4. Muka Tembok

567K 50.5K 2.9K
                                    


Salsa sudah berdiri di koridor utama sekolah pagi-pagi sekali sambil tersenyum semanis mungkin. Tiap kali senyumnya menciut, Nadin dan Fira langsung berteriak hingga mau tak mau Salsa kembali memaksakan senyumannya.

“Lagi jadi patung selamat datang ya, Sal?” tanya salah seorang teman sekelas Salsa yang baru saja hendak melewatinya.

Salsa langsung melotot, memperingati cowok berkumis tipis itu untuk diam saja.

“SALSA SENYUMNYA MANAAA?”

Salsa reflek tersenyum begitu mendengar teriakan nyaring Fira di belakangnya. Tepat saat itu pula matanya menangkap sosok yang ditunggunya sejak tadi. Sedang berjalan mendekat dari arah parkiran menuju koridor utama.

“Pertama, lo harus kasih senyuman pagi lo ke kak Galen. Biar dia selalu kebayang sama lo sepanjang pelajaran. Pokoknya kasih senyuman lo yang paling manis.”

Trik macam apa itu? Salsa ingin sekali membantah ucapan Nadin semalam. Namun sahabatnya itu malah mendesaknya untuk bertingkah bodoh pagi ini. Kata Nadin, “Coba dulu nggak ada salahnya. Dari pada lo diem aja! Kak Galen mana bisa kepincut sama lo?”

Gigi Salsa sudah hampir kering karena tersenyum sejak tadi. Ia semakin memperlebar senyumnya ketika Galen hampir mendekat. Namun sialnya, lagi-lagi cowok itu hanya berjalan cuek, melewatinya begitu saja. Bahkan Galen sama sekali tidak meliriknya. Seolah Salsa tidak ada di sana.

Tidak menyerah, Salsa mengimbangi langkah Galen menyusuri koridor.

“Yang kedua, kasih dia ucapan selamat pagi.”

Morning Kak Galen,” sapa Salsa masih melemparkan senyum manisnya.

Namun, lagi-lagi Galen seolah bisu. Ia tampak tidak tertarik pada Salsa yang sejak tadi berusaha keras menarik perhatiannya. Langkah-langkahnya justru semakin cepat hingga membuat Salsa mulai kewalahan untuk mengimbangi.

Kan, apa kata gue? Tuh cowok emang sombongnya setengah mampus! Mulutnya rapet banget kayak habis nelen lem tikus!

Salsa melirik Nadin dan Fira yang berada cukup jauh dari posisinya. Dua sahabatnya itu kompak mengacungkan 3 jarinya, mengingatkan Salsa untuk menjalankan trik yang ketiga.

Salsa berdecak pelan, kemudian kembali berusaha menyusul Galen. Ia memberanikan diri menghadang langkah Galen tepat di depan kelas cowok itu.

“Ketiga, ajak kenalan. Ingat, sapaannya harus aku-kakak.”

“Namaku Salsa Anastasya, kelas XI IPS 1.” Salsa mengulurkan tangannya. Senyumnya masih ia tugaskan untuk memainkan perannya.

Galen menatapnya datar. Sementara Salsa berusaha keras untuk tidak mulai menghitung waktu. Namun sialnya, doktrin dari Fira masih bekerja di otaknya. Kepalanya secara reflek langsung menghitung detik yang berjalan tepat ketika sorot mata tajam itu menusuk ke dalam matanya.

“Lo masih belum ngaca?” Nada suara Galen terdengar menyindir. “Gue nggak minat kenalan sama lo!” Ia langsung bergeser untuk mengambil jalan yang tidak dihalangi Salsa, namun Salsa kembali menghalaunya.

Kepala Salsa sudah berasap karena kata-kata penolakan Galen. Namun, ia masih berusaha untuk tetap tersenyum, walau senyumnya sangat jauh dari kesan alami.

Sabar, Sal. Cobain dulu trik yang keempat!

Salsa mengulurkan sebuah susu coklat kemasan kotak yang dibawanya sejak tadi ke arah Galen. “Aku beliin ini buat Kakak. Diminum ya. Biar makin semangat belajarnya.”

Salsa tahu, Galen tak kalah kesal darinya saat ini. Ia dapat dengan jelas melihat dari sorot mata Galen yang seolah ingin menelannya hidup-hidup. Namun Salsa tidak punya pilihan lain. Sungguh! Kalau saja semua ini tidak berhubungan dengan miracle-nya, tentu Salsa tidak pernah mau berurusan dengan cowok angkuh seperti Galen.

My Ice Boy [Completed]Where stories live. Discover now