22. Menanti Miracle

Depuis le début
                                    

“Akhirnya misiku selesai,” ucap Salsa penuh kelegaan. “AKHIRNYA MISIKU SELESAI,” teriaknya lagi penuh antusias.

Seruan nyaring itu membuat Galen terdiam. Senyum ceria Salsa kali ini justru membuat Galen ketakutan setengah mati. Apakah Salsa akan menjauh darinya setelah pernyataannya ini? Apakah ia terlalu cepat mengungkapkan perasaannya? Apa hanya misi yang dipikirkan Salsa selama mendekatinya?

Tangan Galen melemah hingga terlepas dari bahu Salsa. Ia mundur beberapa langkah menjauh dari gadis yang disukainya. Salsa. Senyuman di wajah itu entah mengapa terlihat seperti senyum mengejek. Ditambah kata-kata Salsa berikutnya yang sama sekali tidak pernah dibayangkannya.

“Makasih udah bilang suka sama aku, Kak. Dengan begitu, misiku selesai. Aku udah nggak perlu deketin Kakak lagi.”

Salsa tertawa, Arnan tertawa, begitu pula teman-temannya yang masih ada di ruang kelasnya. Lalu, ia melihat Arnan menggandeng tangan Salsa dan membawanya pergi jauh.

Galen tak kuasa mengejar mereka. Suara tawa dan cibiran pedas orang-orang di sekitarnya yang menyaksikan kejadian tragis barusan menggema di telinganya. Semakin lama semakin nyaring hingga nyaris membuat kepala Galen mau pecah rasanya.

Galen menjauh, namun anehnya, suara berisik itu justru terasa semakin dekat dan semakin keras. Lama-lama suaranya terdengar seperti musik yang sangat dikenalinya.

Galen membuka lebar matanya ketika mendengar lagu “That's What I Like” milik Bruno Mars yang digunakannya sebagai ringtone ponselnya mencapai puncak.

Tangan Galen bergerak menggapai ponselnya di atas nakas. Dengan mata yang masih setengah terpejam, diliriknya sederet nomor tidak dikenal yang tertera di sana.

Galen menempelkan ponsel ke telinganya setelah menggeser tombol jawab. “Halo?”

“Morning, Fiance,” seru seseorang di seberang sana dengan nada manja khasnya.

Dengan mudah, Galen dapat menebak bahwa suara yang tidak ingin didengarnya itu berasal dari Cherry. Ini masih terlalu pagi untuk membuat Galen kehilangan mood-nya.

Ah, Galen hampir lupa. Biar bagaimana pun, ia harus berterimakasih pada Cherry karena telah membangunkannya dari mimpi buruk.

***

Salsa tampak sangat riang pagi ini. Mimpinya semalam cukup meyakinkan dirinya bahwa sebentar lagi ia akan dipertemukan dengan sosok di balik Miracle-nya.

Dan Salsa merasa beruntung karena rupanya ia tidak terlambat sampai sekolah. Ia masih punya waktu untuk mengantar susu coklat ke kelas Galen, seperti biasa. Kali ini ia yakin, Galen tidak akan menolak pemberiannya, walau sudah dipastikan cowok itu akan mengawali dan mengakhirinya dengan kata-kata pedas.

Anggap saja itu cara Galen menunjukkan rasa sayangnya. Begitu, kan, kata Miracle semalam?

Dengan senyum cerah di wajahnya, Salsa melangkah ke luar kelas setelah menaruh tasnya di atas meja. Mulutnya bersenandung riang menyanyikan lagu “Dari Mata” yang pernah dinyanyikannya di kantin beberapa waktu lalu.

Namun, keriangan itu rupanya tidak bertahan lama. Senyum Salsa mendadak sirna bersamaan dengan suaranya yang hilang entah ke mana. Pemandangan di depannya seketika membuat pikiran positif yang tertanam di kepalanya sejak semalam seolah sirna begitu saja.

Salsa jadi ragu kembali untuk meyakini bahwa Galen menyukainya. Nyatanya, saat ini Salsa melihat cowok itu sedang berjalan bersisian dengan Cherry dari arah gerbang. Keduanya masih membawa tas masing-masing. Sudah dipastikan. Mereka berangkat bareng.

My Ice Boy [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant