W♥T

2.6K 200 54
                                    

Tanya sedang di kantin bersama Anik, mendengarkan sahabatnya itu bercerita. Wafer duduk di sampingnya, memperhatikan mereka.

"Perasaan aku lagi nggak keruan Tanya," kata Anik sambil meminum jus tomatnya.

"Kenapa?"

"Aku bingung, beneran suka apa nggak sama dia. Tapi aku takut jatuh hati lagi. Takut kalau cuma aku yang jatuh cinta." Anik membuang napas.

Tanya menatap sahabatnya itu prihatin. Hubungan Anik dengan pacarnya, atau calon pacar, sedang naik-turun. Tanya juga ikut bingung dengan kisah cinta sahabatnya.

"Kamu sebenarnya pacaran nggak sih sama dia? Kemarin kamu ngaku dia itu pacar kamu."

Anik menggeleng, "Aku nggak tahu. Dia nggak ada nembak aku. Tapi kami udah kayak orang pacaran. Kalo aku yang nembak duluan ... nanti dikira apa? Aku takut ditampar oleh penolakan."

Tanya mendesah, "Susah juga ya jadi kamu,"

Anik mengangguk, menampilkan muka nelangsa.

"Bilangin sama teman kamu itu, kalau suka, ya bilang suka. Kalau dia takut ditolak, dia pengecut. Gimana kita mau tahu kalo kita nggak nyoba?" Wafer menyeletuk.

Tanya mendelik menatapnya.

Ngomong sih enak. Prakteknya susah.

"Ujungnya, aku hapus semua kontak dia." Ujar Anik. "Aku harus gimana, Tanya Beata?"

"Kalian sudah sedekat itu. Padahal nggak ada salahnya menunggu, siapa tahu kalian jodoh. Sabar ya, An. Jodoh mah nggak kemana." Tanya mengusap lengan atas sahabatnya.

"Iya juga...." Anik menepuk meja kantin pelan. "Aku kuat!" Katanya tersenyum.

Tanya ikut tersenyum.

"Terus kamu kapan punya pacar?"

Pacarnya di sini, woy!

"Kita fokus sekolah aja, An." Ajak Tanya,  terkekeh canggung.

                         ★★★★

"Hah,, malas banget masuk kelasnya Bu Berta." Tanya duduk di bangkunya dengan malas-malasan.

"Aku gantiin mau?"

"Emang kamu ingat pelajaran sekolah? Jati diri aja nggak ingat."

Wafer merengut.

Tanya tuh pacaran nggak pacaran, ngomongnya masih sinis. Nggak manis, nggak romantis.

"Kan tinggal mahamin buku pelajarannya. Palingan guru galak kamu itu, yang galaknya sama kayak kamu, cuman nerangin aja kayak sebelum-sebelumnya."

"Kalau tiba-tiba ulangan?"

"Palingan kamu dapat nilai jelek, hehe."

"Mendingan nggak usah,"

"Yakin? Kalau kamu mau, aku bisa masuk ke tubuh kamu sekarang."

"Yakin."

"Benar-benar yakin?"

"Iya."

"Serius? Boleh berubah pikiran, kok."

"Serius."

"Really?"

"Tsh! Iya Waferkuuu, Seriusss." Tanya setengah berteriak. Lalu dengan cepat menutup mulutnya dan memerhatikan sekitar. Fiuh! Untung saja tidak ada satu pun orang di kelas. Kalau nggak ... Tanya beneran dianggap gila. Lagian salah Tanya juga pacaran dengan hantu yang tidak kelihatan.

"Iya Waferkuuu." Wafer mengulang apa yang dikatakan Tanya. Ia mengulum senyum. "Mendadak jantung aku kayak lampu di dada Ultraman, kerlap-kerlip."

Tanya tergelak mendengarnya, "emang hantu masih punya jantung?"

"Di ada-adain aja, biar aku senang. Kamu juga senangkan?"

Mimpi apa punya pacar hantu, begini pula bentuknya.

"Nggak dijawab. kamu tuh, coba ya, kalau punya sifat galak diimbangi sama sisi romantis. Kayak aku."

"Romantis apa nya? Yang ada kamu itu ngeselin." Nah, Tanya keceplosan.

Wafer berdecak, "Aku itu kayak Casper. Hantu baik dan menggemaskan. Apa kamu perlu bukti kalau aku ini romantis?" Katanya serius.

"Apa buktinya?"

"Apa ya?" Wafer memejamkan mata, seolah berpikir. "Oh, aku bisa ambilin kamu bunga dari kebun Keukenhof yang ada di Belanda."

Tanya mati-matian menahan tawanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanya mati-matian menahan tawanya. Wafer benar-benar melawak. Gimana caranya bisa ke Belanda coba?

"Jauh amat ke Belanda. Di Medan juga ada kebun bunga, nggak kalah cantik kok."

"Kamu nggak percaya sama aku?"

"Nggak."

"Cih, sama pacar sendiri aja nggak percaya." Wafer bersedekap, berbalik memunggungi Tanya.

Mulai lagi deh.

"Aku bukannya nggak percaya. Kamu ke Belanda nya kayak mana? Menghilang kayak jin gitu?"

Wafer diam. Tanya memencet-mencet lengan atas Wafer dengan jari telunjuknya,  meminta jawaban.

Akhirnya Wafer berbalik, "Tanyakuu, aku kan nggak bisa dilihat orang, jadi kalau aku naik pesawat, gampang aja."

"Oh, kamu naik pesawat juga. Trus cara kamu ngambil bunganya gimana? Kamu kan nggak bisa nyentuh apa-apa... minus aku sih."

"Ya, aku minta tolong hantu bule di sana lah."

Haha, makin nggak jelas ini si Wafer.

"Emang bisa bahasa sana?" Meskipun percakapan mereka makin absurd, Tanya tetap saja meladeni Wafer. Biar pacar hantunya itu senang.

"Bisa!" Wafer menepuk dadanya bangga. "Ik hou van jou." kata Wafer lagi, terbata.

"Artinya apa tuh?"

"Aku cinta kamu."

Tanya tersipu mendengarnya. Tapi dengan cepat dia mengubah raut wajahnya seperti biasa saja.

"Tuh bisa bahasa Belanda. Kamu sudah ingat? Jangan-jangan sebelum mati, kamu itu kebanggaan sekolah." Asumsi Tanya.

Wafer menggeleng. "Tadi itu nggak sengaja baca itu di koran."

Hah,, koran mana yang memuat bahasa Belanda? Koran tempo doeloe? Wafer, oh, Wafer.

"Pokoknya, aku akan buktiin ke kamu. Tunggu aku, ya. Kamu jangan kangen selama aku pergi. Nanti kangennya nular ke aku."

                              ♥♥♥♥

Wafer sampai mau ke Belanda buat buktiin sisi romantisnya. Padahal bunga liar di jalan juga banyak kok. Apa nanti dia metik bunga liar? 😂 ntahlah..

sebaper apa malam minggu kalian setelah baca ini 👻














The Sweet GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang