Epilogue

277 38 40
                                    

Happy Reading
***

Kediaman Cho Rong saat ini sedang ramai. Puluhan kuli tinta sudah mengerumuni tempat tersebut. Belum lagi dengan para warga yang penasaran. Keadaan sungguh riuh.

Sambil dijaga ketat beberapa personel dari kepolisian, Kim Halabeoji ikut datang untuk memberitahukan lokasi dimana ia menyembunyikan jasad Eun Ji selama ini.

Para warga yang datang berbondong-bondong sibuk memberikan sumpah serapahnya pada kakek yang mereka kira baik hati dan suka menolong seperti malaikat, sambil melempari telur busuk ke arahnya.

"Kau laki-laki tua, harusnya kau mati saja! Kau tidak pantas hidup tenang!" teriak seorang wanita paruh baya berkaos longgar berwarna biru dengan rambut yang di cepol asal dan sisi kiri dan kanan keningnya ditempeli koyo.

Kim Halabeoji masih bungkam. Seperti terkena syok berat karena Ho Won yang waktu itu tiba-tiba datang menghantuinya.

Ranjang besar milik Cho Rong digeser, agar tidak menghalangi proses efakuasi. Sementara beberapa tim lainnya sibuk menggali lubang tersebut.

Proses berjalan begitu lama, karena lantai sudah dilapisi semen dan dibiarkan selama bertahun-tahun.

Dari kejauhan, Jang Halabeoji masih terus mengikuti proses tersebut dalam harap cemas. Ia akan melihat kembali sahabat yang sangat ia cintai itu. Berdiri membelakangi Kim Halabeoji yang masih tertunduk takut.

"Betonnya sudah berhasil dihancurkan! Cepat bawakan aku kantung mayat untuk mengumpulkan tulang belulang ini!" Seorang ahli forensik berhasil menemukan jasad Eun Ji yang sudah berubah menjadi bongkahan tulang belulang. Membuat hati Jang Halabeoji semakin ngilu.

Perlahan laki-laki tua itu mendekati makam tersebut. Mengelus tulang belulang itu pelan. "Eun Ji-ya, semoga kau tenang di sana."

***

Cho Rong sibuk merapikan ranjang Woo Hyun, saat laki-laki itu sedang berada di dalam kamar mandi.

Aktifitasnya terhenti ketika cermin terkutuk itu lagi-lagi muncul di hadapannya.

"Cho Rong-ah, kau-- eoh, cermin itu?" seru Woo Hyun terkejut sambil membenahi celana rumah sakitnya yang melingkar dipinggul.

Cho Rong menolehkan wajahnya ke belakang, sambil menggenggam cermin tersebut. "Sunbae--"

"Ya! Buang jauh-jauh cermin itu. Aku tidak mau kena sial lagi!" teriak Woo Hyun histeris. Melempar cermin tersebut ke atas ranjang.

Cho Rong hanya melemparkan senyumnya. Kembali meraih cermin itu. "Aku akan menyimpannya," ujarnya. Sambil memeluk cermin itu. "Ini cermin kesayangan Eun Ji. Aku baru tau saat Jang Halabeoji bercerita kalau cermin ini ditemukan bersama jasadnya Eun Ji tadi pagi. Sepertinya cermin ini ingin memberikan petuntuk pada kita kalau Eun Ji terkubur di sana."

Cerita Cho Rong membuat bulu kuduk Woo Hyun merinding. "Ya! Jangan main-main dengan hal seperti itu!"

"Sunbae, kau takut?" ledek Cho Rong gemas.

Woo Hyun terdiam sejenak. "Ani!"

"Cho Rong-ah." Ho Won tiba-tiba datang ke dalam kamar rawat Woo Hyun. Laki-laki itu tersenyum senang melihat Cho Rong dan tawanya.

"Ho Won-ah!" Cho Rong menghentikan candaannya dengan Woo Hyun, begitu atensinya menangkap keberadaan Ho Won. "Kau kemana saja?"

Ho Won masih menyunggingkan senyum terbaiknya. "Masalahku di bumi sudah selesai. Aku harus pergi," tuturnya.

"Pergi? Ke mana?"

Woo Hyun yang tau maksud dari perkataan Cho Rong segera menghampiri gadis itu. Merangkulkan tangannya di bahu Cho Rong. Menjaga gadis itu. "Semoga kau tenang di sana. Jangan khawatirkan Cho Rong. Ada aku yang menjaganya," ujarnya.

"Dia gadis yang baik. Jangan pernah membuatnya menangis." Ho Won menatap manik hitam Woo Hyun lekat, lalu berpindah ke manik hitam Cho Rong. "Berbahagialah kau di sini. Gomawo, geurigo saranghae."

Perlahan namun pasti, wujud Ho Won mulai memudar. Cho Rong mulai panik. Ia ingin mencegah agar hantu itu tidak pergi, namun Woo Hyun menahan pergerakannya sambil memeluk erat tubuh gadis itu.

"Andwae, Ho Won-ah! Andwae!" jeritnya kalap.

Seiring angin yang berhembus, Ho Won menghilang bersama rasa cinta yang ia berikan untuk Cho Rong.

"Jangan tinggalkan aku, jebal."

"Cho Rong-ah, aku akan selalu bersamamu. Kau tidak sendiri. Saranghae, Cho Rong-ah," ujar Woo Hyun lembut. Sambil mengecup kening gadis yang tengah terisak itu.

***

Pengadilan Negri Seoul
Pukul 11.21 KST

Keadaan ruang pengadilan saat ini terlihat ramai. Desas-desus mereka yang bekomentar terdengar hingar.

Kim Halabeoji duduk di kursi terdakwa bersama pengacaranya. Pasrah menerima putusan hakim yang saat ini tengah mengurut pangkal hidungnya.

Dua kasus lama yang tak terpecahkan itu akhirnya terungkap. Menjerat satu nama yang sadari awal memang tidak pernah dicurigai. Kim Halabeoji.

"Hakim memutuskan untuk memberikan hukuman gantung pada terdakwa atas pembunuhan pada korban Jung Eun Ji dan Lee Ho Won," ucap sang hakim keras, diikuti ketukan palu tiga kali, pertanda sahnya putusan itu.

Para saksi yang menyaksikan tersenyum cerah, menanggapi putusan hakim yang terdengar adil. Seorang pembunuh memang harus mati.

"Aku akan segera menemuimu, Eun Ji-ya." ucap Kim Halabeoji tenang. Lagi-lagi menyunggingkan senyumnya.

***

The End



Akhirnya dua kata itu muncul...
Gimana, guys, apa endingnya kurang dapet?
Mian... Aku sudah berusaha sebaik mungkin, and ini lah hasilnya.

Semoga tidak mengecewakan kalian, yeoreobun!!!

Aku mau ngucapin banyak2 terima kasih buat kalian para reader setia.
Makasih buat vote n comment-nya.
Semoga menghibur.

Sampai ketemu di FF selanjutnya, Yeoreobun!!!

Jangan lupa vote kedua calon FF ku, ya...

Salam,
Aurelia
29 November 2017

The Mirror (END)Where stories live. Discover now