Chapter 23

1K 78 21
                                    

Maafkan akuuuuuu T_T

Aku tahu aku salah. Tahuuuuu banget. Tapi seriusan aku lama banget ga berkutat dengan wattpad lagi dan sekarang lebih sering translate jurnal jurnal ilmiah yang memusingkan tapi menghasilkan uang ehhh hehe

Tapi lebih baik baik terlambat daripada tidak kan?

Oh ya ini chapter terakhir dari Only You. Yay *soraksorai* jadi kuselesein biar ga ada tanggungan (padahal si cerita lain masing banyak yang nanggung huhu)

Warning part ini puanjang sekali geng. Lebih dari 9000 kata. Dan masih belum kuedit hehe fresh from the oven nih. Jadi kalau misal nemu ada typo atau kalimatnya aneh boleh dikomen ya biar nanti kubetulin.

Sekali lagi maaf banget pasti udah pada lupa bahkan remove dari library ya huhu

Yasudah deh

Happy reading!



"Kau adalah orang. Paling. Bodong. Yang. Aku. Temui."

Dara mencibir ketika Bom mengucapkan setiap katanya dengan tekanan. Bom duduk di pinggiran tempat tidur sambil melihat Dara mengemasi barang-barang kecil yang dibawanya, dengan kopernya terbuka dan Dara melipat setiap baju dengan hati-hari. Bom baru saja kembali dari mengunjungi mertuanya pagi tadi dan langsung menuju kamar Dara sesegera ia keluar dari mobil. Dia langsung menjadi orang yang suka mengomel segera setelah melihat Dara mulai mengemasi kopernya, mengatai Dara betapa bodohnya dia, apa yang dipikirkannya sampai melakukan hal itu, bahkan jika dia sudah memikirkannya dengan hati-hati dan menyadari apa yang dia lepaskan. Hampir satu tahun dan Bom duduk di kasur merasa lelah sedangkan Dara membiarkan Bom mengatainya dengan ekspresi wajah terhibur.

Dara akan sangat merindukan teman baikknya ini ketika nanti ia di New York. Meskipun Bom sudah berjanji untuk mengunjunginya setiap kali ada kesempatan, Dara tahu semuanya tidak akan sama. Khususnya ketika mereka tidak lagi berbicara sama sekali selama 3 sampai 4 tahun karena kelakuan Dara yang seperti iblis.

"Aku sudah tahu," respon Dara. "Kau sudah memberitahukan hal itu bahkan sejak kita anak-anak."

Bom memutar kedua matanya. "Mengapa sangat tiba-tiba? Kupikir kau akan pindah ke New York paling tidak 5 bulan dari sekarang atau apalah. Mengapa kau sangat buru-buru?"

Dara berhenti sejenak dari kegiatannya melipat celananya kemudian ia mengendikkan bahunya. "Aku tidak melihat pentingnya tinggal di sini."

Bom merasa gusar. "Oh tolonglah. Kau benar-benar berpikir kalau aku akan mempercayainya? Itu tentang Donghae, 'kan?"

Dara meneruskan mengemasi barang-barangnya. Setelah menghabiskan paling tidak satu jam penuh menangis di kamar hotel ibunya semalam, Dara berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah menangis lagi. Khususnya di depan orangtuanya. Khususnya ayahnya. Tuhan, semalam itu sangat memalukan.

Ayahnya mulai tahu rumitnya kehidupan cinta Dara dan ayahnya bahkan mengancam untuk menemui Donghae dan menyeretnya ke sana jadi mereka bisa membicarakan, masalah sialan itu, karena ayahnya hampir melakukannya. Hal itu menghentikan tangisan Dara dan ia harus menurunkan kakinya dari ranjang, benar-benar menggenggam kemeja ayahnya dari belakang agar tidak melangkah keluar dari pintu dan menerobos masuk ke rumah Donghae. Ayahnya tak bisa mengerti mengapa Dara melakukan ini. Dara mulai berpikir kalau dia juga tidak memahaminya, setelah memberitahu ayahnya hampir 5 kali malam itu. Dara menjadi sangat bingung sekarang, dia merasa seakan ingin menjambak rambutnya dan mengeluarkan otaknya. Berbicara mengenai ketidakwarasan.

Sebelum Dara mengetahuinya, dia sudah berdebat dengan ayahnya kalau ayahnya itu membuatnya bingung dan ayahnya harus membiarkan semuanya. Bahwa Dara cukup dewasa untuk mengambil keputusan dan tahu apa yang baik untuknya. Ayahnya membantah hal itu, bahwa jika hal ini baik untuk Dara, lalu kenapa dia sangat menyedihkan.

Only You (Indonesian Translation) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang