Tanya (kenangan)

2.2K 156 59
                                    

Beberapa bulan berlalu...

"Tahu nggak cara makan wafer yang enak dan benar?" Wafer tersenyum jahil pada Tanya. "Gini, gigit ujungnya, gigit bawahnya, terus dicelupin."

"Gigit semuanya, udah, selesai." Tanya melahap semua potongan wafer di tangannya.

"Tjieee, yang mau gigit aku."

"Wafernya, ya."

"Aku Wafer."

"Wafer yang aku makan tadi."

"Emang tadi kamu makan wafer?"

"Tauk ah..."

Wafer tertawa. Tanya ikut tertawa. sebelah tangan Tanya bergerak ingin menyentuh tubuh Wafer. Tapi tubuh itu memburam lalu menghilang.

Tanya tersenyum sedih. Ia tidak menangis. Tidak pernah lagi menangis sejak hari itu. Hari dimana ia menangis hebat. Hari kematian Wafer.

Sudah berapa bulan ya, Wafer? Tanya tidak pernah menghitungnya. Yang ia tahu, Wafer selalu ada di sisinya. Selalu ada dalam benaknya.

Mata Tanya beralih pada kertas di meja. Kertas yang sudah lusuh oleh jejak air mata. Kertas berisi tulisan tangan Wafer yang selalu ia baca tanpa alfa.

Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, selamat tahun baru, selamat ulang tahun, selamat untuk hari-hari yang terus menghiasi senyummu. Aku ucapin lengkap biar nggak ada yang ketinggalan. :D aku takut kalau aku kehabisan waktu, Tanya. Saat kamu baca ini, aku mau kamu bacanya sambil senyum. Nggak boleh sambil nangis atau aku nanti gentayangan lagi.

Tanya....

Bertemu denganmu adalah cara Tuhan menghidupkanku kembali.

Aku bersyukur untuk itu biar pun waktu yang diberikan Tuhan sangat sempit. Aku bahagia bisa lihat Bunda dan Ange lagi. Aku bahagia lihat Xiao sehat. Aku bahagia bisa kencan terakhir sama kamu. Iya. Di kedai es krim itu. Aku nggak peduli waktu itu kamu nggak ingat aku, yang penting kita bisa kencan berdua. Aku dalam wujud manusia. Aku egois, ya?

Kamu jangan sedih lagi. Kamu harus senyum terus. Kenapa aku selalu ulang-ulang kalimat itu, karena aku akan sedih lihat kamu sedih. Orji juga sedih. Mama kamu juga sedih. Mama kamu sayang sama kamu, Tanya. Dia nggak pilih kasih, kok. Oke, aku ngaku, waktu aku masuk ke tubuh kamu, aku lihat mama kamu nangis sambil minta maaf ke kamu. Mulai sekarang kamu harus lebih perhatiin mama kamu, ya. kamu juga bisa tolak keinginan papa kamu kalau kamu nggak suka itu. Jalani hidupmu semau kamu Tanya. Jangan menipu diri sendiri terus. Aku sudah minta Xiao untuk jagain kamu.

Kayaknya aku kebanyakan ceramahin kamu, ya? :D

Aku sayang kamu Tanya. Sayang kamu selamanya. Kalau kamu kangen aku, makan aja wafer yang banyak. Tapi jangan kebanyakan nanti kamu diabetes. Kalau kamu diabetes nanti kamu gendut. Kalau kamu gendut nanti nggak ada yang mau sama kamu. Aku suka sih itu. Tapi aku nggak mau liat kamu menyendiri selamanya. Kalau kamu nanti nyari pengganti aku, cari yang kayak aku. Cari biskuit, roti, coklat, eh...

Selalu bahagia ya, Tanyakuuu. Ik hou van jou. Aku mencintaimu.

Tanya mendongak agar tidak menangis. Ia tidak mau Wafer sedih di sana. Penyesalan terakhirnya adalah saat kejadian sebelum Wafer pergi. Kenapa ia tak bisa mengingat semuanya? Kenapa setelah Wafer tiada baru ia bisa mengingat kenangan itu?

Tanya menangkupkan telapak tangan ke wajah. Jarinya diam-diam menghapus air mata yang terjatuh.

Aku bahagia kok, Wafer. Aku nggak nangis. Ini tadi cuman keringat yang jatuh. Iya, keringat. Di sini panas. cuaca sedang panas hari ini, padahal aku udah pesan es krim coklat dengan banyak wafer dua porsi. Tapi masih aja panas.

Xiao berkacak pinggang berdiri di depan Tanya. Dicari kemana-mana ternyata Tanya di kedai ini. Xiao senang bisa menemukan Tanya. Tapi juga sedih melihat Tanya dalam keadaan seperti ini. Gadis itu hidup tapi seperti berlari dari kematian. Sejak Wafer tiada, Tanya selalu menyempatkan mampir ke kedai es krim ini. Memesan es krim dan berkhayal berbicara dengan Wafer. Ada beban penyesalan di hati Xiao karena hari itu ia tidak ikut menemani Wafer menemui Tanya. Kenapa pula Wafer tidak jadi hantu lagi? Xiao tidak mau  itu terjadi karena hidup hantu tidak pasti. Luntang-lantung dan tidak memijak bumi. Tapi kalau liat Tanya sedih gini, Xiao tak tega.

Takdir memang tidak bisa dihindari. Tanya mengingat semuanya setelah Wafer pergi. Mungkin kekuatan Paman Malaikat ikut pergi.

Xiao mengatur ekspresi wajahnya. Ia tidak ingin Tanya menilainya mengasihi gadis itu.

"Tanya, kita jadi ke makam lagi kan?"

Tanya mengusap wajahnya. Ia tahu itu Xiao. Tanya mengangguk lemah, lalu tersenyum sumringah.

"Hari ini bawa bunga apa ya, Xiao?"

"Aduh jangan tanya aku soal bunga, Tanya. Aku nggak tahu apa pun."

"Kamu kan dekat sama Kak Orji dan Wafer. Masa nggak tahu."

"Kalau Wafer pastilah tulip. Kalau Orji mana aku tahu. Orji selalu galak sama aku. Lihat dia main sama bunga aja nggak pernah."

"Kak Orji mainnya sama kura-kura kali, ya?"

"Bukan! Dia olang mainnya sama kelelawar hitam."

"Malah bahas hewan peliharaan Kak Orji kita, haha."

"Kan lu olang duluan yang mulai."

"Mulai deh keluar logat Cina nya."

"Ha ha ha..."

"Di sana Kak Orji sama Wafer lagi ngapain ya, Xiao?

"Berantem?"

"Atau main petak umpet?"

"Nunggu kiriman bunga dari kita?"

"Nunggu doa, Xiao!"

"Iya, iya. Kamu doa nya jangan kelamaan kayak kemarin, ya?!"

"Hehe—"

Keduanya terus saja bercerita diselingi dengan guncangan tawa. Setidaknya mereka mencoba untuk selalu bahagia agar tidak mengecewakan orang yang mereka sayangi di sana.

Wafer dan Orji tidak ada di sini, Tapi Tanya dan Xiao tahu, mereka melihat dari jauh. Saat ditempat ramai seperti ini, atau saat sendirian, dimana pun kamu, dia selalu ada menemanimu. Mereka yang telah pergi akan selalu bersemayam di hati.

*****

#selesai#




The Sweet GhostWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu