanya selesai, Aku pun langsung menuju ruang tamu dan menghampiri ibuku yang sudah menunggu 1 jam lamanya.

"Cantik banget sih anak Mama, pantes dandan nya lama banget." ucap Mama sambil mengelus rambut ku.

"Hehe, lama, ya, mah? Maaf ya." jawabku sambil tersenyum manis.

        Tak lama kemudian Mama mengeluarkan mobil dari garasi. Setelah itu, kami bersiap untuk pergi.

       Diperjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan kencangnya. Aku langsung menangis dan berteriak karena takut. Ibuku terus menenangkanku supaya tidak menangis. Sampai akhirnya ku lerai tangisanku sambil memeluk ibuku.

        Sesampainya di Mall, Mama langsung mengajakku untuk masuk agar tidak terkena hujan.

       Disana, Aku melihat banyak sekali orang, hampir sama seperti di Jakarta. Ramai sekali. Saat Aku melihat-lihat barang, mataku hanya tertuju pada satu barang. Yaitu sepasang gelang berwarna hitam pekat yang dipadukan dengan liontin berbentuk burung dan beruang kecil.

"kamu suka sama gelang ini?" tanya
Ibu.

"Iya, mah."

"Tapi ini kan gelang pasangan, gelang
yang satu nya mau kamu berikan ke
siapa?"

"Mau aku berikan ke orang yang tepat, Mah, hehehe."

"Jadi anak Mama ini udah punya pacar ya, hahaha!"

"Apa sih, mah! Engga! Maksud Rain engga
sekarang, mungkin nanti, hehe"

"Aduh anak mama ini ada-ada aja. Sini,
biar Mama bayar dulu!"

         Sesudah membeli semua kebutuhan, kami pulang. Ini sudah larut malam. Besok pagi aku tidak boleh terlambat masuk ke sekolah baruku.

 Besok pagi aku tidak boleh terlambat masuk ke sekolah baruku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
One Same GoalWhere stories live. Discover now