The Reached Number

407 43 3
                                    

Cerita ini hanya fiksi belaka, dan murni buatan saya. Jangan disama-samakan dengan cerita/game lain.

†  †  †

Sudah pagi, para monster sudah mulai bermunculan. Sementara lahan itu makin terlihat menyeramkan saja. Kalau bukan karena tugu pembatas di sekitar rumah itu, sudah pasti Pierre dan Rahsya tidak setenang itu menikmati pemandangan yang tak pantas untuk dinikmati.

"Ba-Bagaimana kabar dapurnya? "

Rahsya meneguk ludahnya, bagaimana bisa mulutnya sefrontal itu bicara. Bodoh!

"Coba tanya sendiri." , jawab Pierre dengan nada tak menunjukkan kemarahan. Tapi itu justru semakin harus dipertanyakan.

Sebenarnya ini tidak ada hubungannya dengan dapur semalam, Pierre hanya sedikit kesal karena tidak bisa latihan seperti biasanya. Memperbaiki dapur benar-benar menyita waktunya. Anehnya, sampai saat inipun Rahsya tak punya tanda-tanda akan pergi dari rumahnya.

"Soal guildmu. Apa mereka tidak sibuk sampai membiarkan anggota terbaiknya berkeliaran?"

"Barusan aku minta libur."

"Apa?!"

"Kenapa kaget? Kau masih punya banyak quest level pemula kan?"

Pierre terdiam, benar juga, Rahsya tidak tahu kalau aku sudah menyelesaikan semua Questnya. Tapi menunggunya pergi hanya akan menyia-nyiakan waktuku untuk leveling. Sekarang bagaimana?

"Ehem, bagaimana kalau kita dungeon di daerah sini?", tawar Pierre berdehem, dia harus pelan-pelan mengatakan pada gadis ini kalau levelnya hampir menyamainya.

Rahsya mengernyitkan dahinya, mencoba memahami ucapan yang dilontarkan lelaki merah tadi, "Berdua? Aku tidak sekuat yang kau pikir, " tolaknya "Ditambah aku tidak mempersiapkan apapun. "

Pierre mengacak-acak rambutnya bingung, berdua itu bahkan lebih baik, biasanya dia hanya solo dan tidak seburuk itu, buktinya dirinya masih hidup.

"Ada sesuatu yang lebih baik dibuktikan daripada diucapkan. Dan 'sesuatu' itu berlaku sekarang. "

Rahsya menarik nafasnya dalam, berdebat dengan Raja debat di depannya ini hanya akan menyisakan satu keputusan akhir. Dirinya yang kalah. Padahal inginnya hanya bersantai tanpa mengotori baju-baju favoritnya.

"Oke, oke. Aku akan bersiap sebentar." ucapnya pasrah.

Lokasi Map Atheron, Dungeon Dragoes III

Para monster kali ini hewan-hewan nokturnal. Benar-benar hal yang buruk bagi petarung jarak dekat. Monster yang terbang adalah salahsatu kelemahan lainnya pengguna pedang, apalagi dual pedang. Untuk pedang satu mereka bisa lumayan mengimbangi, tapi membutuhkan waktu yang cukup lama.

Dungeonnya berbentuk gua batu tepat seperti yang pernah ditunjukkan di film-film. Bekas air menetes di sela runcing batuan gantung, udaranya lembab dan penuh dengan jaring laba-laba. Lantainya hanya tanah yang tergenang air, benar-benar mimpi buruk bagi orang yang benci dengan hal kotor.

Pierre dan Rahsya mempersiapkan masing-masing pedangnya di tangan. Bersiap kalau-kalau mereka sudah lewat wilayah aman. Seperti yang sudah dibilang sebelumnya, tempat ini aneh. Tidak ada Map virtual, tidak ada pemberitahuan umum, bahkan batasnya hanya sebuah tugu mencolok kecil seukuran telapak tangan. Pantaslah orang-orang jarang pergi ke Map ini, rumor juga mengatakan kalau Map Atheron adalah tanah tertinggal. Alasannya, hanya tempat ini yang tak punya quest, jangankan yang sampingan, quest utama pun tidak ada.

Altarnia Kingdom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang