5.1 A SICK GIRL

20.9K 1.4K 9
                                    

Leah melirik jam yang menempel di dinding sudah jam delapan malam lewat. Hampir setengah sembilan. Dia menyimpan semua pekerjaannya lalu mematikan laptopnya. Leah menaiki tangga dan berlari ke arah ranjangnya menjatuhkan dirinya di atas ranjang empuknya. Leah merenggangkan otot-ototnya. "Kasur ini selalu bisa membuatku nyaman," gumam Leah.

Leah mengambil ponselnya di atas nakas. "7 panggilan tak terjawab," gumam Leah. Leah membuka screenlock nya. Leah tak mengenali nomer itu dan mengabaikannya begitu saja. Lalu Leah tidur terlelap mengarungi luasnya samudera di alam mimpi. Melepaskan semua kepenatannya dan juga bebannya.

**************

VIP Room salah satu club malam elite di Paris. Berada di jalan 76, avenue des Champs Élysées, Paris. Membuat club itu penuh dengan para host terkenal, selebriti serta para eksekutif muda.

Seorang pria tampan masuk ke club malam itu. Terus berjalan sampai ke meja bar. Pria itu tak peduli beberapa jalang sudah menggodanya dari pintu masuk tadi. Melewati mereka begitu saja seperti mereka semua tak terlihat olehnya.

"Seperti biasa Erick," pinta pria tampan itu kepada bartender.

"Baiklah Mr. Grime," Erick mengacungkan jempolnya.

Pria tadi adalah Joan. VIP Room adalah club favoritnya. Dia selalu datang kesini jika sedang bosan atau merasa stres dengan pekerjaannya.

Dari kejaauhan ada seorang pria berkaca mata yang terus memperhatikan Joan. Pria itu berjalan dengan langkah kakinya yang panjang. Berjalan tepat di mana Joan duduk sekarang.

"Honeeeey!" pekik pria berkaca mata tadi. Yang kini telah memeluk Joan dari belakang.

Dari suaranya Joan sudah tahu lelaki yang memeluknya ini adalah sepupunya yang paling menyebalkan. David Lee!

"Hentikan Dave candaanmu tidak lucu, lihatlah sekarang kita jadi tontonan orang. Mereka akan mengira kita GAY!" teriak Joan karena suara musik yang begitu kencang. Sebelum semua orang yakin dan percaya bahwa mereka gay Joan melepaskan tangan Dave yang mengalung di perutnya.

"Kau kan benci wanita jadi tidak salah kalau mereka bilang kau gay!" kekeh Dave, "Apa ada yang membuatmu kesal?" sambung Dave dengan sebuah pertanyaan..

"Tidak aku hanya ingin bersenang-senang sedikit Dave, oh ya kenapa kau bisa tahu aku disini?" Joan berbicara di samping telinga Dave. Tenggorokannya mulai sakit karena terus berteriak.

Dave mengangguk pelan, "Aku tadi ke apartmenmu tapi kau tidak ada, jadi aku ke mansion. Kata paman kau ada disini," jelas Dave.

"Iya tadi Ayah menyuruhku pulang kerumah, tapi aku bilang malam ini akan ke sini," Joan menyesap minumannya, "kau masih ingat novel yang kuberikan padamu?" tanya Joan.

Dave menganggukkan kepalanya, "berikan aku yang seperti biasa Erick," pinta Dave. Club malam ini bukan hanya club malam favorit Joan. Tapi juga club malam favorit Dave ketika berada di Paris.

"Sepertinya aku akan lama berada di Paris," Dave memandang gelas berisikan minuman favoritnya.

"Kenapa?" tanya Joan singkat.

"Kata Mommy aku harus banyak belajar darimu sebelum ambil alih perusahaan Daddy," jawab Dave dengan wajah yang sedikit kesal.

"Hahahaha," Joan tertawa, apa yang dikatakan Bibinya itu benar.

"Aku tahu kenapa Bibi Gwen mengirimmu, bagaimana Paman Lee bisa tenang menyerahkan perusahaan kepada anaknya yang bisanya cuma bermain-main dengan perempuan," Joan terkekeh.

"Terserah kau Joan, dasar mulutmu itu selalu menusuk seperti pisau. Oh ya, kenapa kau bertanya soal novel yang kau berikan? Karena kau aku jadi kecanduan dengan cerita-cerita A.Jhonson!" gerutu Dave.

"Kau tau A.Jhonson si penulis misterius itu..." Joan berhenti sejenak menikmati ekspresi yang Dave tunjukkan, sangat penasaran menatapnya, "aku bertemu denganya!" lanjut Joan santai sambil mengguncang-guncangkan gelasnya.

"Shit! Are you kidding me?" tanya Dave seakan tak percaya.

"Akan kukenalkan kau dengan dia tapi ada syaratnya?" rayu Joan.

"Ya ya apapun itu akan aku berikan!" seru Dave.

"Aku ingin kau jadi sekretarisku," pinta Joan dengan smirk khasnya. Sekarang wajah Joan seperti singa yang mencari mangsa.

"Deal!" tanpa pikir panjang Dave langsung menyetujuinya. Inilah kelemahan Dave jika dia menginginkan sesuatu dia akan menuruti apapun persyaratannya.

"Okay, aku akan menunjukkan nya," Joan mengambil ponsel nya dari dalam saku celana. Joan membuka screenlock nya lalu menuju phone book nya mengetik sebuah nama 'kepala batu' lalu melakukan video call.

Tuuuut.... Tuuut.... Tuuut...

1.35 AM

Leah terbangun, perutnya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Leah membuka laci yang ada di nakas tapi ternyata obatnya habis. Dia menyesal meneguk segelas kopi lagi tadi. Sekarang asam lambungnya naik. Leah punya magh kronis, terakhir kali dia harus 'bed rest' selama seminggu. Harusnya Leah dirawat di rumah sakit. Tapi, dia menolak. Leah mencoba menggapai ponselnya di atas nakas. Menelpon Anna untuk membelikan obat. Tapi Anna tak kunjung mengangkat telponnya. "Oh shit, gadis itu pasti kencan sampai pagi," keluh Leah.

Bulir-bulir keringat membasahi wajah Leah. Wajah Leah semakin pucat, tubuhnya kini basah karena keringat dingin. Leah hanya bisa meringkih kesakitan. Ketika Leah ingin menelpon Anna kembali, satu panggilan video dari nomor tak dikenal masuk ke ponsel Leah. Dia menggeser tombol hijau karena Leah pikir itu mungkin saja Anna.

"Benarkah dia A.Jhonson," wajah pria asing tampak berada di layar ponsel Leah. Suara pria itu tak jelas tapi Leah mengerti dengan gerak bibirnya.

"Hai Leaaaaaah!" sapa Joan sambil melambaikan tangan.

"Mau apa?" tanya Leah lesu.

"Joan sepertinya dia sakit lihat pucat sekali," timpal Dave.

"Tidak mungkin tadi siang aku bertemu dengannya, dia bahkan teriak-teriak padaku. Mana mungkin dia tiba-tiba sakit," sahut Joan.

Leah kesal dengan video call yang tidak penting seperti ini. Sekarang Leah seperti menonton dua orang yang asyik dengan obrolan mereka sendiri.

"Tak usah mengang-" perkataan Leah terhenti di iringi suara barang yang jatuh ke lantai dan ternyata itu ponsel Leah.

Leah menaruh tangannya di perut. Perut Leah benar-benar sakit dan dia tak dapat menahannya lagi.

"Hei Joan lihat gadis itu menghilang apa dia pingsan?" tebak Dave.

"Tak mungkin Dave! Paling juga dia membanting ponselnya karena kesal dengan kita yang membangunkannya malam-malam," kekeh Joan.

"Tidak-tidak ayo kita kerumahnya, kau pasti tau kan dimana tempat tinggalnya, instingku berkata lain," ucap Dave panjang lebar.

"Insting? Sudahlah bilang saja kau sudah tidak sabar bertemu dengannya, coba aku telpon dia dulu," Joan menelpon Leah lagi tapi kali ini tak ada balasan.

"Ayolah Joan come on... Honey!" rengek Dave yang kini sedang memeluk mesra lengan kekar Joan. Lagi-lagi mereka jadi bahan tontonan orang.

"Berhenti membuatku malu, ayo pergi!" Joan berdiri dengan menyeret Dave yang kepalanya sudah dijepit di ketiak Joan, "kau benar-benar merepotkan!" sambung Joan.

Tak perlu waktu lama untuk sampai di tempat Leah. Ini sudah pukul dua malam jalanan tak sepadat siang hari.

"Kau yakin ini gedungnya?" tanya Dave tak percaya seorang penulis terkenal bersembunyi di balik gedung lusuh itu.

Joan mengetuk pintu itu tapi tak ada jawaban.

"Sudahlah kita pulang saja dia pasti sudah tidur," Joan berputar lalu berjalan menuju mobilnya.

"Ceklek," pintu terbuka.

"Kau gila! Apa kau mau masuk penjara karena menguntit seseorang!" tangan Joan menarik lengan Dave.

**************

To be contiued
Please vote and comment
Maaf kalau ada typo ya
Vote dan comment kalian sangat berarti 😘😚

Unperfect Love (COMPLETE)  ✔✔ Sudah Terbit Ebook Di PlaystoreWhere stories live. Discover now