Obrolan tengah malam

2.1K 193 2
                                    

Anjing tetangga sebelah menggonggong lagi. Aku bangun dengan malas, membuka mata dan melihat sekeliling. Baru jam 2 pagi di alarmku. Aku baru tinggal di situ sekitar dua minggu dan selama itu pula tidurku tidak nyenyak, karena gonggongan atau lolongan anjing tetanggaku. Sebagai penghuni baru di wilayah itu, aku mencoba pasrah tapi lama-lama mengganggu juga.

Lelah dan kesal, aku bangun dari tempat tidur dan memakai piyama tidur. Ini harus berakhir malam ini juga. Aku bawa senter dan keyakinan bahwa aku benar, aku ke depan, buka pintu, dan teriak.

"Waahhhh!!", tetanggaku yang paruh baya berdiri depan pintu rumahku, tangannya bersiap memencet bel.

Kami bertatapan sebentar, sama-sama kaget dan sedikit malu, sebelum aku menyalakan lampu teras.

"Hai", katanya sambil bernada minta maaf, "Maaf mengagetkanmu, aku...aku tahu ini larut malam, tapi karena sudah sama-sama bangun..."

Sepertinya bukan aku saja yang tidak mau bertengkar, aku merasa lebih baik, karena berpikir dia orang yang bisa diajak berdiskusi, aku tersenyum ramah, meski terlihat lelah, dan bertanya, "Bapak kesini untuk bicara soal anjingnya?"

Pertanyaan yang langsung membuat dia tenang dan dia mengangguk, dia menjawab, "Sebagian tentang itu, anjing saya itu suka kaget tengah malam kalau melihat orang lalu lalang tengah malam dan aku juga penasaran, apakah anda sadar anakmu suka keluar tengah malam?"

"Maaf, bagaimana pak?", aku terbelalak.

Dia lalu bertingkah segan, dan berkata, "Bukan maksud saya bilang bapak orangtua yang buruk, saya juga sadar remaja itu bagaimana sikapnya, saya juga punya tiga anak remaja! Bukan urusan saya sebenarnya, tapi, anjing saya melihat dia lompat dari pagar, makanya menggonggong, mungkin bapak bisa bicara ke anaknya?"

Aku mulai bertanya, "Maaf pak, maksudnya?"

Dia bilang, "Iya, anakmu...", dia mulai segan saat aku menggeleng kepala.

Aku bilang, "Saya tidak punya anak pak.."

"Oh, mungkin suamimu?"

"Maaf, saya tidak mengerti maksud bapak, saya tinggal sendiri disini."

Matanya membelalak, "Tapi saya lihat dia dengan mata saya sendiri!"

Aku bilang, "Lihat siapa?"

"Orang yang suka keluar-masuk dari jendela rumahmu tiap malam!"

Aku berpikir, mungkin aku lebih bisa terima kalau dia meninjuku di perut. Aku mundur perlahan, lalu lari ke kamar cadangan yang sedikit terpisah dari rumah utama. Aku buka pintu, yang biasanya kukunci karena jarang masuk, dan aku merasa syok.

Tempat tidurnya, yang aku rapikan sekali dan tidak kusentuh lagi, berantakan, seperti ada yang bangun tiba-tiba dari situ dan bantalnya ada bekas ditiduri, dan depanku, jendela kamar itu terbuka.

Vote dan komentnya.

CreepypastaWhere stories live. Discover now