16. Polling

512K 42.9K 6.2K
                                    


"Lama-lama capek ngodein kamu."

____________________________________

“GILS!”

Nadin tak kuasa menahan seruan hebohnya ketika melihat 2 orang yang diketahuinya sebagai pengurus mading, sedang menempelkan pengumuman di mading itu.

Selembar poster berukuran A4 itu sukses menarik perhatian orang-orang yang lewat.

“Mimpi apa Salsa semalam sampe direbutin dua cogan sekolah?”

Itu komentar dari teman seangkatan Salsa.

“Serius kak Galen calonin diri buat jadi Pangeran di drama itu?”

“Emangnya bisa? Dia kan, nggak pernah senyum.”

“Jadi penasaran.”

“Ikutan polling, yuk.”

Siswa siswi yang memadati mading langsung mengeluarkan ponsel masing-masing untuk mengikuti polling yang diadakan panitia.

Sementara itu, Nadin yang sudah membaca jelas pengumuman di mading segera melaju menuju kelasnya untuk menginterogasi Salsa yang sama sekali tidak memberitahunya tentang hal ini.

Suasana di sekitar mading masih sangat padat. Dan tentu saja hal ini menarik perhatian Regina yang kebetulan lewat. Ia mendorong satu per satu orang yang menghalangi jalannya untuk bisa melihat mading dengan leluasa.

“Ada apa, nih, rame bener?” tanya Gina pada Amir, yang ia lihat sedang mengunci mading.

“Gin, lihat, Gin!” seru Hana, satu-satunya teman yang selalu bersama Gina. Ia menunjuk kaca mading.

Gina langsung merapat. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika melihat sebuah nama yang tercetak besar-besar di sana. Galen Bagaskara. Cowok yang diakui sebagai pacarnya itu rupanya adalah salah satu kandidat pemeran Pangeran dalam drama pensi bulan depan.

“Galen kok nggak pernah cerita?” gumam Gina.

“Gin, baca yang jadi Putri Saljunya.”

Gina mengikuti jari telunjuk Hana yang mengarah pada sebuah nama yang dibencinya. Salsa Anastasya.

“Kok bisa?” Gina tidak sudi menerima ini begitu saja. Ia kemudian menuding Amir yang hendak pergi dari sana setelah melaksanakan tugasnya. “Kenapa bisa cewek kampungan itu yang jadi Putri Salju? Kalian dibayar berapa sama dia?”

Amir membuang napas dengan keras. “Otak lo isinya negatif melulu, ya?” Ia berdecak sekali, kemudian melanjutkan ucapannya. “Arnan yang rekomen Salsa buat peranin Putri Salju. Teman-teman panitia lain juga udah setuju, kok. Salsa emang cocok buat peran itu.”

“Jangan ada nepotisme di OSIS, dong. Gue nggak setuju dia jadi Putri Salju.” Gina masih tidak terima. “Cocokan gue ke mana-mana kali. Gue udah sering ikut casting sana sini. Bakat akting gue udah kelihatan banget,” katanya menyombongkan diri.

“Kebanyakan casting, ada yang nyangkut nggak?” sindir Mekar—asisten publikasi, di sebelah Amir.

“Banyak. Cuma gue masih milih-milih yang cocok aja sampai sekarang,” balas Gina sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

Mekar sudah membuang muka. Ia tidak pernah tahan dengan sikap sombong Gina sejak dulu, sejak mereka selalu sekelas dari kelas 7 SMP.

“Pokoknya gue mau calonin diri jadi Putri Salju. Adain polling sekalian biar adil kayak milih Pangeran!” Gina tetap bersikeras. “Atau kalo nggak, gue bakal lapor ke kepala sekolah karena kalian, OSIS, main cara nepotisme di sekolah!” ancamnya kemudian.

My Ice Boy [Completed]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon