Fact

2K 282 3
                                    


Daniel mengayuh sepedanya dengan ringan. Udara musim semi memang yang terbaik. Ia tersenyum.

Ah, weekend dimusim semi memang yang terbaik.

Caffe tempat Jangmi bekerja sudah terlihat, ia hanya tinggal menyebrang dan bisa melihat mata yang sekarang mungkin menjadi favoritnya.

Membayangkan Jangmi berada dibalik meja kasir saja sudah membuat Daniel bersemangat. Ah, Jeon Jangmi.

Daniel harus menghentikan kayuhan pada sepedanya. Ia meraba dadanya.

"Lagi." gumamnya.

Aku hanya membayangkannya. Kenapa dadaku terus berdesir?

Belum selesai Daniel berurusan dengan dadanya. Ia sudah disuguhkan dengan pemandangan di depannya.

"Tetap saja tuan, anda harus bertanggung jawab! Anda tidak melihat anak ini terluka!" itu suara Jangmi.

Daniel melihat Jangmi dengan pria tua bersetelan rapi, disamping Jangmi bocah laki-laki duduk dan terus memegang lututnya dengan sepeda yang sudah tergeletak di samping mobil hitam.

Ada apa ini?

Daniel mulai mengayuh sepedanya menghampiri Jangmi

"Nona, tidak usah berlebihan! Bocah ini hanya lebam. Lihat!"

"Apa matamu tak berfungsi? Lihat dia berdarah!"

"Katakan saja berapa yang kalian mau."

"Apa?"

"Noona, aku tidak apa-apa. Sungguh."

"Lututmu berdarah, Woojin-ah."

"Kau dengar sendiri nona? Bocah ini saja mengaku tidak apa apa"

"Tetap saja kau harus bertanggung jawab. Kau yang menyenggolnya!"

Pria tua bersetelan rapi itu mengibaskan tangannya bosan. Ia merogoh jas nya dan mengeluarkan dompetnya.

"Kau mau uang kan? Katakan berapa! Maka urusan kita selesai!"

"Jeon Jangmi, ada apa ini?" Daniel datang menghampiri Jangmi.

Daniel bisa melihat kemarahan yang jelas dimata Jangmi. Wajahnya bahkan sampai memerah.

"Apa begini cara orang kaya menyelesaikan masalah? Simpan saja uang berharga mu tuan. Aku tidak butuh."

Pria dihadapannya berdecih tak suka.

Jangmi berlutut menghadap Woojin. Ia tersenyum dan menyeka air mata di ujung mata Woojin.

"Ayo Woojin-ah. Noona akan mengobatimu." ajaknya yang dibalas anggukan oleh Woojin.

Daniel belum bisa mengerti seperti apa situasinya. Karena itu ia hanya diam. Daniel bingung. Belum lagi melihat Jangmi yang begitu marah membuatnya sedikit takut.

Saat ia sudah mengerti situasinya. Daniel sudah melihat Jangmi dan bocah itu sudah masuk Caffe.

Daniel melirik pria tua bersetelan rapi itu sinis.

"Kau hanya mempermalukan dirimu sendiri dengan uang itu, tuan." ujar Daniel dan kembali mengayuh sepedanya menuju Caffe.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Daniel masuk kedalam Caffe, ia melihat Jangmi berlutut tengah mengobati bocah yang dipanggil Woojin itu di salah satu kursi. Daniel menghampiri dan duduk disamping Woojin.

"Noona" panggil Woojin

"......."
Jangmi begitu telaten membersihkan luka dilutut Woojin.

Tidak ada jawaban dari Jangmi dan itu semakin membuat Woojin khawatir. Mata Woojin sudah berair, bibirnya juga bergetar menahan tangis.

"Kenapa kau menangis, hm?" tanya Daniel pada Woojin.

Jangmi mendongak, menatap Woojin.

"Woojin-ah, kenapa menangis?" tanya Jangmi khawatir.

Pecahlah tangisan bocah 9 tahun itu.

"Tadi dia memanggilmu." jawab Daniel.

Jangmi mengerjap, "benarkah?"

Daniel mengangguk.

"Lee Woojin kenapa menangis?" tanya Jangmi, lagi.

"Apa noona sedang marah padaku?" tanya Woojin dengan suara yang terbata.

Daniel menepuk pundak Woojin lembut. Ia hanya mengamati interaksi antara Jangmi dan Woojin.

Jangmi menghela nafas panjang

"Kenapa tadi kau bilang tidak apa-apa? Padahal kau kesakitan, Woojin-ah" tanya Jangmi

Woojin menggeleng

"Mereka hanya akan menginjak mu jika kau terus bilang tidak apa-apa. Kau harus melawannya." ujar Jangmi.

Woojin menunduk.

"Apa orangkaya hanya menggunakan uang untuk menutupi kesalahan mereka? Cih! Setidaknya kejadian ini semakin membuatku yakin jika mereka tak pernah menggunakan hatinya. Hati mereka tertutup oleh uang." desis Jangmi

"Aku semakin membenci mereka." lanjutnya.

Ada satu orang yang harus tersentak karena Jangmi. Ya, itu Daniel.

"Apa?" tanya Daniel memastikan.

Jangmi menatap Daniel.




















"Aku benci orang kaya, Kang Daniel."

Daniel tertohok karena fakta baru Jeon Jangmi.













Lalu bagaimana denganku, Jeon Jangmi?








💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥
Apa atuh? Wkwk
Lee Woojin yaa bukan Park Woojin😂

Nb: Noona (dibaca; Nuna) itu panggilan laki-laki ke perempuan yang lebih tua, yaa:)

My Rich Boyfriend [Kang Daniel]Where stories live. Discover now