Prologue

798 68 20
                                    


Daegu, Musim Panas 2002
15 Tahun yang lalu

“Bo Mi-ya, salajwo! Jebal!” Seorang gadis kecil berusia sekitar 7 tahun tengah menangis tersedu di dekat pohon besar di belakang pekarangan rumahnya.

Park Cho Rong. Gadis kecil itu. Terus saja menangis. Meminta pertolongan sepupunya, Yoon Bo Mi yang kini nampak bingung melihat Cho Rong yang bersikap seperti orang tidak waras.

“Cho Rong-ah, waegeurae?” tanya Bo Mi bingung. Gadis kecil itu mengernyitkan dahinya, sambil menatap polos sepupunya yang tengah menangis keras.

Cho Rong menyedot masuk cairan yang mengalir dari dalam hidunganya. “Dia selalu menggangguku. Aku takut,” ujarnya tersedu. Menunjuk ke arah belakangnya. Tepat di samping pohon besar tersebut.

Yak, kau sudah gila? Tidak ada siapa-siapa di sana!” teriak Bo Mi kesal, karena memang Bo Mi tidak melihat kehadiran siapapun selain mereka berdua di sana.

Cho Rong masih terus menangis. “Ahjussi itu mengerikan. Bo Mi-ya, tolong usir dia.” Cho Rong merangkak ke arah Bo Mi dengan lemas. Memegang kedua kaki Bo Mi erat. Ia benar-benar ketakutan.

Cho Rong bisa melihat mereka. Mereka yang nampak kasat mata bagi kita yang normal. Dia adalah salah satu anak yang diberkahi kekuatan lebih oleh Tuhan, untuk bisa melihat mereka yang tak nampak.

Sudah berminggu-minggu Cho Rong selalu seperti itu. Bersikap seperti orang yang kehilangan akal, karena merasa hidupnya terganggu oleh seorang pria paruh baya yang ia sebut ‘Ahjussi’.

Shin Ahjumma, bibi yang selama ini merawat Cho Rong bisa memahami hal tersebut, karena ibunya Cho Rong pernah menceritakan keanehan yang terjadi pada putri semata wayangnya.

Selama ini, Cho Rong bersikap biasa saja saat melihat mereka, namun, sesuatu yang Cho Rong panggil ‘Ahjussi’ itu mulai mengganggu kehidupannya, saat pertama kali mereka bertemu di dekat sungai dan Ahjussi itu selalu mengikutinya kemanapun Cho Rong pergi dengan wajah yang begitu mengerikan.

Bo Mi yang tidak mengerti apa-apa, segera membantu Cho Rong untuk berdiri. Ia lalu memeluk erat tubuh Cho Rong, sepupu yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. “Gwaencanha, Cho Rong-ah, Gwaencanha,” ujar Bo Mi lembut.

“Cho Rong-ah, waegeurae?” Shin Ahjumma datang menghampiri kedua bocah tersebut.

Eomma, Cho Rong mulai ketakutan lagi,” adu Bo Mi serius pada ibunya.

Raut wajah Shin Ahjumma mulai tidak enak. Batinnya terasa sakit, ketika melihat keponakannya bersikap seperti itu. Ia ingin mengutuk kakaknya, yang tak lain adalah ibu-nya Cho Rong. Karena wanita sialan itu sudah berani menelantarkan putrinya sendirian, lalu kabur begitu saja setelah bercerai dengan suaminya yang sering berselingkuh. Kehidupan keluarga Cho Rong memang jauh dari kata harmonis. Memaksa gadis kecil itu tinggal bersama bibi dan sepupunya.

***


TBC

Heyho!!!
As I told you before,
I'm coming back!!!
Dengan membawa cerita baru yang beberapa minggu kemarin sudah di adakan voting.
And, here it is.
The Mirror finally published.
Semoga kalian suka.
And, jangan lupa tinggalkan jejak kalian... ❤😘


P.S.
Selamat hari raya idul fitri.
Mohon maaf lahir dan batin. 🙏🙏🙏

The Mirror (END)Where stories live. Discover now