Chapter 10. Unpopularity

26 2 0
                                    

Motor ninja Bayu terparkir sembarangan di parkiran rumah sakit. Dia tidak peduli dengan motornya, Lula lah yang sedang ada di pikirannya sekarang. Ia berlari di koridor rumah sakit. Dirinya menjadi pusat perhatian para pasien serta pengunjung disana. Saat tiba di pintu ruangan UGD, Mama Lula sedang menangis di ruang tunggu. Terlihat raut wajah yang begitu khawatir. Papa Lula tidak bisa diam, ia terus berjalan mondar - mandir kesana kemari. Bayu menghampiri Papa Lula dan menyentuh pelan bahunya.

" Gimana om keadaannya Lula? Baik - baik aja, kan!?" Papa Lula hanya bisa menggelengkan kepalanya bertanda bahwa ia sendiri tidak tahu pasti keadaan putrinya. Bayu pun memeluknya untuk memberikan semangat dan ketabahan. Bayu juga mencoba menghibur Mama Lula yang terlihat lebih khawatir.

" Tante takut Bayu, tante gamau kehilangan anak tante. Lula itu anak gadis tante satu - satunya. Tante takut Bayu, terus tante harus apa sekarang? Abang Leon juga belum angkat telepon dari tante. Takutnya kalo dia tahu adiknya kecelakaan nanti dia shock terus... " Bayu hanya bisa mengusap pelan bahu Mama Lula. Ia merasa sangat bersalah pada Lula. Dia sangat yakin jika dirinya yang sudah membuat Lula banyak pikiran akhir - akhir ini. Bayu sadar ia begitu keras dengan Lula. Tapi, ia juga tidak bisa menyalahkan Sefha.

" Tante sama om gausah khawatir. Aku yakin Lula pasti baik - baik aja." Bayu pun berdiri dari duduknya. Seketika tangannya ditahan oleh tangan Mama Lula.

" Apa kamu janji kalo Lula bisa sehat nanti, kamu gak akan kecewain dia lagi?" Bayu terkejut mendengar hal itu. Lula pasti bercerita dengan Mamanya. Bayu pun menarik napas panjang lalu mengangguk mantap. Ia sendiri juga tidak tahu dengan anggukan kepalanya sendiri. Papa dan Mama Lula tersenyum senang mendengar jawaban Bayu.

Tak lama kemudian, beberapa perawat keluar beserta dengan dokter yang menangani Lula. Dokter itu melepas perlahan masker miliknya lalu menarik nafas panjang sebelum berbicara. Kami semua disini tidak sabar menunggu informasi tentang Lula.

" Bagaimana kondisi anak saya, dok!?" Papa Lula terlihat begitu khawatir dengan kondisi putrinya. Mama Lula tidak bisa berkata apapun sekarang. Ia masih membayangkan peristiwa yang menimpa putrinya.

"Putri Bapak itu mengalami retak tulang pada kakinya. Kami dengan cepat langsung memasang gips untuknya. Jadi, sementara ini kaki anak Bapak mengalami lumpuh untuk sementara waktu. Sedangkan anggota tubuh lainnya baik - baik saja, Pak." Mama Lula nyaris saja pingsan mendengar tutur kata dari dokter. Bayu perlahan menuntunnya untuk kembali duduk. Papa Lula segera memeluk istrinya begitu erat.

" Apa Lula harus memakai kursi roda, dok?" Dokter itu pun mengangguk perlahan. Papa Lula beranjak dari duduknya dan menghampiri dokter itu.

" Anak saya udah bisa dijenguk sekarang kan, dok!?"

" Untuk saat ini, belum bisa, Pak. Anak bapak harus istirahat dulu sekarang."

" Anak saya bisa pulih lagi kan, dok?" Mama Lula seketika beranjak dari duduknya. Ia terlihat penasaran sekaligus khawatir dengan kondisi Lula.

" Butuh waktu lama, Bu untuk penyembuhan kaki. Tapi, tidak perlu khawatir karena Lula masih remaja jadi, ada kemungkinan besar ia bisa pulih kembali." Dokter itu pun memberi salam pada kami dan pergi karena ada pasien darurat lainnya.

---

Sefha sengaja ingin menemui Bayu di jam istirahat pertama, tapi ia tak melihat Bayu hari ini. Bayu kemaren masuk sekolah terus sehat - sehat aja, tapi kok hari ini gak ada? Apa iya, dia sakit terus jadinya gak masuk? Gumam Sefha dalam hati penasaran. Ia memutuskan untuk pergi ke kantin, karena menurutnya Bayu juga sering pergi ke kantin bersama teman - temannya yang lain. Saat Sefha ingin masuk ke kantin, Meela menarik tangannya, memberi tanda untuk menjauh dari kantin. Saat mereka sudah merasa jauh dari kantin, Sefha menarik paksa tangannya dengan menggerutu.

UnpopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang